PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa kita peroleh dari penulisan makalah ini adalah Kita bisa
mengetahui mengetahui mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi
terjadinya suhu daun
2
BAB II
PEMBAHASAN
Transpirasi mendinginkan daun, pengembunan uap air atau es pada daun (berupa
embun atau titik- itik es) melepaskan panas (kalor) laten pengembunan air ke daun
dan lingkungannya. Radiasi yang datang akan memanaskan daun, tetapi daun
memancarkan energi ke lingkungannya. Jika suhu daun berbeda dari suhu udara,
akan terjadi pertukaran panas (kalor), mula- mula secara rambatan (yakni: energi
molekul di permukaan daun bertukar dengan energi molekul udara yang
bersinggungan) dan kemudian secara konveksi (yaitu: sejumlah udara yang
dipanaskan akan memuai menjadi lebih ringan, kemudian naik dan turun lagi bila
mendingin). Dalam pembahasan selanjutnya, gabungan antara rambatan dan
konveksi disebut sebagai konveksi saja.
Jika suhu daun berubah, keadaan yang memang lazim terjadi, daun akan
menyimpan atau melepaskan panas (kalor). Jika sehelai daun tipis menyimpan
panas (kalor) dalam jumlah tertentu, suhunya akan naik dengan cepat; jumlah
panas (kalor) yang sama yang disimpan dalam kaktus hanya sedikit saja yang
menaikkan suhunya, namun kaktus tetap panas lebih lama. Untuk mudahnya,
hanya akan diambil contoh daun yang berada dalam kesetimbangan dengan
lingkungannya; artinya, pada suhu konstan. Sekitar 1 sampai 2% cahaya diubah
menjadi energi kimia melalui fotosintesis, dan jumlah yang kecil itu dapat
diabaikan. Energi yang dihasilkan dari respirasi dan proses metabolik lainnya juga
dapat diabaikan karena terlalu kecil. Pada keadaan tetap, ada tiga mekanisme
pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun, yaitu radiasi,
konveksi, dan transpirasi.
3
a). RADIASI
Secara umum,radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut.
Istilah ‘radiasi” pada umumnya dipergunakan untuk segala jenis hal ikhwal
gelombang elektromagnetik. Tetapi dalam ilmu perpindahan panas kita hanya
perlu memperhatikan hal ikhwal yang diakibatkan oleh suhu dan yang dapat
mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang.
Energi yang berpindah dengan cara ini diistilahkan panas radiasi.
Dilihat dari suhu daun, radiasi netolah yang penting. Radiasi neto adalah
perbedaan antara radiasi yang diserap oleh suatu benda dan yang
dipancarkannya.Persamaan neraca panas (kalor) untuk permukaan daun (semua
nilai dapat dinyatakan dalam watt per meter persegi:W m-2) :
Q+H+V+B+M=0
Keterangan:
Q = radiasi neto ( positif bila daun melepaskan energi kurang dari radiasi yang
diserap dari sekitarnya).
V = fluks energi panas (kalor) laten; istilah dalam transpirasi (negatif saat air
menguap;positif saat mengembun atau membeku).
4
Pada suhu daun yang tetap dan metabolisme diabaikan:
Q+H+V=0
Dengan:
eQv = jumlah radiasi yang diserap di bagian yang berfotosintesis secara aktif (W
m-2)
e’Qth = jumlah radiasi (panas) yang diserap di luar bagian yang berfotosintesis
secara aktif (W m-2)
e dan e’ = daya pancar (daya serap) daun dalam kedua daerah spektrum (tanpa
satuan)
Energi yang dipancarkan oleh daun dikurangkan dari energi radiasi yang
diserap (Qabs):
Q = Qabs + e’δT4
Dengan :
e’ = daya pancar atau daya serap daun untuk radiasi gelombang panjang (termal);
lazimnya kira-kira 0,95 untuk daun hidup, pada suhu normal.
