Anda di halaman 1dari 30

TUGAS TERSTRUKTUR

MASALAH YANG SERING DIJUMPAI PADA BAYI BARU LAHIR


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi
dan Balita

Dosen Pengampu : Nanik Cahyati, SST., M.Keb


Oleh :
Kelompok 5/Kelas 2B
Maya Fitri Rahayu 311118066
Nelin Safitri 311118068
Riska Susanti 311118081
Salma Ainun Nida 311118086
Astri Widianti 311118088

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD
YANI CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontibusi dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengakaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum........................................................................... 2
2. Tujuan Khusus.......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI


1. Masalah BAB dan BAK pada Hari-Hari Pertama......................... 3
2. Bayi Rewel.................................................................................... 8
3. Bayi Kolik..................................................................................... 11
4. Gumoh........................................................................................... 14
5. Hidung Tersumbat......................................................................... 15
6. Cradle Cap (Kerak Topi).............................................................. 16
7. Mongolian Spot (Bercak Kebiruan).............................................. 17
8. Milia.............................................................................................. 18
9. Miliaria.......................................................................................... 20

BAB III PENUTUP


A. Simpulan........................................................................................ 23
B. Saran ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan)
yang berat.Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada
tubuh bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan
pemantauan ketat untuk menentukan bagaimanaia membuat suatu transisi yang
baik terhadap kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan
perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan
berhasil.Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.
(Rahardjo dan Marmi, 2015:11).

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau


kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetanusneonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR,
sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk
klasifikasi kuning dan merah padapemeriksaan dengan manajemen terpadu bayi
muda (MTBM).Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak pada
bayi.Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala
oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga cakupan target kesehatan,
keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan
baik,terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari
pertolongan kesehatan (Kemenkes RI, 2016:129).

1
2

B. Tujuan Umum
Agar dapat mengetahui masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir.

C. Tujuan Khusus
1. Agar dapat mengetahui bagaimana BAB dan BAK pada hari-hari pertama
2. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi yang rewel
3. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi yang kolik
4. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi yang gumoh
5. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi dengan hidung
tersumbat
6. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi dengan cradle cap
7. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi dengan Mongolian spot
8. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi dengan milia
9. Agar dapat mengetahui bagaimana mengatasi bayi dengan miliaria
3
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. BAB dan BAK pada Hari – Hari Pertama


a. Pola BAK
Sekitar 95 % bayi kencing dalam 24 jam pertama dalam 24 jam pertama.
Sebagian besar bayi akan kencing segera setelah ia lahir dan kemudian tidak
kencing atau hanya 2-3 kali buang air kecil dalam 24 jam selama 3 hari
pertama.
Pada bayi sehat urine akan berwarna jernih, kuning terang, hingga kuning
tua. Semakin gelap warnanya, artinya semakin terkonsentrasi urine si kecil
akibat kurang asupan cairan. Dalam sehari bayi BAK setiap 1 – 3 jam sekali,
atau sebanyak 4 – 6 kali sehari. Jika bayi sakit atau demam maupun ketika
cuaca sangat panas, jumlah urine yang biasanya keluar akan turun
setengahnya. Tidak perlu khawatir karena hal ini normal. BAK pun
seharusnya tidak menyakitkan.
Kadang-kadang juga akan melihat noda merah muda pada popok yang
sering dikira darah. Noda ini pertanda urine yang sangat pekat Selama bayi
mengompol setidaknya empat kali sehari, maka tidak ada alasan untuk
khawatir. Namun, jika warna merah muda ini terus berlanjut, segeralah
berkonsultasi dengan dokter anak. Jika melihat tanda-tanda bayi kesusahan
saat BAK, wajib memberi tahu dokter anak karena ini bisa menjadi tanda
infeksi atau masalah lain di saluran kemih.
Adanya darah dalam urine atau bercak darah pada popok bukanlah
kondisi normal, untuk itu dokter anak harus mengetahuinya. Jika pendarahan
ini disertai dengan gejala lain, seperti sakit perut atau pendarahan di area lain,
segera cari pertolongan medis untuk bayi.
Bila dalam 24 jam bayi belum BAK atau belum buang air besar, perlu
mendapat perhatian khusus. Evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan dan rujukan
bila perlu.

