Anda di halaman 1dari 26

RANGKUMAN MATERI MATA KULIAH EVALUASI REMEDIAL HASIL BELAJAR

MATEMATIKA

Dosen Pembimbing : Hana Puspita S.pd M.pd

Disusun oleh :

Adilla Faulina – 1710251004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Rangkuman materi mata kuliah
Evaluasi Remedial Hasil Belajar Matematika. Terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada
Ibu Hana Puspita S.Pd, M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam penulisan tugas ini. Saya sangat
menyadari penyusunan tugas evaluasi ini masih belum menemukan kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna hasil yang lebih baik lagi.
Akhir kata, rangkuman dapat berguna bag isemua pihak , semoga apa yang kami bahas
disini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan teman – teman semua. Terima kasih.

Jember, 06 juni 2020

Penyusun
1.Konsep Dasar Penilaian

Menurut Cangelosi (1995 : 21) penilaian merpakan keputusan tentang nilai. Oleh sebab
tu, langkah selanjutnya sesudah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan
setelah siswa menjawab beberapa soal yang terdapat pada tes. Kemudian hasil jawaban
ditafsirkan dalam bentuk nilai. Ada beberapa cara melakukan penilaian yaitu diantaranya tes dan
non tes. Yang termasuk dalam kelompok tes antara lain tes objektif dan tes uraian. Sedangkan
yang termasuk kelompok bukan tes (non-tes) antara lain pedoman pengamatan, skala rating,
skala sikap, dan pedoman wawancara.

Tes

Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan di mana dalam setiap
butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan
demikian maka setiap tes menuntut siswa untuk memberi respons atau jawaban. Respons yang
diberikan oleh siswa dapat benar atau salah. Jika respons yang diberikan siswa benar maka kita
katakan siswa tersebut telah mencapai tujuan pembelajaran yang kita ukur melalui butir soal
tersebut. Tetapi jika respons yang diberikannya salah berarti mereka belum dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang ingin kita ukur. Tes dapat berupa tes objektif ataupun tes uraian.

Non Tes

Non tes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji
peserta didik dengan meakukan pengamatan secara sistematis. Penilaian ini tidak menggunakan
tes. Macam-macam instrument non tes dalah observasi, wawancara, Daftar cek, studi kasus.

Sekarang kita bahas lebih lanjut uraian mengenai pengukuran, asesmen, dan evaluasi.

1) Pengukuran Semua kegiatan di dunia ini tidak akan bisa lepas dari masalah pengukuran.
Keberhasilan suatu program pendidikan hanya dapat diketahui setelah dilakukan
pengukuran. Semua kegiatan penelitian yang dilakukan dalam berbagai bidang selalu
melibatkan pengukuran baik pengukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif.
Produk yang dihasilkan dari suatu teknologi selalu menggunakan pengukuran sehingga
dapat dihasilkan produk yang mempunyai presisi tinggi.
2) asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang
diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam
asesmen antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir
semester, laporan kerja dan lain sebagainya. Contoh: guru memberi tugas kepada siswa
untuk mengarang yang harus dikumpulkan pada tanggal yang telah ditetapkan. Setelah
siswa mengumpulkan karangan, guru memeriksa dan memberi umpan balik kepada siswa
untuk diperbaiki lagi. Hasil pemeriksaan dikembalikan kepada siswa untuk diperbaiki.
Siswa kemudian memperbaiki karangannya sesuai dengan masukan guru. Setelah
memperbaiki karangannya, siswa mengumpulkan kembali karangannya kepada guru
untuk dinilai. Dari kegiatan seperti ini, guru dapat menilai hasil dan perkembangan
belajar siswa.
3) Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu
program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta
pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan,
dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi bertujuan untuk meningkatkan
kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.
Agar dapat meningkatkan kualitas, kinerja, dan produktivitas maka kegiatan evaluasi
selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan asesmen.
2. Perencanaan Evaluasi

Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah keseluruhan kegiatan baik berupa pengukuran maupun


penilaian (pengukuran data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk
membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Prinsip – Prinsip Dasar Evaluasi Pembelajaran

1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembeljaran bagi


masyrakat.