T = suhu mutlak
Dengan :
5
Is = radiasi matahari yang diterima di permukaan daun (W.m-2)
Daun menyerap radiasi tampak (cahaya) dan radiasi tak tampak (infra- merah)
dari lingkungan sekitar dan memancarkan energi infra- merah. Jika daun
menyerap energi radiasi lebih banyak daripada yang dipancarkannya, maka
kelebihannya harus dibuang dengan cara konveksi atau melalui transpirasi, atau
melalui kedua cara tersebut (bila tidak, suhu akan naik). Pada malam hari, daun
sering memancarkan energi lebih banyak daripada yang diserapnya. Apabila suhu
daun di bawah suhu udara, daun akan menyerap panas (kalor) dari udara dan
mungkin dari air embun atau titik es di permukaannya. Ada tiga hal penting yang
perlu diingat saat membahas radiasi neto dari sehelai daun: panjang gelombang
yang diserap, seluruh spektrum radiasi yang datang, dan jumlah energi yang
dipancarkan oleh daun.
1. Pertama adalah spektrum penyerapan oleh daun. Dari energi yang datang ke
daun, sebagaian akan diteruskan, sebagaian dipantulkan, dan sebagian lagi
diserap. Energi yang diserap bergantung pada spektrumnya. Daun yang disinari
cahaya putih akan menyerap sebagian besar panjang gelombang biru dan merah,
serta hijau. Tetapi, sinar hijau lebih banyak dipantulkan dan diteruskan, sehingga
daun tampak berwarna hijau. Daun menyerap sedikit sekali bagian spektrum
infra- merah dekat; spektrum itu lebih banyak diteruskan atau dipantulkan.
2. Kedua, sumber radiasi sangat beragam. Matahari dan filament lampu pijar
memancarkan cahaya (bagian tampak dari spektrum elektromagnetik), karena
suhu tinggi yang dipunyainya. Semakin tinggi suhu; puncak spektrum pancaran
semakin bergeser ke arah biru, ini sesui dengn konsep Hukum Wien; persamaan
yang menghubungkan keluaran spektrum (mutu spektrum) dengan suhu benda
yangt disinari. Puncak energi cahaya yang dipancarkan (λmaks) bergeser menuju
panjang gelombang lebih pendek bila suhu meningkat. Puncak ini dikalikan
6
dengan suhu mutlak (T) sumber cahaya sama dengan suatu konstanta. Konstanta
pergeseran Wien (w = 2897 μm.K) ; λmaks T = w.
Suhu permukaan matahari jauh lebih tinggi daripada suhu filament pijar pada
bola lampu, dan karena itu sinar matahari lebih kaya akan panjang gelombang
biru dan hijau daripada sinar lampu pijar. Radiasi matahari berubah lebih lanjut
ketika melewati atmosfer. Sinar ultra- ungu banyak yang hilang, dan energi
radiasi beberapa panjang gelombang dalam bagian merah jauh(lebih panjang dari
700nm, namun tampak) dan infra- merah diserap oleh atmosfer. Sebagian besar
sinar ultra- ungu itu diserap oleh ozon di atmosfer bagian atas, dan pita infra-
merah diserap terutama oleh air dan karbondioksida.
Radiasi yang diserap tumbuhan ditentukan oleh spektrum serapan daun dan
spektrum radiasi yang menyinari tumbuhan tersebut. Jadi. Persentase actual
radiasi yang diserap amat beragam (karena spektrum pancaran dan spektrum
serapan juga beragam), tetapi kira- kira sebesar 44 sampai 88% diserap pada
keadaan biasa. Penyerapan itu besar bila tumbuhan disinari cahaya neon, karena
daun menyerap dengan kuat sebagian besar panjang gelombang yang dipancarkan
oleh tabung neon (cahaya tampak). Penyerapan banyak berkurang bila tumbuhan
disinari lampu pijar dengan total energi setara, karena cahayanya kaya akan
7
bagian spektrum infra- merah dekat yang memang diserap paling sedikit oleh
tumbuhan.
