MATEMATIKA
Disusun oleh :
Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Rangkuman materi mata kuliah
Evaluasi Remedial Hasil Belajar Matematika. Terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada
Ibu Hana Puspita S.Pd, M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam penulisan tugas ini. Saya sangat
menyadari penyusunan tugas evaluasi ini masih belum menemukan kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna hasil yang lebih baik lagi.
Akhir kata, rangkuman dapat berguna bag isemua pihak , semoga apa yang kami bahas
disini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan teman – teman semua. Terima kasih.
Penyusun
1.Konsep Dasar Penilaian
Menurut Cangelosi (1995 : 21) penilaian merpakan keputusan tentang nilai. Oleh sebab
tu, langkah selanjutnya sesudah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan
setelah siswa menjawab beberapa soal yang terdapat pada tes. Kemudian hasil jawaban
ditafsirkan dalam bentuk nilai. Ada beberapa cara melakukan penilaian yaitu diantaranya tes dan
non tes. Yang termasuk dalam kelompok tes antara lain tes objektif dan tes uraian. Sedangkan
yang termasuk kelompok bukan tes (non-tes) antara lain pedoman pengamatan, skala rating,
skala sikap, dan pedoman wawancara.
Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan di mana dalam setiap
butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan
demikian maka setiap tes menuntut siswa untuk memberi respons atau jawaban. Respons yang
diberikan oleh siswa dapat benar atau salah. Jika respons yang diberikan siswa benar maka kita
katakan siswa tersebut telah mencapai tujuan pembelajaran yang kita ukur melalui butir soal
tersebut. Tetapi jika respons yang diberikannya salah berarti mereka belum dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang ingin kita ukur. Tes dapat berupa tes objektif ataupun tes uraian.
Non Tes
Non tes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji
peserta didik dengan meakukan pengamatan secara sistematis. Penilaian ini tidak menggunakan
tes. Macam-macam instrument non tes dalah observasi, wawancara, Daftar cek, studi kasus.
Sekarang kita bahas lebih lanjut uraian mengenai pengukuran, asesmen, dan evaluasi.
1) Pengukuran Semua kegiatan di dunia ini tidak akan bisa lepas dari masalah pengukuran.
Keberhasilan suatu program pendidikan hanya dapat diketahui setelah dilakukan
pengukuran. Semua kegiatan penelitian yang dilakukan dalam berbagai bidang selalu
melibatkan pengukuran baik pengukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif.
Produk yang dihasilkan dari suatu teknologi selalu menggunakan pengukuran sehingga
dapat dihasilkan produk yang mempunyai presisi tinggi.
2) asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang
diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam
asesmen antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir
semester, laporan kerja dan lain sebagainya. Contoh: guru memberi tugas kepada siswa
untuk mengarang yang harus dikumpulkan pada tanggal yang telah ditetapkan. Setelah
siswa mengumpulkan karangan, guru memeriksa dan memberi umpan balik kepada siswa
untuk diperbaiki lagi. Hasil pemeriksaan dikembalikan kepada siswa untuk diperbaiki.
Siswa kemudian memperbaiki karangannya sesuai dengan masukan guru. Setelah
memperbaiki karangannya, siswa mengumpulkan kembali karangannya kepada guru
untuk dinilai. Dari kegiatan seperti ini, guru dapat menilai hasil dan perkembangan
belajar siswa.
3) Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu
program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta
pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan,
dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi bertujuan untuk meningkatkan
kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.
Agar dapat meningkatkan kualitas, kinerja, dan produktivitas maka kegiatan evaluasi
selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan asesmen.
2. Perencanaan Evaluasi
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang
berbeda
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu.
Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah
program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk
pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi
sumatif dan evaluasi program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat,
bukan terpaku pada angka soalan tes.
Syarat-syarat Umum Evaluasi
Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut :
1. Validitas : Ketepatan, artinya penilaian harus benar-banar apa yang hendak diukur.
3. Objektivitas : Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya
interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu dalam kata lain sesuai dengan
kemampuan siswa.
4. Efisiensi : Suatu alat evaluasi sedapat mungkin digunakan tanpa membuang waktu dan uang
yang banyak.
6. Kontinuitas : Berkesinambungan
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang
memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:
2. Fungsi diagnostik, Yaitu berfungsi untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses
pembelajaran.