2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang
berbeda

3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu.
Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah
program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.

4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.

5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.

6. Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.

7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk
pendalaman metode penggalian informasi.

8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.

9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi
sumatif dan evaluasi program.

10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat,
bukan terpaku pada angka soalan tes.
Syarat-syarat Umum Evaluasi

Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut :

1. Validitas : Ketepatan, artinya penilaian harus benar-banar apa yang hendak diukur.

2. Realibilitas : Ketetapan hasil

3. Objektivitas : Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya
interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu dalam kata lain sesuai dengan
kemampuan siswa.

4. Efisiensi : Suatu alat evaluasi sedapat mungkin digunakan tanpa membuang waktu dan uang
yang banyak.

5. Praktis : Praktis digunakan

6. Kontinuitas : Berkesinambungan

7. Komprehensif : Berkaitan dengan sikap nilai

8. Akuntabilitas : Bertanggung jawab terhadap apa yang di jadikannya evaluasi.

Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang
memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:

1. Fungsi normatif, Yaitu berfungsi sebagai perbaikan sistem pembelajaran

2. Fungsi diagnostik, Yaitu berfungsi untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses
pembelajaran.

3. Fungsi sumatif, Berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.


3. Pengembanagan Tes

Pengertian

Tes uraian adalah bentuk tes yang mengandung pertanyaan yang jawabannya tidak
disediakan oleh pembuat soal. Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau
suruhan yang mengkehendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relative panjang
(Nurkancana dan Sumartana 1986:42)

Karakteristik

Tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tes uraian bentuk terbuka dan tes uraian
terbatas . pembagian tes ini berdasarkan pada kebebasan yang diberikan pembuat soal kepada
penjawab soal atau siswa menuangkan hasil gagasan atau pemikirannya. Pada tes uraian terbuka
setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab sesuai dengan yang
dipikirkannya. Sedangkan tes uraian terbatas dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah
dibatasi.

Penerapannya

Tes Uraian dapat digunakan apabila :

1. Jumlah siswa atau peserta tes terbatas

2. Waktu yang dipunyai guru untuk mempersiapkan soal terbatas

3. Tujuan Instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam
bentuk tertulis.

4. Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian
tetapi dapat disimpulkan sari tulisan peserta tes.

5. Guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar siswanya.

 Kelebihan Tes Uraian

1. Tes uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks.
2. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan kemampuan
menguraikan berbagai hasil pemikiran dan sumber informasi kedalam suatu pola berpikir
tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah.
3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta didik untuk melahirkan kepribadiannya
dan watak sendiri.
4.  Memudahkan guru untuk menyusun butir soal.
5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis.
6.  Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menebak jawaban.
7. Dapat mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu materi

Kelemahan tes uraian

1. Reliabilitasnya
2. Untuk menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang banyak.
3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan.
4. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling membedakan prestasi
belajar siswa.
5. Memeriksa hasil tes relatif sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama.
6. Dalam penilaian mudah dipengaruhi unsur subjektivitas dari penilai.
7. Kurang representatif dalam mewakili materi pelajaran, karena hanya terdiri dari beberapa butir
soal.
8. Pemeriksanya hanya dapat dilakukan oleh ahlinya.
9.Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas.
10.Memungkinkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban sehingga tidak ada
rumusan benar yang pasti. Lebih memberikan peluang untuk bersifat subjektif.
11.Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.

Cara penilaian tes uraian


- Memeriksa tes bentuk essai lebih sulit dibandingkan dengan bentuk tes objektif.
- Untuk menghindari faktor subjektifitas maka sebaiknya sebelum memeriksa lembar jawaban
dipersiapkan dulu kriteria jawaban yang benar.
- Lembar jawaban diperiksa perorang.
- Lembar jawaban diperiksa nomor demi nomor.

