Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan mahluk dengan sel yang dilengkapi organel dinding


sel untuk menjaga sel dari pengaruh material asing. Perubahan lingkungan tentu
sangat mempengaruhi keadaan yang dialami oleh tumbuhan tersebut. Manusia
adalah mahluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Namun, jika tanpa
tumbuhan maka kehidupan manusia tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Manusia memiliki akal,pikiran, dan kehendak yang tidak dimiliki oleh mahluk
hidup lainnya di muka bumi ini. Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus
memenuhi kebutuhan dasar seperti, makan, minum, bernafas, dan bereproduksi.
Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, manusia perlu berinteraksi dengan
lingkungannya. Salah satu kebutuhan vital manusia yaitu bernafas. Manusia
bernafas dengan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.

Untuk menghasilkan oksigen, tumbuhan harus melaksanakan proses


fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, yang dibutuhkan oleh tumbuhan yaitu
karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil..Tumbuhan
memiliki peran penting guna kelangsungan hidup manusia. Dalam hidupnya,
tumbuhan mengalami pertukaran energi dengan lingkungannya Tentunya terdapat
berbagai mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun.
Untuk itu, penulis mengangkat topik ini sebagai bahan pembuatan makalah
biofisik karena ini terkait dengan fisiologi tumbuhan pada cabang ilmu biologi
dan prinsip- prisnsip perpindahan panas pada cabang ilmu fisika.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya


suhu daun?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi


terjadinya suhu daun

1.4 Manfaat

Manfaat yang bisa kita peroleh dari penulisan makalah ini adalah Kita bisa
mengetahui mengetahui mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi
terjadinya suhu daun

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Pertukaran Energi Yang Mempengaruhi Terjadinya Suhu


Daun

Transpirasi mendinginkan daun, pengembunan uap air atau es pada daun (berupa
embun atau titik- itik es) melepaskan panas (kalor) laten pengembunan air ke daun
dan lingkungannya. Radiasi yang datang akan memanaskan daun, tetapi daun
memancarkan energi ke lingkungannya. Jika suhu daun berbeda dari suhu udara,
akan terjadi pertukaran panas (kalor), mula- mula secara rambatan (yakni: energi
molekul di permukaan daun bertukar dengan energi molekul udara yang
bersinggungan) dan kemudian secara konveksi (yaitu: sejumlah udara yang
dipanaskan akan memuai menjadi lebih ringan, kemudian naik dan turun lagi bila
mendingin). Dalam pembahasan selanjutnya, gabungan antara rambatan dan
konveksi disebut sebagai konveksi saja.

Jika suhu daun berubah, keadaan yang memang lazim terjadi, daun akan
menyimpan atau melepaskan panas (kalor). Jika sehelai daun tipis menyimpan
panas (kalor) dalam jumlah tertentu, suhunya akan naik dengan cepat; jumlah
panas (kalor) yang sama yang disimpan dalam kaktus hanya sedikit saja yang
menaikkan suhunya, namun kaktus tetap panas lebih lama. Untuk mudahnya,
hanya akan diambil contoh daun yang berada dalam kesetimbangan dengan
lingkungannya; artinya, pada suhu konstan. Sekitar 1 sampai 2% cahaya diubah
menjadi energi kimia melalui fotosintesis, dan jumlah yang kecil itu dapat
diabaikan. Energi yang dihasilkan dari respirasi dan proses metabolik lainnya juga
dapat diabaikan karena terlalu kecil. Pada keadaan tetap, ada tiga mekanisme
pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun, yaitu radiasi,
konveksi, dan transpirasi.

3
a). RADIASI

Secara umum,radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut.
Istilah ‘radiasi” pada umumnya dipergunakan untuk segala jenis hal ikhwal
gelombang elektromagnetik. Tetapi dalam ilmu perpindahan panas kita hanya
perlu memperhatikan hal ikhwal yang diakibatkan oleh suhu dan yang dapat
mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang.
Energi yang berpindah dengan cara ini diistilahkan panas radiasi.