Pengertian
Tes uraian adalah bentuk tes yang mengandung pertanyaan yang jawabannya tidak
disediakan oleh pembuat soal. Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau
suruhan yang mengkehendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relative panjang
(Nurkancana dan Sumartana 1986:42)
Karakteristik
Tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tes uraian bentuk terbuka dan tes uraian
terbatas . pembagian tes ini berdasarkan pada kebebasan yang diberikan pembuat soal kepada
penjawab soal atau siswa menuangkan hasil gagasan atau pemikirannya. Pada tes uraian terbuka
setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab sesuai dengan yang
dipikirkannya. Sedangkan tes uraian terbatas dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah
dibatasi.
Penerapannya
3. Tujuan Instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam
bentuk tertulis.
4. Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian
tetapi dapat disimpulkan sari tulisan peserta tes.
1. Tes uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks.
2. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan kemampuan
menguraikan berbagai hasil pemikiran dan sumber informasi kedalam suatu pola berpikir
tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah.
3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta didik untuk melahirkan kepribadiannya
dan watak sendiri.
4. Memudahkan guru untuk menyusun butir soal.
5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis.
6. Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menebak jawaban.
7. Dapat mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu materi
1. Reliabilitasnya
2. Untuk menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang banyak.
3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan.
4. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling membedakan prestasi
belajar siswa.
5. Memeriksa hasil tes relatif sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama.
6. Dalam penilaian mudah dipengaruhi unsur subjektivitas dari penilai.
7. Kurang representatif dalam mewakili materi pelajaran, karena hanya terdiri dari beberapa butir
soal.
8. Pemeriksanya hanya dapat dilakukan oleh ahlinya.
9.Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas.
10.Memungkinkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban sehingga tidak ada
rumusan benar yang pasti. Lebih memberikan peluang untuk bersifat subjektif.
11.Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
Pengertian
Tes objektif adalah jenis tes yang didalamnya sudah disediakan alternatif atau kemungkinan
jawaban yang dapat dipilih oleh siswa.
Karakteristik
-Mejodohkan (matching)
Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas peserta tes
adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban
Penerapannya
Untuk Penerapan dari soal objektif yaitu ketika guru sudah mempersiapkan soal-soal
tersebut dan yang mengikuti peserta tes banyak. Untuk penerapan yang lain menyesuaikan dari
kemauan guru untuk menerapkan soal dalam bentuk apa.
Pengertian
Karakteristik
a) Pelaksanaan tes lisan yang trampil perlu mencapai pengukuran yang baik. Siswa-siswa
harus mendengar dan mengerti pertanyaan jika mereka diharapkan dapat memberi respon
dengan baik.
b) Jika tes lisan dipakai untuk tujuan pengajaran atau reviu, tidak ada atau sedikit saja nilai
yang diberikan pada ujian tersebut.
c) Jika hanya satu pertanyaan diberikan kepada seorang individu, guru harus hati-hati
menjaga agar tingkat kesukaran pertanyaan itu sama, atau setidak-tidaknya menyesuaikan
kesukaran tes kepada kemampuan siswa.
d) Walaupun penilaian tes lisan sering subyektif, guru harus berusaha menghindarkan faktor-
faktor luar yang tidak perlu seperti favoritism
1. Lebih dapat menilai kepribadian dan isi pengetahuan seseorang karena dilakukan secara
face to face.
2. Jika si penjawab belum jelas, pengetes dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti
oleh si penjawab.
3. Dari sikap dan cara menjawabnya, pengetes dapat mengetahui apa yang “tersirat” di
samping yang “tersurat”.
4. Pengetes dapat mengorek isi pengetahuan seseorang sampai mendetail dan dapat
mengetahui bidang mana dari pengetahuan itu yang disenangi.
5. Untuk mengevaluasi kecakapan tertentu, seperti bahasa inggris dan bahasa Indonesia.
6. Pengetes dapat langsung mengetahui hasilnya.
Kelemahan tes lisan
1. Jika hubungan antara pengetes dan yang akan dites kurang baik, dapat menggangu
objektivitas hasil tes.
2. Sifat penggugup pada yang dites dapat menggangu kelancaran jawaban yang diberikan.
3. Pertanyaan yang diajukan tidak dapat selalu sama pada tiap-tiap orang yang dites.
4. Untuk mengetes kelompok memerlukan waktu yang lama sehingga tidak ekonomis.
5. Pribadi dan sikap pengetes dan hubungannya dengan yang dites memungkinkan hasil
yang kurang obyektif.