3. Ketiga, tumbuhan dan semua benda lain memancarkan energi radiasi pada
bagian spektrum infra merah jauh. Jumlah energi yang dipancarkan dapat dihitung
dengan menggunakan Hukum Stefan- Boltzmann. Hukun ini menyatakan bahwa
semua benda dengan suhu di atas nol mutlak memancarkan energi cahaya (radiasi
panas),jumlah energi (Q) yang dipancarkan merupakan fungsi dari daya keempat
dari suhu Kelvin (mutlak) dari permukaan pemancar, menurut Hukum Stefan
Boltzmann:
Q = eδT4
dengan:
δ = konstatnta Stefan-Boltzman (5,670 x 10-8 W.m-2 K-4, atau 8,132 x 10-11 cal cm-2
min-1 K-4)
Jadi, karena suhu daun naik jika terkena cahaya matahari, energi radiasi
yang dipancarkannya meningkat pula. Walaupun pada skala suhu Kelvin rentang
suhu normal bagi tumbuhan (dari sekitar 173 K sampai 310 K) tidak terlalu besar,
energi yang dipancarkan pada rentang ini beragam sekitar 50%, yang bias sangat
berpengaruh. Bahkan bila tumbuhan disinari matahari dan mendapatkan pula
radiasi infra- merah jauh dari lingkungannya (misalnya, dari atmosfer, awan
pepohonan, batu karang, atau tanah), energi radiasi yang dipancarkan daunnya
biasanya lebih dari 50% bagian yang diserap, dan dapat mencapai 80% atau lebih.
8
b). KONVEKSI
9
Dengan selisih suhu tertentu, laju perpindahan panas (kalor) secara konveksi
berbanding terbalik dengan hambatan terhadap konveksi. Dengan perpindahan
panas (kalor) secara konveksi, aliran panas (kalor) berbanding lurus dengan
selisih suhu antara daun dan atmosfer, serta berbanding terbalik dengan hambatan
terhadapa aliran panas (kalor) yang dihadapinya di atmosfer.
10
c). TRANSPIRASI
Dalam beberapa hal, transpirasi mirip sekali dengan perpindahan panas (kalor)
secara konveksi. Daya penggerak bagi transpirasi adalah gradien kerapatan uap air
dari dalam daun ke atmosfer di luar lapisan batas. Hambatannya sebagian adalah
hambatan lapisan batas. Sampai di sini, konveksi dan transpirasi sama, tapi
terdapat hambatan tambahan yang lebih besar untuk transpirasi, yaitu stomata.
JJka stomata tertutup atau hamper tertutup, hambatan sagat tinggi; jika terbuka,
hambatan cukup rendah. Ada lagi hambatan lain selain pada daun selain hambatan
stomata, tapi biasanya hamper konstan. Hambatan kutikula terhadap lalu
lalangnya air bergantung pada kelembapan atmosfer, suhu, dan barangkali cahaya
atu beberapa factor lain. Karena hambatan ini selalu cukup tinggi, maka jarang
diperhitungkan. Hal yang penting untuk diingat ialah bahwa hambatan daun selalu
ada artinya daun bukan semata- mata seperti sehelai kertas basah. Dan hambatan
daun terhadap transpirasi dapat sangat beragam karena berbagi faktor lingkungan
yang mempengaruhi bukan stomata.