4
5

b. Pola BAB
Dimulai dari hari pertama kehidupan dan berlangsung selama beberapa
hari, bayi akan mengalami BAB pertamanya, yang sering disebut sebagai
mekonium. Zat hitam tebal atau hijau gelap ini mengisi ususnya sebelum
lahir, dan begitu mekonium keluar, tinja akan berubah menjadi kuning
kehijauan. Bayi yang disusui akan memiliki feses menyerupai sawi muda
dengan campuran partikel seperti biji. Sampai si kecil mulai mengonsumsi
makanan padat, tinja dapat bertekstur sangat lunak hingga encer dan berair.
Jika ia diberi susu formula, tinjanya akan berwarna cokelat atau kuning.
Teksturnya akan lebih padat dibanding pup bayi ASI, tetapi tidak sepadat
selai kacang.
Tinja yang keras atau sangat kering pada bayi ASI atau sufor
kemungkinan besar karena tidak mendapatkan cukup cairan, atau justru
kehilangan terlalu banyak cairan akibat sakit, demam, atau kepanasan. Begitu
bayi mengonsumsi makanan padat, feses yang keras menjadi indikasi ia
terlalu banyak mengonsumsi makanan yang menyebabkan sembelit, misalnya
biskuit atau susu sapi, sementara sistem pencernaannya belum bisa mengatasi.
Susu sapi murni tidak dianjurkan untuk bayi di bawah dua belas bulan.
Kondisi BAB bayi baru lahir dapat menggambarkan kondisi
kesehatannya, termasuk apakah bayi mendapat cukup ASI atau memiliki
penyakit tertentu. Makanya, penting bagi orang tua untuk mengetahui seperti
apa ciri-ciri BAB bayi baru lahir yang normal.
BAB bayi baru lahir dapat memiliki frekuensi, bentuk, tekstur, warna,
atau konsistensi tinja normal yang khas. Walau demikian, karena sistem
pencernaan bayi masih belum sempurna dan masih terus berkembang, BAB
bayi baru lahir dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Pada akhir minggu pertama bayi akan buang air kecil 5-6 kali per hari dan
3-4 kali buang air besar per hari dengan konsistensi tinja mulai seperti pasta
gigi dan warna mulai kekuningan. Namun buang air besar pada bayi ASI
eksklusif sesungguhnya sangat bervariasi dalam hal frekuensi dan warna.
6

Kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan sama sekali sepanjang bayi tetap aktif,
dapat menangis kuat dan menyusu dengan baik.
1) Frekuensi BAB Bayi Baru Lahir
Selama 6 minggu pertama, bayi baru lahir yang diberi ASI bisa BAB
sebanyak 3-12 kali sehari. Setelah itu, mereka hanya akan BAB tiap
beberapa hari sekali, bahkan ada yang tidak BAB hingga kurang lebih 1
minggu.
Karena saluran cerna bayi masih belum sempurna dan ia baru saja
mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini masih bisa
dianggap normal selama kotoran bayi lunak dan mudah dikeluarkan.
Hal tersebut juga menandakan ASI diserap baik oleh tubuhnya. Namun
jika ia tampak gelisah dan perutnya terasa mengeras, mungkin saja ia
sedang mengalami sembelit.
Sedangkan bayi yang diberi susu formula BAB sebanyak 1 – 4 kali
sehari pada 6 minggu pertama usianya. Setelah itu, bayi akan BAB setiap
hari atau dua kali sehari. Jika bayi yang diberi susu formula tidak BAB
dalam waktu tiga hari, dan kotorannya berbentuk bulat-bulat,
kemungkinan bayi mengalami sembelit.
2) Warna BAB Bayi Baru Lahir yang Normal
Bukan hanya dari frekuensi BABnya, bayi yang sehat juga bisa
dikenali dari warna kotorannya. Warna kotoran bayi dapat berubah seiring
bertambahnya usia bayi, jadi orang tua tidak perlu cemas jika warna
kotoran bayi seperti berikut ini:
a) Hijau kehitaman
Pada usia 1-3 hari, bayi akan mengeluarkan mekonium, yaitu kotoran
bayi baru lahir. Mekonium terdiri dari cairan ketuban dan lendir yang
tertelan bayi ketika masih berada di dalam kandungan. Teksturnya
cenderung lengket dan berwarna hijau kehitaman. Bila bayi baru lahir
mengeluarkan mekonium, tandanya usus Si Kecil mampu bekerja
dengan baik.
7