Pemberian Skoring pada tes Essai


Pemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10
dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring dari angka 1. Semakin
tinggi skala pengukuran yang digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian
skor ini berlaku sama untuk semua nomor soal.
Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai
dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah diberi
bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit bobotnya 5.

B. Soal bentuk Objektif

Pengertian

Tes objektif adalah jenis tes yang didalamnya sudah disediakan alternatif atau kemungkinan
jawaban yang dapat dipilih oleh siswa.

Karakteristik

- Benar-salah (true false)


Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar
atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut
benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah.

-Mejodohkan (matching)
Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas peserta tes
adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban

Pilihan ganda (multiple choice)


Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan tentang suatu materi
tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari kunci jawaban
dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling
sesuai dengan pernyataan yang ada dalam soal

Penerapannya

Untuk Penerapan dari soal objektif yaitu ketika guru sudah mempersiapkan soal-soal
tersebut dan yang mengikuti peserta tes banyak. Untuk penerapan yang lain menyesuaikan dari
kemauan guru untuk menerapkan soal dalam bentuk apa.

Kelebihan  Tes Objektif


- Waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat
- Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap kadar
reliabilitas
- Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban dapat dibuat secara
pasti
- Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban sudah dapat ditentukan
secara pasti.
- Faktor terka-menerka relatif lebih kecil
- Dapat dipakai untuk mengukur berbagai tujuan kurikuler
- Tidak mengandung jawaban yang dapat dimaknakan bermacam-macam.
- Siswa dapat memperoleh jawaban yang benar tanpa melakukan sesuai dengan yang diminta
- Bagaimanapun fleksibelnya bentuk ini masih sukar untuk dapat mengungkapkan kemampuan
membuktikan, melukis, kreativitas kemampuan membaca, penemuan, pemecahan masalah.
- Lebih representatif mewakili isi dan banyaknya materi/bahan
- Lebih objektif dalam penilaian
- Lebih mudah dan cepat memeriksanya
- Waktu yang diperlukan untuk memeriksa jawaban siswa relatif singkat
- Pemeriksaan hasil tes dapat dibantu oleh orang lain
- Soal-soal lebih mungkin dapat dipakai ulang

Kelemahan Tes Objektif


- Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat. Tidak dapat mengetahui
jalan pikiran testi dalam menjawab suatu pesoalan.
- Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri.
- Bahan ajar yang diungkap dengan tes objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal yang
factual.
- Dibutuhkan persiapan penyusunan tes yang relatif lebih sulit dibandingkan tes uraian
- Proses berpikir anak tidak bisa diukur
- Sifat kreatif siswa akan cenderung menumpul
- Beberapa aspek kemampuan tidak bisa atau sukar diungkapkan
- Banyak kesempatan untuk untung-untungan
- Kerjasama siswa dalam menjawab tes lebih terbuka

Cara Penilaian Tes Obketif


Analisis tes hasil belajar bentuk objektif dapat diketahui dari dua kriteria atau dua
parameter, yaitu indeks kesukaran dan indeks daya diskriminasi.

C. Soal bentuk Lisan

Pengertian

Tes lisan merupakan serangkaian soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas


yang diberikan kepada peserta didik secara lisan dan jawaban yang diberikan peserta didik secara
lisan juga. Namun demikian dapat juga soal-soal tes diajukan secara lisan dalam waktu yang
ditentukan dan jawabannya harus dibuat secara tertulis.

Karakteristik

1. Pertanyaan Lisan-Respon Lisan


Pertanyaan lisan dengan jawaban lisan harus serupa dengan pertanyaan yang ditulis untuk sebuah
tes essai

2. Tes Lisan-Respon Tertulis


Jenis pertanyaan dengan jawaban luas atau jawaban yang terbatas yang telah disebutkan lebih
dahulu untuk ujian jawaban lisan, dapat juga dilaksanakan secara lisan jika siswa-siswa diminta
jawaban tertulis.