Selain ketebalan lapisan batas, gradien kerapatan uap ditentukan oleh dua
faktor, yakni kelembapan mutlak dan suhu daun. Biasanya, dianggap bahwa
RH(Kelembapan Nisbi yaitu jumlah uap air di udara pada suhu tertentu
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dapat dipegang oleh udara pada suhu
tersebut) di ruang bagian dalam daun mendekati 100%. Sebenarnya agak kurang,
sebab pada kesetimbangan, potensial air atmosfer daun bagian dalam sama
dengan potensial air di permukaan daun yang menguapkan air; biasanya besarnya
-0,05 sampai -3,0 Mpa, karena dalam keadaan setimbang dengan potensial air
jaringan. (jika kesetimbangan tidak tercapai, potensial air atmosfer daun akan
lebih rendah). Walupun demikian, potensial air daun bagian dalam setara dengan
RH kira- kira 98%. RH tinggi seperti itu jarang terjadi di atmosfer di luar lapisan
batas; oleh karena itu, sekalipun daun berada pada suhu yang sama benar dengan
atmosfer di luar lapisan batas, umumnya kerapatan uap di dalam daun lebih tinggi.
11
Gradien suhu dapat mempertajam gradien kerapatan uap, karena kerapatan
uap(cara unutk menyatakan konsentrasi air dalam bentuk uap) maksimum udara
sangat dipengaruhi oleh suhu.
Udara hangat dapat membawa air lebih lebih banyak daripada udara
dingin. Suatu pengujian memperlihatkan bahwa suhu udara 20C dan kelembapan
atmosfer 10% menimbulkan selisih kerapata uap sebesar kira- kira 9,8 gm -3 antara
daun dan udara, jika berada dalam suhu yang sama dan jika atmosfer di dalam
daun mendekati Rh 100%. (Pada 20 C, tekanan uap jenuh sebesar 10,9 gm -3, dan
10%nya adalah 1,1gm-3). Namun, jika daun berada pada 30C dan kelembapan
atmosfer sebesar 90% (pada 20C), masih ada selisih kerapatan uap sebesar 10,5
gm-3. Pada 30C, kerapata uap sebesar 20,3 gm-3; 90% dari 10,9 gm-3 adalh 9,8
gm-3, yang bila dikurangkan dari 20,3 gm-3 menghasilkan gradien sebesar 10,5 gm-
3
). Jadi, jika daun lebih panas daripada udara (kejadian yang lazim bila ada sinar
matahari), Transpirasi ke atmosfer dengan RH 100% bisa saja terjadi. Karena uap
menuju luar lapisan batas, uap tersebut akan mengembun membentuk tetesan
kecil- kecil seperti kabut, mirip dengan keadaan hutan yang mendapat sinar
matahari setelah hujan lebat. Tapi, kejadian ini tidak berakibat apa- apa pada
tumbuhan yang telah kehilangan air.Ingatlah bahwa biasanya sumber energi (daya
penggerak) bagi transpirasi adalah radiasi yang diterima.Transpirasi memberikan
manfaat yaitu sambil mengangkut mineral, memprthankan turgiditas optimum,
dan tentu saja menghilangkan sejumlah besar panas (kalor) dari daun.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.3 Ada tiga hal yang penting yang perlu diperhatikan pada radiasi neto dari
sehelai daun yaitu panjang gelombang yang diserap, seluruh spektrum radiasi
yang datang, dan jumlah energi yang dipancarkan oleh daun.
3.1.4 Dapat dirangkumkan bahwa lapisan batas paling tipis dan mempunyai
hambatan paling kecil untuk perpindahan panas (kalor) secara konveksi terjadi
pada daun yang kecil dan di situ terdapat kecepatan angin tinggi. Perpindahan
panas (kalor) secara konveksi paling efisien terjadi di sini. Maka, dedaunan
kecil mempunyai suhu lebih mendekati suhu udara daripada dedaunan yang
lebar, khususnya bila terdapat angin.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dalam pembuatan makalah ini
adalah dengan pembuatan makalah ini bisa lebih membuka kemauan dan
partisipasi pembaca untuk lebih mengerti dan menyadari bagaimana proses
pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kompasiana.com/BiologiFisika/Suhu Daun
http://hermawayne.blogspot.com/2011/06/alasan-kenapa-benda-berwarna.html
14