b) Hijau kecokelatan
Setelah hari ke-3, warna kotoran hijau kehitaman akan berangsur
berubah menjadi hijau kecokelatan. BAB bayi baru lahir yang
berwarna hijau kecokelatan menandakan ia sudah mulai mencerna
ASI.
Bila pada masa ini kotoran bayi terus-menerus berwarna hitam hingga
beberapa hari setelahnya, maka orang tua perlu berkonsultasi dengan
dokter anak.
BAB berwarna hijau kecokelatan juga biasanya dialami oleh bayi
yang minum susu formula. Akan tetapi, teksturnya lebih kental atau
padat dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif. Baunya juga lebih
menyengat menyerupai kotoran orang dewasa. Ini karena bayi belum
mampu mencerna susu formula sepenuhnya.
c) Kuning
Kotoran bayi baru lahir berwarna kuning gelap, umum terjadi pada
bayi yang diberi ASI dan susu formula. Jika berubah warna menjadi
kuning terang, ini mungkin merupakan pengaruh dari obat atau
makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
3) Warna BAB Bayi Baru Lahir yang Perlu diwaspadai
Meski warna BAB bayi baru lahir dapat berbeda-beda, namun ada
pula yang perlu menjadi perhatian orang tua, yaitu jika BAB bayi
berwarna merah, hitam, atau putih. Bila BAB bayi berwarna seperti
demikian, segera periksakan ia ke dokter.
a) Merah
Warna merah bisa mengindikasikan BAB bayi berdarah. Ini artinya
ada darah segar dari dubur atau di usus besar bayi yang keluar
bersama kotoran. Hal ini dapat menandakan bayi mengalami
konstipasi, infeksi, alergi, atau kelainan pada saluran cerna yang harus
segera diperiksakan ke dokter.
8

b) Sangat pucat atau putih


Warna BAB bayi yang terlihat pucat atau putih, dapat menunjukkan
adanya masalah pada organ hati atau saluran empedunya. Warna BAB
bayi putih juga sering terjadi pada bayi yang mengalami penyakit
kuning.
c) Hitam
Warna hitam menunjukkan adanya darah di dalam saluran
pencernaannya. Konsultasikan kepada dokter bila hal ini terjadi.

Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diingat tentang BAB:
(1) Variasi warna dan konsistensi feses adalah hal yang normal. Misalnya, jika
bayi mengonsumsi makanan yang membuat saluran pencernaan bekerja ekstra
biasanya membuat tinja menjadi kehijauan, sementara jika bayi mendapat
tambahan zat besi maka tinja bisa berubah menjadi cokelat tua. Jika ada iritasi
ringan pada anus, bercak darah dapat muncul di bagian luar tinja. Namun, jika
ada banyak darah, lendir, atau air dalam tinja, segera hubungi dokter anak.
Gejala-gejala ini menunjukkan kondisi usus memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut.
(2) Berhubung tinja bayi biasanya lunak dan sedikit berair, cukup sulit untuk
mengetahui kapan si kecil mengalami diare ringan. Namun, tanda yang pasti
adalah peningkatan frekuensi BAB yang tiba-tiba, misalnya lebih dari satu kali
BAB sehabis makan, atau kadar cairan yang sangat tinggi di dalam tinja. Diare
bisa jadi adanya infeksi usus atau akibat perubahan pola makan. Jika bayi
masih ASI, maka ia dapat mengalami diare karena perubahan pola makan ibu.
(3) Saat diare ada kemungkinan bayi mengalami dehidrasi. Segera hubungi dokter
anak jika bayi berusia kurang dari dua bulan mengalami diare sekaligus
demam. Jika demamnya berlangsung lebih dari sehari, periksa urine dan suhu
duburnya, kemudian laporkan temuan kepada dokter.

Frekuensi BAB bervariasi antara bayi satu dengan bayi lainnya.