Dilihat dari suhu daun, radiasi netolah yang penting. Radiasi neto adalah
perbedaan antara radiasi yang diserap oleh suatu benda dan yang
dipancarkannya.Persamaan neraca panas (kalor) untuk permukaan daun (semua
nilai dapat dinyatakan dalam watt per meter persegi:W m-2) :

Q+H+V+B+M=0

Keterangan:

Q = radiasi neto ( positif bila daun melepaskan energi kurang dari radiasi yang
diserap dari sekitarnya).

H = perpindahan energi panas (kalor) yang peka (termasuk rambatan dan


konveksi; positif biola daun memperoleh energi panas (kalor) lebih besar daripada
yang hilang).

V = fluks energi panas (kalor) laten; istilah dalam transpirasi (negatif saat air
menguap;positif saat mengembun atau membeku).

B = penyimpanan energi panas (kalor) (positif saat suhu daun naik).

M = metabolisme dan faktor lainnya (positif saat panas (kalor) dihasilkan).

4
Pada suhu daun yang tetap dan metabolisme diabaikan:

Q+H+V=0

Fluks energi radiasi yang diserap permukaan daun (Qabs, W m-2)

Qabs= eQv + e’Qth

Dengan:

eQv = jumlah radiasi yang diserap di bagian yang berfotosintesis secara aktif (W
m-2)

e’Qth = jumlah radiasi (panas) yang diserap di luar bagian yang berfotosintesis
secara aktif (W m-2)

e dan e’ = daya pancar (daya serap) daun dalam kedua daerah spektrum (tanpa
satuan)

Radiasi neto di permukaan daun (Q;W m-2):

Energi yang dipancarkan oleh daun dikurangkan dari energi radiasi yang
diserap (Qabs):

Q = Qabs + e’δT4

Dengan :

e’ = daya pancar atau daya serap daun untuk radiasi gelombang panjang (termal);
lazimnya kira-kira 0,95 untuk daun hidup, pada suhu normal.

δ = konstatnta Stefan-Boltzman (5,670 x 10-8 W.m-2 K-4)

T = suhu mutlak

Sering persamaan di atas dituliskan sebagai berikut

Q = Is – rIs + Lenv - e’δT4

Dengan :

5
Is = radiasi matahari yang diterima di permukaan daun (W.m-2)

r = koefisien pemantulan oleh permukaan daun (dalam pecahan desimal)

Lenv = radiasi gelombang panjang dari lingkungan di permukaan (W.m-2)

Daun menyerap radiasi tampak (cahaya) dan radiasi tak tampak (infra- merah)
dari lingkungan sekitar dan memancarkan energi infra- merah. Jika daun
menyerap energi radiasi lebih banyak daripada yang dipancarkannya, maka
kelebihannya harus dibuang dengan cara konveksi atau melalui transpirasi, atau
melalui kedua cara tersebut (bila tidak, suhu akan naik). Pada malam hari, daun
sering memancarkan energi lebih banyak daripada yang diserapnya. Apabila suhu
daun di bawah suhu udara, daun akan menyerap panas (kalor) dari udara dan
mungkin dari air embun atau titik es di permukaannya. Ada tiga hal penting yang
perlu diingat saat membahas radiasi neto dari sehelai daun: panjang gelombang
yang diserap, seluruh spektrum radiasi yang datang, dan jumlah energi yang
dipancarkan oleh daun.

1. Pertama adalah spektrum penyerapan oleh daun. Dari energi yang datang ke
daun, sebagaian akan diteruskan, sebagaian dipantulkan, dan sebagian lagi
diserap. Energi yang diserap bergantung pada spektrumnya. Daun yang disinari
cahaya putih akan menyerap sebagian besar panjang gelombang biru dan merah,
serta hijau. Tetapi, sinar hijau lebih banyak dipantulkan dan diteruskan, sehingga
daun tampak berwarna hijau. Daun menyerap sedikit sekali bagian spektrum
infra- merah dekat; spektrum itu lebih banyak diteruskan atau dipantulkan.