3. Tes Penampilan Lisan


Ujian penampilan lisan terutama dapat diadaptasikan dengan baik pada berbicara, drama dan
pelajaran bahasa inggris. Berbicara dan drama, keduanya menekankan penampilan verbal dan
kualitas penampilan tidak dapat diukur dengan ujian tertulis.

Prinsip Penerapan Tes Lisan

a) Pelaksanaan tes lisan yang trampil perlu mencapai pengukuran yang baik. Siswa-siswa
harus mendengar dan mengerti pertanyaan jika mereka diharapkan dapat memberi respon
dengan baik.
b) Jika tes lisan dipakai untuk tujuan pengajaran atau reviu, tidak ada atau sedikit saja nilai
yang diberikan pada ujian tersebut.
c) Jika hanya satu pertanyaan diberikan kepada seorang individu, guru harus hati-hati
menjaga agar tingkat kesukaran pertanyaan itu sama, atau setidak-tidaknya menyesuaikan
kesukaran tes kepada kemampuan siswa.
d) Walaupun penilaian tes lisan sering subyektif, guru harus berusaha menghindarkan faktor-
faktor luar yang tidak perlu seperti favoritism

Kelebihan dan Kelemahan Tes Lisan


Purwanto (2006) menambahkan bahwa tes lisan sebagai alat evaluasi belajar mengajar
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, diantaranya:

Kelebihan tes lisan

1. Lebih dapat menilai kepribadian dan isi pengetahuan seseorang karena dilakukan secara
face to face.
2. Jika si penjawab belum jelas, pengetes dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti
oleh si penjawab.
3. Dari sikap dan cara menjawabnya, pengetes dapat mengetahui apa yang “tersirat” di
samping yang “tersurat”.
4. Pengetes dapat mengorek isi pengetahuan seseorang sampai mendetail dan dapat
mengetahui bidang mana dari pengetahuan itu yang disenangi.
5. Untuk mengevaluasi kecakapan tertentu, seperti bahasa inggris dan bahasa Indonesia.
6. Pengetes dapat langsung mengetahui hasilnya.
Kelemahan tes lisan

1. Jika hubungan antara pengetes dan yang akan dites kurang baik, dapat menggangu
objektivitas hasil tes.
2. Sifat penggugup pada yang dites dapat menggangu kelancaran jawaban yang diberikan.
3. Pertanyaan yang diajukan tidak dapat selalu sama pada tiap-tiap orang yang dites.
4. Untuk mengetes kelompok memerlukan waktu yang lama sehingga tidak ekonomis.
5. Pribadi dan sikap pengetes dan hubungannya dengan yang dites memungkinkan hasil
yang kurang obyektif.
4. Assesmen Alternatif

A. Penilaian Alternatif

Pengertian

Penilaian alternative merupakan penilaian yang mengukur kemampuan relatifn siswa


untuk mencapai tujuan proses pembelajaran. Secara khusus dalam matematika meliputi
kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, berfikir kritis, koneksi dan lain sebaginya.

Penggunaan penilaian alternative

1. Soal mengarah pada tujuan pembelajaran umum,khusus, isi atau materi pada kurikulum

2. Jawaban dari soal berupa ide dari siswa, gagasan dalam situasi masalah matematika yang tidak
hanya meminta jawaban tunggal

3. Memberikan kesempatan untuk menilai proses-proses dalam tugas

4. Soal realistis, menarik dan Merangsang berfikir

5. Soal menekankan kepada pendalaman materi

6. Soal Open ended

7. Menimbulkan pertanyaan baru atau masalh lain.

Contoh Rubrik Penilaian Alternatif

- Diberi Scor 4 jika jawaban Sangat Memuaskan


- Diberi Scor 3 jika jawaban Puas
- Diberi Scor 2 jika jawaban Cukup
- Diberi Scor 1 jika jawaban Kurang Memuaskan
- Diberi Scor 0 jika jawaban Tidak Memuaskan

B. Penilaian Portofolio

Pengertian
Penilaiaian Portofolio yaitu penilaian yang digunakan untuk melihat perkembangan
peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan hasil atau karya sebagai bukti dari suatu kegiatan.