4. Assesmen Alternatif
A. Penilaian Alternatif
Pengertian
1. Soal mengarah pada tujuan pembelajaran umum,khusus, isi atau materi pada kurikulum
2. Jawaban dari soal berupa ide dari siswa, gagasan dalam situasi masalah matematika yang tidak
hanya meminta jawaban tunggal
B. Penilaian Portofolio
Pengertian
Penilaiaian Portofolio yaitu penilaian yang digunakan untuk melihat perkembangan
peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan hasil atau karya sebagai bukti dari suatu kegiatan.
2. Menunjukan suatu pemahaman dari beberapa konsep, topic dan isu yang diberikan
Untuk penggunaan scor pada penilaiain portofolio bisa menggunakan angka atau huruf.
Adapun indikator penilaian diantaranya yaitu : Signifikasi, pemahaman,argumentasi,
responsiveness, kerjasama kelompok.
Penilaian portofolio juga dapat menggunakan proses yang telah dilakukan peserta didik,
kegiatan yang dilakukan peserta didik, dokumen yang telah dikumpulkan oleh peserta didik dsb.
C. Penilaian Afektif
Pengertian
Menurut Zainal arifin (2009) menjelaskan ada dua hal yang berhubungan dengan
penilaian afektif yang harus dinilai. Pertama, kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam
pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilian dan internalisasi. Kedua
sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran.
Penggunaan Penilaian Afektif
1. Untuk memperoleh informasi minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran
2. Mengetahui sikap peserta didik pada saat berlangsungnya mata pelajaran tertentu.
2. Menulis Instrumen
5. Menelaah Insturmen
7. Menganalisis Instrumen
8. Merakit Instrumen
9. Melakukan Pengukuran
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor
mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Data hasil belajar siswa tersebut
perlu ditata agar lebih mudah dipahami. Seanjutnya data tersebut diolah dan diinterpretasikan
untuk kemudian diambil keputusan tentang bagaimana pencapaian hasil belajar siswa.
Pendekatan dalam Penilaian
Ada dua buah pendekatan yang sering digunakan untuk mengintepretasikan data hasil
pengukuran yaitu Penelitian Acuan norma (PAN) dan Penelitian Acuan Kriteria (PAK)
3. Penilaian
Pengertian penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang pencapaian hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Prinsip-prinsip penilaian antara lain:
a. Berorientasi pada pencapaian kompetensi
b. Valid
c. Menyeluruh
d. Adil dan objektif
e. Berkesinambungan
f. Menyeluruh
g. Bermakna
4. Penyajian Hasil Penilaian
Bentuk penilaian yang dilakukan guru, antara lain:
a. Penilaian dengan menggunakan angka. Dalam penilaian ini hasil belajar yang diperoleh siswa
diberikan dalam bentuk angka. Rentang angka yang digunakan berupa 1 – 10 atau 1 – 100.
b. Penilaian dengan kategori. Dalam penilaian hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk kategori,
misalnya Baik, Cukup, dan Kurang.
c. Penilaian dengan ;uraian atau narasi. Dalam hal ini penilaian hasil belajar siswa disajikan dalam
bentuk uraian atau narasi, misalnya siswa belum dapat membaca lancar lancar dsb.
d. Penilaian kombinasi. Dalam penilaian ini hasil belajar siswa diberikan dalam bentuk kombinasi
penilaian baik berupa penilaian angka, kategori dan narasi.
Validitas
Validitas merupakan produk dari validasi. Validasi adalah suatu proses yang dilakukan
oleh penyusun atau pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris guna
mendukung kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrumen. Sedangkan validitas adalah
kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya.
Suatu alat ukur disebut memiliki validitas apabila alat ukur tersebut isinya layak
mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kreteria tertentu, artinya adanya
kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah keadaan instrumen yang menunjukkan hasil pengukuran
yang reliable (tidak berubah-ubah, konsisten). Instrumen yang reliable adalah instrumen yang
apabila digunakan untuk mengukur subyek atau objek yang sama pada waktu yang berbeda dan
pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda hasilnya tetap sama.
1. Kemampuan peserta tes atau subjek uji coba. Makin heterogen atau makin berbeda
kemampuan peserta tes makin tinggi reliabilitas tes.
2. Semakin besar jumlah peserta tes semakin besar reliabilitas, karena semakin banyak
peserta tes maka semakin beragam kemampuannya.