2. Kedua, sumber radiasi sangat beragam. Matahari dan filament lampu pijar
memancarkan cahaya (bagian tampak dari spektrum elektromagnetik), karena
suhu tinggi yang dipunyainya. Semakin tinggi suhu; puncak spektrum pancaran
semakin bergeser ke arah biru, ini sesui dengn konsep Hukum Wien; persamaan
yang menghubungkan keluaran spektrum (mutu spektrum) dengan suhu benda
yangt disinari. Puncak energi cahaya yang dipancarkan (λmaks) bergeser menuju
panjang gelombang lebih pendek bila suhu meningkat. Puncak ini dikalikan

6
dengan suhu mutlak (T) sumber cahaya sama dengan suatu konstanta. Konstanta
pergeseran Wien (w = 2897 μm.K) ; λmaks T = w.

Suhu permukaan matahari jauh lebih tinggi daripada suhu filament pijar pada
bola lampu, dan karena itu sinar matahari lebih kaya akan panjang gelombang
biru dan hijau daripada sinar lampu pijar. Radiasi matahari berubah lebih lanjut
ketika melewati atmosfer. Sinar ultra- ungu banyak yang hilang, dan energi
radiasi beberapa panjang gelombang dalam bagian merah jauh(lebih panjang dari
700nm, namun tampak) dan infra- merah diserap oleh atmosfer. Sebagian besar
sinar ultra- ungu itu diserap oleh ozon di atmosfer bagian atas, dan pita infra-
merah diserap terutama oleh air dan karbondioksida.

Kini, banyak tumbuhan yang dipakai dalam penelitian fisiologi ditanam di


bawah sumber cahaya buatan, misalnya lampu neon, lampu pijar, dan lampu
pelepasan berintensitas tinggi (HID) seperti lampu uap raksa, lampu natrium
bertekanan rendah dan bertekanan tinggi, serta lampu halide logam. Masing-
masing mempunyai spectrum pancaran sendiri- sendiri yang diserap dengan cara
berlainan pula oleh tumbuhan. Semua benda pada suhu di atas nol mutlak
memancarkan radiasi karena benda pada suhu biasa memancarkan sebagian besar
infra- merah jauh, maka tumbuhan menerima radiasi ini dari seluruh
lingkungannya, termasuk dari molekul udara. Jumlahnya dapat diukur (misalnya,
50%) dari radiasi total lingkungan.

Radiasi yang diserap tumbuhan ditentukan oleh spektrum serapan daun dan
spektrum radiasi yang menyinari tumbuhan tersebut. Jadi. Persentase actual
radiasi yang diserap amat beragam (karena spektrum pancaran dan spektrum
serapan juga beragam), tetapi kira- kira sebesar 44 sampai 88% diserap pada
keadaan biasa. Penyerapan itu besar bila tumbuhan disinari cahaya neon, karena
daun menyerap dengan kuat sebagian besar panjang gelombang yang dipancarkan
oleh tabung neon (cahaya tampak). Penyerapan banyak berkurang bila tumbuhan
disinari lampu pijar dengan total energi setara, karena cahayanya kaya akan

7
bagian spektrum infra- merah dekat yang memang diserap paling sedikit oleh
tumbuhan.