Penggunaan Peniliaian Portofolio

1. Memperlihatkan perkembangan dari peserta didik

2. Menunjukan suatu pemahaman dari beberapa konsep, topic dan isu yang diberikan

3. Mendemonstrasikan perbedaan bakat peserta didik

4. Mendemonstrasikan kemampuan untuk memproduksi atau mengkreasi suatu pekerjaan secaa


orisinal

5. Mendokumentasikan kegiatan selama periode tertentu

6. Mendokumentasikan kemampuan menampilkan karya seni

7. Mendokumentasikan kemampuan mengintegrasikan teori dan praktek

8. Merefleksikan nilai-nilai individual atau pandangan dunia secara lebih luas.

Rubrik Penilaian Portofolio

Untuk penggunaan scor pada penilaiain portofolio bisa menggunakan angka atau huruf.
Adapun indikator penilaian diantaranya yaitu : Signifikasi, pemahaman,argumentasi,
responsiveness, kerjasama kelompok.

Penilaian portofolio juga dapat menggunakan proses yang telah dilakukan peserta didik,
kegiatan yang dilakukan peserta didik, dokumen yang telah dikumpulkan oleh peserta didik dsb.

C. Penilaian Afektif

Pengertian

Menurut Zainal arifin (2009) menjelaskan ada dua hal yang berhubungan dengan
penilaian afektif yang harus dinilai. Pertama, kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam
pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilian dan internalisasi. Kedua
sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran.
Penggunaan Penilaian Afektif

1. Untuk memperoleh informasi minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran

2. Mengetahui sikap peserta didik pada saat berlangsungnya mata pelajaran tertentu.

3. Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri

4. Menegungkap nilai individu peserta didik

Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif

1. Menentukan spesifikasi instrument

2. Menulis Instrumen

3. Menentukan skala pengukuran

4. Menentukan Sitem penskoran

5. Menelaah Insturmen

6. Melakukan uji coba

7. Menganalisis Instrumen

8. Merakit Instrumen

9. Melakukan Pengukuran

10. Menafsirkan hasil Pengukuran


5.Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar

Memeriksa dan Mengolah Hasil Tes


 Memeriksa Hasil Tes Objektif
Salah satu keuntungan tes objektif adalah hasil tes dapat diperiksa secara cepat dan tepat serta
mempunyai ketetapan hasil yang tinggi.
Cara pemeriksaan yang sering dilakukan adalah cara manual, yaitu dengan menggunakan master
lembar jawaban yang sama persis dengan lembar kerja siswa. Master lembar jawaban objektif
bisa dilubangi dengan menggunakan putung roko atau bara obat nyamuk. Master inilah yang
kemudian diigunakan untuk memeriksa jawaban siswa, yakni dengan cara menempelkan master
lembar jawaban dengan lembar jawaban siswa. Jika lembar jawaban siswa tidak masuk pada
lubang master lembar jawaban, maka jawaban tersebut dinilai salah.
Cara selanjutnya jika siswanya banyak, maka pemeriksaan dapat digunakan dengan
menggunakan komputer, yakni dengan cara men scan lembar jawaban siswa.

 Memeriksa Hasil Tes Uraian


Ada lima faktor yang menjadi permasalahan ketika memeriksa hasil tes uraian yaitu:
a.       Ketidaktepatan pemeriksaan dalam pemberian scor,
b.      Adanya hallo effect,
c.       Carry over effect,
d.      Order effect,
e.       Adanya efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa.