Banyak yang BAB segera setelah makan berkat refleks gastrokolik
9

(aktifnya sistem pencernaan setiap kali perut diisi makanan). Pada usia 3 –
6 minggu, beberapa bayi ASI hanya satu kali BAB selama seminggu dan
ini masih normal. Ini terjadi karena ASI hanya mengandung sedikit limbah
padat untuk dihilangkan dari sistem pencernaan si kecil. Dengan demikian,
feses yang jarang keluar bukan merupakan tanda sembelit dan bukan
masalah serius selama tinja lunak (tidak sepadat selai kacang). Bayi
dinyatakan normal jika berat badan terus meningkat dan masih menyusu
secara teratur.
Jika bayi diberi susu formula, setidaknya ia harus BAB satu kali
sehari. Jika jarang melakukannya dan terlihat kesulitan saat BAB akibat
tinja yang keras mungkin bayi mengalami konstipasi. Konsultasikan
dengan dokter anak agar dapat segera ditangani.
Zinc elemental diberikan kepada anak yang mengalami diare, untuk
memperbaiki permeabilitas saluran cerna dan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg untuk bayi usia di
bawah 6 bulan dan 20 mg untuk bayi usia di atas 6 bulan selama 10-14
hari. Oleh karena sebagian besar penyebabnya adalah infeksi, maka
menjaga kebersihan, membiasakan pola hidup sehat, dan menjaga daya
tahan tubuh merupakan syarat yang harus diperhatikan. Oleh karena
sebagian besar diare pada anak disebabkan oleh Rotavirus, maka antibiotik
tidak menjadi pertimbangan pertama dalam pengobatan diare, perlu kajian
klinis yang cermat.
Pada bayi baru lahir (1 bulan), kita harus hati-hati dalam
mengintepretasi diare. Frekuensi buang air besar 6x sehari dan tinja agak
cair dapat sebagai keadaan fisiologis karena masih rendahnya enzim
laktase yang berfungsi memecah laktosa (karbohidrat utama di dalam ASI
maupun susu formula).

2. Bayi Rewel
Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar. Rewel bisa disebabkan
mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau ingin tidur, ingin ditimang
10

atau mendengar suara ibunya, merasa sendiri, atau memang ada yang tidak
nyaman/nyeri pada tubuhnya. Terkadang kandungan susu sapi (susu, biskuit, roti
dan lainnya) atau kafein (teh, kopi, coklat) pada makanan/minuman ibu juga
dapat menjadi penyebabnya. Susu sapi memicu alergi, sementara kafein dapat
membuat bayi sulit tidur dan gelisah.
Penuhi kebutuhan dasar bayi agar tidak rewel dan menangis terus menerus.
Penuhi kebutuhan makan bayi. Berikan Air Susu Ibu (ASI) secukupnya kepada
sang bayi, catat kapan bayi membutuhkan ASI agar mudah dikenali dan diberi
ASI oleh sang ibu ketika bayi lapar.
Penuhi jam tidur bayi. Pada beberapa minggu setelah bayi lahair, ia akan
membutuhkan banyak waktu tidur, total jam tidur sang bayi dalam sehari sekitar
16-18 jam. Catat kapan bayi mulai tidur dan bangun untuk membantu mengambil
keputusan menidurkan bayi.
Membutuhkan kebersihan dan kenyamanan. Bayi masih sangat sensitif
terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan, termasuk kebersihan terhadap
dirinya sendiri. Jika bayi rewel dan menangis, periksalah popok bayi, jika basah
dan kotor segera ganti dengan yang baru. Selain itu, buatlah suasana lingkungan
tenang dan sejuk untuk membuat nyaman sang bayi.
Dampingi dan buat bayi menjadi aman. Ketika bayi membutuhkan hadirnya
sang ibu maka tanda utamanya adalah bayi menangis. Maka gendonglah bayi dan
buat dia menjadi aman. Berikan perhatian dan buat bayi senyaman mungkin
selama dalam gendongan.
Jaga kesehatan bayi. Ada kalanya bayi begitu rewel dan terus menangis
padahal seluruh kebutuhannya telah dipenuhi. Periksalah tanda-tanda vital bayi
mulai dari suhu tubuh hingga detak jantungnya. Jika disinyalir mengalami sakit,
bawalah ke rumah sakit untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari dokter.
Cari penyebab bayi rewel, berikan dukungan dan rasa percaya diri pada ibu.
Jika bayi terlalu rewel hingga sulit untuk menyusu, cobalah beberapa hal
berikut.
a. Lakukan evaluasi kondisi bayi berdasarkan MTBM. Yakinkan bayi tidak
menderita suatu penyakit.
11