3. Ketiga, tumbuhan dan semua benda lain memancarkan energi radiasi pada
bagian spektrum infra merah jauh. Jumlah energi yang dipancarkan dapat dihitung
dengan menggunakan Hukum Stefan- Boltzmann. Hukun ini menyatakan bahwa
semua benda dengan suhu di atas nol mutlak memancarkan energi cahaya (radiasi
panas),jumlah energi (Q) yang dipancarkan merupakan fungsi dari daya keempat
dari suhu Kelvin (mutlak) dari permukaan pemancar, menurut Hukum Stefan
Boltzmann:

Q = eδT4

dengan:

Q = jumlah energi yang dipancarkan

(dalam Joule atau kalori, menggunakan δ seperti di bawah)

e = daya pancar (sekitar 0,98 untuk daun pada suhu pertumbuhan)

δ = konstatnta Stefan-Boltzman (5,670 x 10-8 W.m-2 K-4, atau 8,132 x 10-11 cal cm-2
min-1 K-4)

T = suhu mutlak dalam K (oC +273)

Jadi, karena suhu daun naik jika terkena cahaya matahari, energi radiasi
yang dipancarkannya meningkat pula. Walaupun pada skala suhu Kelvin rentang
suhu normal bagi tumbuhan (dari sekitar 173 K sampai 310 K) tidak terlalu besar,
energi yang dipancarkan pada rentang ini beragam sekitar 50%, yang bias sangat
berpengaruh. Bahkan bila tumbuhan disinari matahari dan mendapatkan pula
radiasi infra- merah jauh dari lingkungannya (misalnya, dari atmosfer, awan
pepohonan, batu karang, atau tanah), energi radiasi yang dipancarkan daunnya
biasanya lebih dari 50% bagian yang diserap, dan dapat mencapai 80% atau lebih.

8
b). KONVEKSI

Secara umum,konveksi adalah proses tansport energi dengan kerja gabungan


dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur.atau dengan
kata lain, konveksi adalah proses di mana kalor ditransfer dengan pergerakan
molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau
gas. Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang
suhunya di atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap.

Pertama, panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke


partikel- partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara
demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida ini.
Kemudian partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu
lebih rendah di dalam fluida di mana mereka akan bercampur dengan , dan
memindahkan sebagian energinya kepada, partikel-partikel fluida lainnya. Dalam
hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi. Energi sebenarnya disimpan
di dalam partikel-partikel fluida dan diangkut sebagai akibat gerakan massa
partikel-partikel tersebut. Mekanisme ini untuk operasinya tidak tergantung hanya
pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara tepat memenuhi definisi
perpindahan panas. Tetapi hasil bersihynya adalah angkutan energi, dan karena
terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan sebagai suatu cara
perpindahan panas dan ditunjuki dengan sebutan aliran panas dengan cara
konveksi.

Panas (kalor) dirambat- konveksikan dari daun ke atmosfer dalam responnya


terhadap perbedaan suhu antara daun dan atmosfer. Jika radiasi yang datang
menyebabkan daun lebih panas, panas (kalor) akan berpindah dari daun ke
atmosfer. Selisih suhu merupakan daya penggerak; semakin besar selisihnya, daya
penggerak bagi konveksi semakin besar pula.

9
Dengan selisih suhu tertentu, laju perpindahan panas (kalor) secara konveksi
berbanding terbalik dengan hambatan terhadap konveksi. Dengan perpindahan
panas (kalor) secara konveksi, aliran panas (kalor) berbanding lurus dengan
selisih suhu antara daun dan atmosfer, serta berbanding terbalik dengan hambatan
terhadapa aliran panas (kalor) yang dihadapinya di atmosfer.

Besarnya hambatan terhadap perpindahan panas (kalor) secara konveksi


dinyatakan oleh ketebalan lapisan batas (disebut juga lapisan tak- terkacaukan).
Lapisan batas merupakan daerah perpindahan zalir (gas atau zat cair) yang
bersinggungan dengan suatu benda (dalam hal ini daun); di situ suhu, kerapatan
uap, atau kecepatan zalir dipengaruhi oleh benda tersebut. Pada selisih suhu
tertentu antara daun dan udara di luar lapisan batas (daya penggerak tertentu),
perpindahan panas (kalor) secara konveksi berlangsung lebih cepat bila lapisan
batas itu tipis (gradien suhu tajam), dan lebih lambat bila lapisan tersebut lebih
tebal (gradien kurang tajam).

