Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Laporan Pendahuluan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan
Maternitas yang Dibimbing

Oleh:

Dr. Ns. Anita, M.Kep., Sp. Mat


NIP. 196902101992122001

Disusun Oleh :

MENTARI ANGGERAINI USMAN

1814401057

TINGKAT 2 REGULER 2

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN
A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke
jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh
difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak
a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena
kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak
hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B. ETIOLOGI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Kurang gizi (malnutrisi)
2.      Kurang zat besi dalam diit
3.      Malabsorpsi
4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
         Ibu mengeluh cepat lelah,
         Sering pusing,
         Mata berkunang-kunang,
         Malaise
         Lidah luka
         Nafsu makan turun (anoreksia),
         Konsentrasi hilang,
         Nafas pendek (pada anemia parah); dan
         Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

D. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1.   Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan
zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian
tablet besi.
a.       Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr
%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram
asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b.      Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral,
dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat
yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)      Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)      Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2.   Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a.       Asam folik 15 – 30 mg per hari
b.      Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c.       Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d.      Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
3.   Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4.   Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi
darah berulang dapat membantu penderita ini.
E. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah..

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun


2.      Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3.      Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4.      Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5.      LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6.      Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7.      SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
8.      Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
9.      Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10.  TBC serum : meningkat (DB)
11.  Feritin serum : meningkat (DB)
12.  Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13.  LDH serum : menurun (DB)
14.  Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15.  Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16.  Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
17.  Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18.  Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).

G. PENATALAKSANAAN

A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien


1.      Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2.      Kaji riwayat keluarga
B.     Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.
1.      Morfologi
a.       Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b.      SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi
c.       SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.      Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a.       Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b.      Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan
sehat.
c.       Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah,
namun masih normal.
d.      Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2)   Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti
Slow-Fe setiap hari
e.       Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2)   Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f.       Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan  di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1)   Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2)   Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a)    Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)
(b)   Kadar kosentrasizat besi serum
(c)    Kapasitas pegikat zat besi
(d)   Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e)    Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f)    Hitung trombosit
(g)   ujiguaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h)   Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i)     Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan
Afika-Amerika.
(3)   Konsultasikan dengan dokter
(4)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C.     Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.      Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan
B2).
2.      Konsultasikan ke dokter bila:
a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi
b.      Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

H. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG

No Data Masalah Penyebab


1 DS : Perubahan nutrisi Mual dan
- Pasien mengatakan kurang dari muntah
tidak ada nafsu kebutuhan tubuh
makan
- Klien mengatakan
sering merasa mual
DO :
- Tampak kurang
minat terhadap
makanan
- Membran mukosa
pucat
- Bising usus
DS :
- Klien mengatakan
lemas dan
berkunang-kunang
DO :
- Tampak warna kulit
Penurunan
membiru Gangguan perfusi
2 suplai oksigen
- Tampak kuku jaringan
ke jaringan
tumbuh lambat
- Ekstremitas dingin
- TD menurun
- Nadi lemah tidak
teraba

DS :

- Klien mengatakan
sesak nafas saat
beraktifitas.

- Klien mengatakan keletihan atau


3 Intoleransi aktivitas
lemah dan lesu kelemahan

DO :

- TD kurang dari
120/80 mmhg

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan mual,
muntah.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan atau kelemahan.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN (TUJUAN BESERTA KRITERIA HASIL &


INTERVENSI BESERTA RASIONAL)

1) Dx 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan


mual, muntah.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
 Berat badan klien dalam batas normal
 Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
 Mual dan muntah klien berkurang

Intervensi:

a. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/ sekarang dengan


menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit.
Rsional: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada nutrisi ibu selama
kehamilan.
b. Tentukan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan diet.
Rasional: menentukan kebutuhan belajar khusus.
c. Berikan informasi tertulis/ verbal yang tepat tentang diet prenatal dan supplement
vitamin/ zat besi.
Rasional: meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang saat dirumah.
d. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/ muntah.
Rasional: mual/ muntah pada trimester pertama dapat berdampak negative pada
status nutrisi prenatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
2) Dx 2: gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan.
Tujuan: setelah deberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam perfusi ke jaringan/
ke sel efektif.
Kriteria hasil:
 Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit( rambut, kuku, kelembapan)
 Tidak terdapat kebiruan pada kulit
 CRT dalam batas normal(kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)

Intervensi:

a. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.


Rasional: kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
b. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien
Rasional: keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari
2 detik dapat menandakan anemia.
c. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat brakikardi, atau takikardi. Catat perubahan pada
aktivitas janin(hipoaktif dan hiperaktif)
Rasional: mengkaji berkelanjutan hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon
pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan peningkatan gerakan. Bila
tetap deficit akan terjadi brakikardi dan penurunan aktivitas.
d. Catat kemungkinan kehilangan darah ibu dan adanya kontraksi uterus.
Rasional: kehilangan darah ibu secar berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
e. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
Rasional: menghilangkan tekanan vena cava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta atau janin dan pertukaran oksigen.

3) Dx 3: intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
dapat beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil:
 Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR.
 Mampu melakukan kgiatan sehari- hari(ADL) secara mandiri.
 Keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Intervensi:

a. Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/
miring dan penurunan aktivitas.
Rasional: mempertahankan janin jauh dari servik dan meningkatkan perfusi uterus
b. Kaji adanya factor yang bisa menyebabkan kelelahan.
Rasional: menentukan intervensi lanjutan yang tepat.
c. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
Rasional: meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan.
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan.
Rasional: menghindari aktivitas yang mampu meningkatkan kelelahan klien

DAFTAR PUSTAKA
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC
https://www.academia.edu/8075960/LP_kehamilan_dengan_anemia_PKM_harapan_raya

Anda mungkin juga menyukai