3. Panjang pendeknya tes. Jumlah item tes yang banyak dengan mengkaji beberapa tujuan
akan lebih reliable dibandingkan dengan jumlah item yang sedikit, karena akan lebih
representatif. Namun jumlah item tes yang terlalu banyak akan melelahkan dan
mengganggu konsentrasi sehingga hasil yang diperoleh tidak tepat lagi.
4. Evaluasi yang subjektif juga akan menurunkan reliabilitas.
5. Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Menentukan Validitas Hasil pengukuran
Untuk mengetahui validitas item, menggunakan rumus korelasi point biserial yang rumus
lengkapnya sebagai berikut :
M p −M t p
y pbi =
St √ q
Keterangan :
M p = Merata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Indeks korelasi point biserial yang diperoleh dari hasil perhitungan dikonsultasikan
dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% sesuai dengan jumlah siswa yang diteliti. Kualitas soal
dilihat dari segi validitas, dapat ditentukan dengan menafsirkan koefisien korelasi dengan
menggunakan kriteria:
41 – 0,60 = cukup
n s 2−∑ pq
r 11 = ( )(
n−1 s2 )
Keterangan :
r 11 = Reabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya item
1) Jika r11 > 0,70 maka tes yang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (reliable).
2) Jika r11 < 0,70 maka tes yang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang
tinggi (unreliable). (Anas Sudijono, 2011: 209)
7.Penilaian Dan Penafsiran Hasil Penilaian
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang
menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar, penilaian dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
Penilaian formatif
Penilaian formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauhmanakah suatu proses
pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan Penilaian sumatif.
Penilaian sumatif
Penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmanakah peserta didik telah dapat
berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit berikutnya. Untuk melakukan penilaian hasil
belajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip dan teknik penilaian.
3. Menyeluruh, yakni meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai. Penilaian yang
menyeluruh meliputi ranah pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap dan nilai
(afektif) yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
4. Terpadu dengan pembelajaran, yakni menilai apapun yang dikerjakan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar itu dinilai, baik kognitif, psikomotorik dan afektifnya. Dengan
demikian, penilaian tidak hanya dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan pokok bahasan
tertentu melainkan saat mereka sedang melakukan proses pembelajaran.
6. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap untuk memperoleh
gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.
8. Adil, yakni tidak ada peserta didik yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar
belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan jender.
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 menyebutkan bahwa
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
3. Penilaian hasil belajarr oleh pemerintah
Dari rincian penilain pendidikan tersebut, terdapat beberapa bentuk penilaian yang digunakan
untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu:
1. Ulangan harian
2. Tugas-tugas
3. Ulangan tengah semester
4. Ulangan akhir semester
5. Ulangan kenaikan kelas
6. Pengamatan terhadap perubahan perilaku / sikap dan psikomotorik.
7. Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karkateristik materi yang dinilai
8. Ujian sekolah
9. Ujian nasional
10. Bentuk penilaian lain seperti penilaian diri, kuesioner, penilaian proyek, dan portofolio.
Dengan melakukan ulangan berarti guru telah melakukan pemantauan kemajuan hasil belajar
siswanya, apakah materi yang sudah dibahas, atau didiskusikan sudah dikuasai siswaatau
belum.Dalam kegiatan ini yang menjadi perhatian guru adalah peningkatan kemampuan siswa,
jangan sampai proses pembelajaran yang menghabiskan waktu dan biaya tidak sedikit itu tidak
menghasilkan apa-apa, tidak menghasilkanpeningkatan kemampuan siswa.
Dengan ulangan dapat diketahui butir-butir kompetensi yang sudah dikuasai ataupun yang
belum dikuasai oleh siswa. Dalam hal ini, ulangan merupakan tindakan refleksi pada
pembelajaran yang oleh Marzano, et.al (2011) disebut dengan reflecting on teaching.
DAFTAR PUSTAKA
Atik Fitriatun, S. (2013). Analisis Validitas dan Reabilitas Dan Butir Soal Latihan Ujian
Ekonomi Akuntansi di MAN Maguwoharjo. Analisis Validitas, Reliabilitas , 7,8
Drs. Adi Suryanto, M. (n.d.). Konsep Dasar Penilaian dalam Pembelajaran. Evaluasi
Pembelajaran di SD, 1.3,1.4,1.5,1.6.