Pendekatan dalam Pemberian Nilai

 Pengorganisasian Informasi Hasil Belajar

Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor
mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Data hasil belajar siswa tersebut
perlu ditata agar lebih mudah dipahami. Seanjutnya data tersebut diolah dan diinterpretasikan
untuk kemudian diambil keputusan tentang bagaimana pencapaian hasil belajar siswa.
 Pendekatan dalam Penilaian
Ada dua buah pendekatan yang sering digunakan untuk mengintepretasikan data hasil
pengukuran yaitu Penelitian Acuan norma (PAN) dan Penelitian Acuan Kriteria (PAK)

1.      Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)


Pendekatan penilaian acuan normal adalah suatu endekatan untuk menginterpretasikan
hasil belajar siswa dimana hasil belajar yang diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil
belajar yang diperoleh kelompoknya.
a.      Harga rata-rata (means)
b.      Simpangan baku (SB)
c.       Penggunaan kurva normal

2.      Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)


Jika dalam pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN) keberhasilan setiap anak dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh kelompoknya, maka dalam PAK keberhasilan setiap anak tidak
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya tetapi keberhasilan setiap anak akan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

3.      Penilaian
Pengertian penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang pencapaian hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Prinsip-prinsip penilaian antara lain:
a.       Berorientasi pada pencapaian kompetensi
b.      Valid
c.       Menyeluruh
d.      Adil dan objektif
e.       Berkesinambungan
f.        Menyeluruh
g.      Bermakna
4.      Penyajian Hasil Penilaian
Bentuk penilaian yang dilakukan guru, antara lain:
a.   Penilaian dengan menggunakan angka. Dalam penilaian ini hasil belajar yang diperoleh siswa
diberikan dalam bentuk angka. Rentang angka yang digunakan berupa 1 – 10 atau 1 – 100.
b.   Penilaian dengan kategori. Dalam penilaian hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk kategori,
misalnya Baik, Cukup, dan Kurang.
c.   Penilaian dengan ;uraian atau narasi. Dalam hal ini penilaian hasil belajar siswa disajikan dalam
bentuk uraian atau narasi, misalnya siswa belum dapat membaca lancar lancar dsb.
d.   Penilaian kombinasi. Dalam penilaian ini hasil belajar siswa diberikan dalam bentuk kombinasi
penilaian baik berupa penilaian angka, kategori dan narasi.

5.      Proses Pemberian Nilai


Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentu tingkat keberhasilan siswa dalam
pencapaian kompetensi diperlukan alat ukur dan jenis tagian sebagai berikut:
a.   Kuis: digunakan untuk menyakan hal-hal prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat.
b.   Pertanyaan lisan di kelas: digunakan untuk mengungkap penguasaan konsep, prinsip, atau teori
saat proses pembelajaran berlangsung.
c.   Ulangan harian: digunakan secara periodik untuk mengungkap pemahaman atau keterampilan
siswa terhadap apa yang telah diajarkan oleh guru.
d.   Tugas individu atau kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam menerapkan
berbagai konsep, prinsip, atau teori serta melatih kerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas
e.   Ulangan semesteran: digunakan untuk mengukur pencapaian kompetemsin siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran selama satu semester.
f.   Laporan tuas atau laporan kerja: digunakan untuk mengungkap kemampuan siswa dalam
menbuat laporan dari tugas atau kerja praktek yang diberikan.
g.   Ujian praktek; digunakan untukmengungkap keterampilan siswa dalam melakukan sesuatu.
6.Penilaian Kualitas Alat Ukur

Validitas
Validitas merupakan produk dari validasi. Validasi adalah suatu proses yang dilakukan
oleh penyusun atau pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris guna
mendukung kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrumen. Sedangkan validitas adalah
kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya.
Suatu alat ukur disebut memiliki validitas apabila alat ukur tersebut isinya layak
mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kreteria tertentu, artinya adanya
kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.

Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah keadaan instrumen yang menunjukkan hasil pengukuran
yang reliable (tidak berubah-ubah, konsisten). Instrumen yang reliable adalah instrumen yang
apabila digunakan untuk mengukur subyek atau objek yang sama pada waktu yang berbeda dan
pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda hasilnya tetap sama.

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi reliabilitas suatu tes yaitu:

1. Kemampuan peserta tes atau subjek uji coba. Makin heterogen atau makin berbeda
kemampuan peserta tes makin tinggi reliabilitas tes.
2. Semakin besar jumlah peserta tes semakin besar reliabilitas, karena semakin banyak
peserta tes maka semakin beragam kemampuannya.
3. Panjang pendeknya tes. Jumlah item tes yang banyak dengan mengkaji beberapa tujuan
akan lebih reliable dibandingkan dengan jumlah item yang sedikit, karena akan lebih
representatif. Namun jumlah item tes yang terlalu banyak akan melelahkan dan
mengganggu konsentrasi sehingga hasil yang diperoleh tidak tepat lagi.
4. Evaluasi yang subjektif juga akan menurunkan reliabilitas.
5. Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Menentukan Validitas Hasil pengukuran

Untuk mengetahui validitas item, menggunakan rumus korelasi point biserial yang rumus
lengkapnya sebagai berikut :

M p −M t p
y pbi =
St √ q

Keterangan :

y pbi = Koefesien korelasi biserial

M p = Merata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = Merata Skor total

St = Standar deviasi dari skor total

P = Proporsi siswa yang menjawab benar

Q = Proporsi siswa yang menjawab salah ( q = 1- p) (Suharsimi Arikunto, 2012: 93)

Indeks korelasi point biserial yang diperoleh dari hasil perhitungan dikonsultasikan
dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% sesuai dengan jumlah siswa yang diteliti. Kualitas soal
dilihat dari segi validitas, dapat ditentukan dengan menafsirkan koefisien korelasi dengan
menggunakan kriteria:

0,81 – 1,00 = sangat tinggi

0,61 – 0,80 = tinggi 0,

41 – 0,60 = cukup

0,21 – 0,40 = rendah


0,00 – 0,20 = sangat rendah (Zainal Arifin, 2011: 257)

Menentukan Reliabilitas Hasil pengukuran

Untuk mencari relibilitas, digunakan rumus K-R. 20:

n s 2−∑ pq
r 11 = ( )(
n−1 s2 )
Keterangan :
r 11 = Reabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item benar

q = proporsi subjek yang menjawab item salah

n = banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (akar varians ) (Suharsimi Arikunto, 2012:115)

Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes umumnya:

1) Jika r11 > 0,70 maka tes yang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (reliable).

2) Jika r11 < 0,70 maka tes yang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang
tinggi (unreliable). (Anas Sudijono, 2011: 209)
7.Penilaian Dan Penafsiran Hasil Penilaian

Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang
menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar, penilaian dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
 Penilaian formatif
Penilaian formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauhmanakah suatu proses
pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan Penilaian sumatif.
 Penilaian sumatif
Penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmanakah peserta didik telah dapat
berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit berikutnya. Untuk melakukan penilaian hasil
belajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip dan teknik penilaian.

Prinsip – Prinsip Pemberian Nilai

1. Mendidik, yakni mampu memberikan sumbangan positif terhadap peningkatan pencapaian


belajar peserta didik. Hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan memotivasi
peserta didik untuk lebih giat belajar.

2. Terbuka/transparan, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan


keputusan diketahui oleh pihak yang terkait.

3. Menyeluruh, yakni meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai. Penilaian yang
menyeluruh meliputi ranah pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap dan nilai
(afektif) yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

4. Terpadu dengan pembelajaran, yakni menilai apapun yang dikerjakan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar itu dinilai, baik kognitif, psikomotorik dan afektifnya. Dengan
demikian, penilaian tidak hanya dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan pokok bahasan
tertentu melainkan saat mereka sedang melakukan proses pembelajaran.