b. Letakkan bayi di dada ibu, lakukan kontak kulit dengan kulit sesering
dan selama mungkin.
c. Mandikan bayi dan bermain bersamanya.
d. Pijat bayi (ayah dan ibu melakukan pijat bayi sendiri).
e. Dengarkan musik bersama atau menyanyikan lagu untuk buah hati.
1) Cara Mengatasi Bayi Rewel Umur 1 Bulan
Usia bayi yang masih 1 bulan adalah hal yang wajar jika ia kerap menangis
karena sang bayi masih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Lingkungan
yang baru inilah yang menyebabkan kenapa bayi menangis dan cenderung rewel.
Selama bayi umur 1 bulan rewel tanpa diikuti dengan keluhan kesehatan
seperti batuk, demam, pilek, gangguan BAB/BAK dan muntah maka masih
tergolong hal yang wajar.
Untuk mengatasi bayi terus menerus menangis dan rewel dalam usia 1 bulan,
maka lakukanlah hal-hal berikut ini:
a) Tenangkan diri dan buatlah suasana hati sang ibu atau ayah tidak cemas.
Erat kaitannya emosi sang ibu dengan bayi amatlah sangat dekat. Maka
jika sang ibu tidak cemas saat merawat bayi maka bayi akan mudah untuk
ditenangkan.
b) Gendong dan tenangkan bayi. Sembari menggendong bayi yang rewel,
hiburlah ia dengan ucapan-ucapan yang menenangkan dan menghibur.
Elus bagian kepala dan punggung bayi agar semakin tenang.
c) Berikan ASI. Memberikan ASI dengan cukup sesuai dengan kebutuhannya
juga efektif membuat bayi berhenti menangis karena fokus menyusu.
Harap tidak memberikan susu formula kepada bayi.
d) Berikan kenyamanan. Menciptakan lingkungan yang nyaman bebas dari
berisik, panas atau dingin, kotor dan berdebu sangat wajib. Selain itu
perhatikan pakaian sang bayi, berikan pakaian yang nyaman tidak terlalu
ketat, bersih dan sejuk.
2) Cara Mengatasi Bayi Rewel di Malam Hari
Jangan panik dan berpikir negatif jika bayi rewel dan menangis tiada henti di
tengah malam. Bayi menangis di malam hari adalah hal yang wajar karena sang
12

bayi masih dalam proses penyesuaian lingkungan luar setelah sekian lama berada
di dalam rahim.
Dokter anak Harvey Karp, MD di Amerika Serikat mengatakan jika
kebanyakan bayi rewel di malam hari dikarenakan kesulitan menyesuaikan diri
dengan kehidupan di luar rahim. Untuk mengatasi bayi rewel di malam hari ini,
maka lakukanlah beberapa hal di bawah ini:
a) Gendong bayi. Buatlah bayi tenang dengan cara menggendongnya.
Buatlah dia tenang dan nyaman.
b) Berikan perhatian kasih sayang. Mengusap kepala bayi dengan sentuhan
yang lembut penuh perhatian akan membuat bayi merasan nyaman dan
aman. Selain itu, menyentuh bagian tubuh bayi seperti kaki, perut dan
punggung dapat dengan efektif menenangkan bayi menangis di tengah
malam.
c) Dengarkan musik atau nyanyikan lagu. Mendengarkan musik instrumental
yang lembut atau menyanyikan lagu bayi juga efektif untuk menentramkan
perasaan sang bayi di malam hari.
d) Menenangkan bayi dengan ucapan. Suara sang ibu sangat ampuh untuk
menenangkan tangisan sang bayi. Berbicara pelan dan lembut seperti
“Tenang sayang, semua baik-baik saja,” dan sebagainya cukup efektif
menenangkan sang bayi yang rewel di tengah malam.

3. Bayi Kolik
Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras tanpa sebab yang jelas
dan amat sulit ditenangkan disertai gerakan bayi menekukkan kakinya ke arah
perut atau berusaha menggerakkan/mengangkat punggungnya. Kolik kerap
dikaitkan dengan masalah pada saluran cerna bayi, alergi makanan atau masalah
psikologis bayi dan keluarga. Bila pada pemeriksaan semua hal didapati dalam
batas normal, tangisan akan berkurang pada usia 3 bulan dan akhirnya akan
menghilang dengan sendirinya. Pertumbuhan bayi kolik umumnya normal.
Bila bayi menangis selama tiga jam dan rutin selama tiga hari atau lebih
setiap minggunya, mungkin ia mengalami kolik. Kondisi ini dapat terjadi
13