Pada umumnya, terdapat pergerakan udara di sekitar daun: Semakin cepat


pergerakan udara, lapisan batas semakin tipis. Lapisan batas paling tipis terdapat
di bagian tepi daun terdepan ( tepi yang menghadap arah datangnya angina). Jika
permukaan daun sejajar dengan arah pergerakan angina, lapisan batas menebal
mulai dari tepi terdepan menuju ke tepi belakang daun. Dedaunan kecil, terutama
daun jarum conifer, memiliki lapisan batas paling tipis dan paling terpengaruhi
oleh konveksi. Dedaunan lebar, seperti daun palem kipas gurun pasir, mempunyai
lapisan batas paling tebal.

Dapat dirangkumkan bahwa lapisan batas paling tipis dan mempunyai


hambatan paling kecil untuk perpindahan panas (kalor) secara konveksi terjadi
pada daun yang kecil, dan di situ kecepatan angin tinggi. Perpindahanpanas
(kalor) secara konveksi paling efisien terjadi pada keadaan: dedaunan kecil
mempunyai suhu lebih mendekati suhu udara daripada dedaunan yang lebar,
khususnya bila ada angin.

10
c). TRANSPIRASI

Dalam beberapa hal, transpirasi mirip sekali dengan perpindahan panas (kalor)
secara konveksi. Daya penggerak bagi transpirasi adalah gradien kerapatan uap air
dari dalam daun ke atmosfer di luar lapisan batas. Hambatannya sebagian adalah
hambatan lapisan batas. Sampai di sini, konveksi dan transpirasi sama, tapi
terdapat hambatan tambahan yang lebih besar untuk transpirasi, yaitu stomata.
JJka stomata tertutup atau hamper tertutup, hambatan sagat tinggi; jika terbuka,
hambatan cukup rendah. Ada lagi hambatan lain selain pada daun selain hambatan
stomata, tapi biasanya hamper konstan. Hambatan kutikula terhadap lalu
lalangnya air bergantung pada kelembapan atmosfer, suhu, dan barangkali cahaya
atu beberapa factor lain. Karena hambatan ini selalu cukup tinggi, maka jarang
diperhitungkan. Hal yang penting untuk diingat ialah bahwa hambatan daun selalu
ada artinya daun bukan semata- mata seperti sehelai kertas basah. Dan hambatan
daun terhadap transpirasi dapat sangat beragam karena berbagi faktor lingkungan
yang mempengaruhi bukan stomata.

Selain ketebalan lapisan batas, gradien kerapatan uap ditentukan oleh dua
faktor, yakni kelembapan mutlak dan suhu daun. Biasanya, dianggap bahwa
RH(Kelembapan Nisbi yaitu jumlah uap air di udara pada suhu tertentu
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dapat dipegang oleh udara pada suhu
tersebut) di ruang bagian dalam daun mendekati 100%. Sebenarnya agak kurang,
sebab pada kesetimbangan, potensial air atmosfer daun bagian dalam sama
dengan potensial air di permukaan daun yang menguapkan air; biasanya besarnya
-0,05 sampai -3,0 Mpa, karena dalam keadaan setimbang dengan potensial air
jaringan. (jika kesetimbangan tidak tercapai, potensial air atmosfer daun akan
lebih rendah). Walupun demikian, potensial air daun bagian dalam setara dengan
RH kira- kira 98%. RH tinggi seperti itu jarang terjadi di atmosfer di luar lapisan
batas; oleh karena itu, sekalipun daun berada pada suhu yang sama benar dengan
atmosfer di luar lapisan batas, umumnya kerapatan uap di dalam daun lebih tinggi.

11
Gradien suhu dapat mempertajam gradien kerapatan uap, karena kerapatan
uap(cara unutk menyatakan konsentrasi air dalam bentuk uap) maksimum udara
sangat dipengaruhi oleh suhu.

