Anda di halaman 1dari 2

Katekese Kaum Muda

Blog ini berisi tentang katekese/ pengajaran iman yang dibuat untuk kaum muda katolik seluruh
Indonesia untuk semakin menghayati iman akan kekatolikan.
Selasa, 03 Mei 2016

Siapa Penanggungjawab Pendidikan Iman Anak?


Pembaptisan adalah pintu masuk menuju karya pewartaan, kerajaan, dan cinta kasih
Allah. Dengan pembabtisanlah kita menjadi manusia baru yang bersatu dengan Allah melalui
gerejanya yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Bagi sebagian orang, memberikan dirinya
dibaptis adalah langkah awal untuk mempermudah jalan menuju kerajaan Allah, ada juga
yang menganggap pembabtisan adalah awal dari penderitaan menyangkal diri dan memikul
beban salib dalam rangka mewujudkan iman dan ajaran Gereja Katolik.
            Dalam tradisi gereja katolik pembabtisan dianjurkan kepada para orang tua katolik
untuk menyerahkan pembabtisan kepada anak-anak sejak usia dini bahkan sejak lahir. Hal ini
bertujuan agar anak-anak dperkenalkan akan iman kekatolikan. Sehingga dalam
perkembangannya menjadi manusia dewasa, anak-anak sudah hidup didalam pengajaran dan
iman katolik yang diberikan oleh orang tua dan gereja sejak anak-anak telah dibaptis.
            Dewasa ini kita melihat praktik yang salah. Bagi sebagian orang tua, baptis hanyalah
baptis bagi anak, sedangkan perkembangan iman anak diserahkan seutuh kepada gereja
bahkan ada pula orang tua menyekolahkan anaknya disekolah katolik dengan harapan
mendapatkan pengajaran iman katolik secara baik. Padahal menurut katekismus gereja
katolik bab 2223 yang berisi “Orang-tua adalah orang-orang pertama yang bertanggung
jawab atas pendidikan anak-anaknya. Pada tempat pertama mereka memenuhi tanggung
jawab ini, kalau mereka menciptakan satu rumah keluarga, di mana terdapat kemesraan,
pengampunan, penghormatan timbal balik, kesetiaan, dan pengabdian tanpa pamrih.
Pendidikan kebajikan mulai di rumah. Di sini anak-anak harus belajar kesiagaan untuk
berkurban, mengambil keputusan yang sehat, dan mengendalikan diri, yang merupakan
prasyarat bagi kebebasan sejati. Orang-tua harus mengajar anak-anak, "membawahkan aspek-
aspek jasmani dan alamiah kepada segi-segi batiniah dan rohani" (CA 36).”. Hal ini tentu
memprihatinkan dan sangat mengancam pertumbuha iman anak, maka  tidak jarang kita
melihat anak-anak yang dibesarkan dari keluarga katolik justru memiliki masalah yang cukup
parah karena kurangnya perhatian dan pendidikan dari orang tua sehinnga bukan tidak
mungkin anak-anak katolik ketika memasuki usia dewasa lebih suka berpindah ke gereja lain
ataupun berpindah agama.
          
  Pendidikan iman terhadap anak tidak perlu yang besar-besar yang memakan waktu dan pikiran
yang banyak apa lagi didalam aktifitas diluar rumah yang padat, melainkan melalui hal-hal yang kecil,
segala bentuk perhatian dan pengenalan akan ima katolik. Mulailah dari mengajak doa sebelum tidur
bersama, meyempatkan diri untuk makan bersama sekurang-kurangnya satu kali seminggu,
memberika kepekaan kepada anak, dan yang paling penting menjadi teladan hidup beriman para
anak-anak. Seperti kata pepatah buah tidak akan jauh dari pohonnya, anak-anankpun akan
mencontoh perilaku orang tua yang bersikap pasif bagi gereja, hidup serba instan terhadap
perkembangan iman anak.
            Kita tidak bisa seutuhnya menyalahkan orangtua terhadap buruknya perkembangan
iman katolik anak, karena gereja juga pada dasarnya memilki tanggung jawab atas
perkembangan imat umat, baik yang sebelum maupun yang sudah dibaptis untuk semakin
mengimani Allah dan gerejanya. Sebagai sebuah paguyuban umat yang percaya kepada
Allah, gereja setempat /paroki seharusnya memiliki program pendidikan iman bagi anak-
anak, remaja, kaum muda pun orang dewasa.
            Kita semua mengamini bahwa iman itu harus diwariskan, diteruskan sehingga
keberadaan gereja Allah tetap hidup dan eksis tidak termakan usia dan zaman yang
berkembang. Anak-anak dan kaum muda adalah wajah masa depan gereja kini dan nanti, jika
iman dan pengetahuan tentang gereja Allah tidak diberikan, mau dibawa kemana gereja kita
kedepannya? Kita seharusnya peka dengan kondisi di benua eropa dimana anak muda mulai
meninggalkan gereja karena bagi mereka pergi ke gereja bukan lagi yang penting selama
mereka hidup dalam kebaikan dan tidak merugikan orang lain.
            Dewasa ini kita melihat langkah nyata gereja dalam menghimpun kaum muda untuk
aktif didalam kegerejeaan. Banyak paroki mulai menggalakan ret-ret, ekaristi kaum muda
maupun acara-acara yang merangsang kehadiran kaum muda dalam gereja. Hal ini cukup
positf, tetapi kalau kita berefleksi, jika acara tersebut hanya untuk mengumpulkan kaum
muda dan menyibukkan kaum muda di paroki-paroki maka itu hanyalah sia-sia belaka.
Seharusnya ada tindak lanjut dalam setiap acara yang dibuat. Sehingga setelah usai acara
kaum muda gereja, ada makna dan peristiwa yang dapat mereka ingat dan praktikan dalam
kehidupan bermasyarakat.
            Alangkah baiknya bila gereja mulai mengadakan pendalaman iman bagi kaum muda
di setiap wilayah diparoki-paroki, dengan pengaturan yang sebaik mungkin bagi kaum muda
tetapi tidak melanggar ajaran gereja itu sendiri. Sehingga gereja terlihat tidak hanya terus
berbenah secara fisik bangunan yang megah dan bernilai mahal, namun juga memperhatikan
perkembangan iman umat terutaman anak-anak dan kaum muda gereja.

            Kerjasama antara gereja dan orangtau dalam mendidik anak adalah ssebuah
keharusan. Tidak sedkit anak dilarang orang tua untuk aktif dengan alas an mempersiapkan
pendidikan untuk masa depan, maka dari itu orang tua perlu disadarkan agar anak tidak hanya
mengkonsumsi pendidikan ilmu duniawi yang begitu banyak cobaan dan tantangan tetapi
juga diteduhkan dengan ilmu-ilmu iman kekatolikan sehingga tumbuh kembang anak menjadi
lebih sempurna. 
Diposkan oleh Roman Catholic di 21.54 

Anda mungkin juga menyukai