5. Objektif, yakni tidak terpengaruh oleh pertimbangan subjektif penilai.

6. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap untuk memperoleh
gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.

7. Berkesinambungan, yakni dilakukan secara terus menerus sepanjang berlangsungnya kegiatan


pembelajaran.

8. Adil, yakni tidak ada peserta didik yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar
belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan jender.

9. Menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan


kelulusan peserta didik.

Penilaian di Berbagai Jenjang Pendidikan

 Penilaian Di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah


Kejuruan

PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 menyebutkan bahwa
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1.      Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2.      Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
3.      Penilaian hasil belajarr oleh pemerintah
Dari rincian penilain pendidikan tersebut, terdapat beberapa bentuk penilaian yang digunakan
untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu:
1.      Ulangan harian
2.      Tugas-tugas
3.      Ulangan tengah semester
4.      Ulangan akhir semester
5.      Ulangan kenaikan kelas
6.      Pengamatan terhadap perubahan perilaku / sikap dan psikomotorik.
7.      Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karkateristik materi yang dinilai
8.      Ujian sekolah
9.      Ujian nasional
10.  Bentuk penilaian lain seperti penilaian diri, kuesioner, penilaian proyek, dan portofolio.

 Penilaian Di Perguruan Tinggi


Penilaian di perguruan tinggi dikembangkan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai UU
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989; PP No. 60 Tahun 1999, dan SK Mendiknas No.
233/U/2000 Tahun 2000. SK Mendiknas mengenai Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa Baab V
Pasal 12, 14, 15 dan 16.
Pasal 12 :
1.      Terhadap kegiatan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara berkala yang
dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen;
2.      Ujian dapat dilaksanakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir
akhir program study, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi;
3.      Penilaian hasil belajar dinyatakan dalam A, B, C, D, dan E yang masing-masing bernilai
4,3,2,1, dan 0.

Pemanfaatan Hasil Tes untuk meningkatkan Proses Pembelajaran

 Untuk Pemantauan kemajuan hasil belajar

Dengan melakukan ulangan berarti guru telah melakukan pemantauan kemajuan hasil belajar
siswanya, apakah materi yang sudah dibahas, atau didiskusikan sudah dikuasai siswaatau
belum.Dalam kegiatan ini yang menjadi perhatian guru adalah peningkatan kemampuan siswa,
jangan sampai proses pembelajaran yang menghabiskan waktu dan biaya tidak sedikit itu tidak
menghasilkan apa-apa, tidak menghasilkanpeningkatan kemampuan siswa.

 Untuk Perbaikan Pembelajaran

Dengan ulangan dapat diketahui butir-butir kompetensi yang sudah dikuasai ataupun yang
belum dikuasai oleh siswa. Dalam hal ini, ulangan merupakan tindakan refleksi pada
pembelajaran yang oleh Marzano, et.al (2011) disebut dengan reflecting on teaching.
DAFTAR PUSTAKA

Atik Fitriatun, S. (2013). Analisis Validitas dan Reabilitas Dan Butir Soal Latihan Ujian
Ekonomi Akuntansi di MAN Maguwoharjo. Analisis Validitas, Reliabilitas , 7,8

Dena Giatika, J. (2018). Mengelola, Memahami, Menerapkan Analisis Validitas, Reabilitas,


Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda. Evaluasi Pembelajaran, 5,6

Drs. Adi Suryanto, M. (n.d.). Konsep Dasar Penilaian dalam Pembelajaran. Evaluasi
Pembelajaran di SD, 1.3,1.4,1.5,1.6.

Erwin Nugraha, N. O. (2014). Pengembangan Proses Dan Evaluasi Dalam Perencanaan


Pembelajaran. 5,6,7.

Kartowagiran, B. (2012). Pemanfaatan Hasil Penilaian. 3,4.

Anda mungkin juga menyukai