Udara hangat dapat membawa air lebih lebih banyak daripada udara
dingin. Suatu pengujian memperlihatkan bahwa suhu udara 20C dan kelembapan
atmosfer 10% menimbulkan selisih kerapata uap sebesar kira- kira 9,8 gm -3 antara
daun dan udara, jika berada dalam suhu yang sama dan jika atmosfer di dalam
daun mendekati Rh 100%. (Pada 20 C, tekanan uap jenuh sebesar 10,9 gm -3, dan
10%nya adalah 1,1gm-3). Namun, jika daun berada pada 30C dan kelembapan
atmosfer sebesar 90% (pada 20C), masih ada selisih kerapatan uap sebesar 10,5
gm-3. Pada 30C, kerapata uap sebesar 20,3 gm-3; 90% dari 10,9 gm-3 adalh 9,8
gm-3, yang bila dikurangkan dari 20,3 gm-3 menghasilkan gradien sebesar 10,5 gm-
3
). Jadi, jika daun lebih panas daripada udara (kejadian yang lazim bila ada sinar
matahari), Transpirasi ke atmosfer dengan RH 100% bisa saja terjadi. Karena uap
menuju luar lapisan batas, uap tersebut akan mengembun membentuk tetesan
kecil- kecil seperti kabut, mirip dengan keadaan hutan yang mendapat sinar
matahari setelah hujan lebat. Tapi, kejadian ini tidak berakibat apa- apa pada
tumbuhan yang telah kehilangan air.Ingatlah bahwa biasanya sumber energi (daya
penggerak) bagi transpirasi adalah radiasi yang diterima.Transpirasi memberikan
manfaat yaitu sambil mengangkut mineral, memprthankan turgiditas optimum,
dan tentu saja menghilangkan sejumlah besar panas (kalor) dari daun.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan antara lain:

3.1.1 Mekanisme pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun


yaitu radisai, konveksi, dan transpirasi.

3.1.2 Pada mekanisme radiasi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun,


radiasi netolah yang penting. Jika daun menyerap energi radiasi yang lebih
banyak daripada yang dipancarkannya, maka kelebihannya harus dibuang
dengan cara konveksi atau transpirasi, atau melalui keduia cara tersebut (bila
tidak suhu akan naik).

3.1.3 Ada tiga hal yang penting yang perlu diperhatikan pada radiasi neto dari
sehelai daun yaitu panjang gelombang yang diserap, seluruh spektrum radiasi
yang datang, dan jumlah energi yang dipancarkan oleh daun.

3.1.4 Dapat dirangkumkan bahwa lapisan batas paling tipis dan mempunyai
hambatan paling kecil untuk perpindahan panas (kalor) secara konveksi terjadi
pada daun yang kecil dan di situ terdapat kecepatan angin tinggi. Perpindahan
panas (kalor) secara konveksi paling efisien terjadi di sini. Maka, dedaunan
kecil mempunyai suhu lebih mendekati suhu udara daripada dedaunan yang
lebar, khususnya bila terdapat angin.

3.1.5 Konveksi dan transpirasi hampir sama,hanya saja terdapat hambatan


tambahan yang lebih besar untuk transpirasi, yaitu stomata.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan dalam pembuatan makalah ini
adalah dengan pembuatan makalah ini bisa lebih membuka kemauan dan
partisipasi pembaca untuk lebih mengerti dan menyadari bagaimana proses
pertukaran energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun.

13
DAFTAR PUSTAKA

Frank,Kreith.1991.PRINSIP-PRINSIP PERPINDAHAN PANAS EDISI


KETIGA.Jakarta:Erlangga.

Salisbury,Frank B. dan Ross Cleon W.1995.FISIOLOGI TUMBUHAN JILID


1.Bandung:ITB.

Kompasiana.com/BiologiFisika/Suhu Daun

Nur Muhamad.2001. KAJIAN FISIS RADIASI PLASMA.Semarang : Undip

http://hermawayne.blogspot.com/2011/06/alasan-kenapa-benda-berwarna.html

14

Anda mungkin juga menyukai