minimal selama 3 minggu berturut-turut, terutama pada malam hari di jam yang
sama setiap harinya.
Biasanya kolik memuncak saat bayi berusia 6 minggu dan mereda ketika bayi
umur 3-4 bulan. Kolik tidak berbahaya, tetapi sungguh memilukan bila kita
mendengar bayi menangis terus seperti itu.
Sebanyak 20% dari bayi baru lahir mengalami kolik. Hingga saat ini
penyebab bayi menangis terus akibat kolik masih menjadi misteri.
Kolik mungkin disebabkan oleh sistem pencernaan bayi yang belum stabil
dan sangat sensitif sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada bayi. Dugaan
lainnya adalah adanya udara yang terperangkap di dalam sistem pencernaannya
sehingga ia merasa tidak nyaman.
Saat bayi menangis terus-menerus, udara masuk melalui perut dan menambah
ketidaknyamanan tersebut. Bayi yang kolik biasanya memiliki perut yang lebih
besar. Ia sering meluruskan atau menarik kakinya ketika membuang gas sambil
menangis. Ciri yang paling mudah untuk mendeteksi kolik adalah aturan “3”
yaitu 3 jam, 3 hari, dan minimal 3 minggu.
Ada beberapa penyebab yang perlu diketahui. Penelitian membuktikan pada
sebagian bayi, kolik disebabkan alergi protein susu sapi. Periksalah apakah ada
riwayat alergi pada keluarga dekat, seperti ayah, ibu, paman, bibi, nenek dan
kakek. gejala lain yang memperkuat dugaan alergi ialah terdapatnya ruam pada
kulit bayi, terutama pada kulit pipi. Kulit pipi bayi tampak seperti bersisik. Bila
ada dugaan alergi, pada bayi yang mendapat ASI, ibu dianjurkan untuk tidak
mengonsumsi susu sapi dan olahannya, seperti  yoghurt, mentega, keju dan
penganan lain yang mengandung susu. Kalau memang penyebabnya alergi susu
sapi, tangis bayi akan jauh berkurang. Bila bayi minum susu formula, tersedia
beberapa produk formula hipoalergenik yang dapat dikonsumsi bayi untuk
sementara.
Penyebab lain adalah intoleransi laktosa. Laktosa adalah unsur karbohidrat
yang terdapat di dalam ASI dan susu formula biasa. Dalam usus bayi, laktosa
akan dicerna oleh enzim laktase yang terdapat pada usus bayi, menjadi glukosa
dan galaktosa, yang diserap usus ke dalam sirkulasi darah untuk keperluan
14

metabolisme tubuh. Pada sebagian bayi, karena perkembangannya  belum


sempurna, bisa terdapat gejala intoleransi laktosa. Bisa karena kadar enzim
laktase dalam ususnya belum optimal atau karena asupan laktosa (susu) pada bayi
berlebihan.
Gejala intoleransi laktosa pada bayi kolik biasanya disertai gejala sering
buang air besar dengan tinja yang encer berbau asam, kulit di sekitar anus
kemerahan, perut agak kembung dengan terdengar bunyi kerocok dari dalam
perutnya. Fenomena ini sebetulnya masih normal alias fisiologis.  Dengan
bertambahnya umur bayi, gejala tersebut berangsur menghilang. Pada bayi yang
minum ASI, perhatikan cara minumnya. Bayi biasanya menetek selama kira- kira
15 menit. Pada 5 menit pertama, kandungan laktosa dalam ASI tinggi, pada lima
menit kedua kandungan gizinya seimbang, dan pada akhir 5 menit ketiga
kandungan lemaknya tinggi yang menyebabkan bayi merasa kenyang dan
menghentikan isapannya. Nah, bila gaya minum sebentar- sebentar, misalnya
lima menit selesai, asupan laktosa dan ASI jadi tinggi dan menyebabkan
intoleransi laktosa. Pada kondisi demikian, perbaiki cara menetek bayi. Pada bayi
yang minum formula dengan gejala kolik berat, dapat dicoba pemberian formula
bebas laktosa untuk sementara waktu.
Mengatasi kolik:
a. Lakukan evaluasi kesehatan bayi secara umum, riwayat kehamilan dan
persalinan, saat dan lama bayi menangis, pola buang air besar dan feses
bayi, penilaian menyusui, pola makan ibu, riwayat alergi pada keluarga
serta bagaimana reaksi orangtua pada tangisan bayi.
b. Dukung dan tumbuhkan rasa percaya diri ayah dan ibu. Kepanikan
orangtua hanya akan membuat bayi lebih sulit untuk tenang.
c. Ayah dan ibu dapat membantu membuat bayi nyaman (lihat gambar cara
menggendong bayi kolik), tanggap dan cepat merespon kondisi bayi,
menyusui sesuai petunjuk alami dari bayi dan tetap tenang.
d. Meminta bantuan dari anggota keluarga yang lain untuk membantu
mengurus bayi dapat dilakukan agar ayah dan ibu juga punya waktu untuk
beristirahat.
15

e. Bila ada masalah alergi makanan, tentu pencetus alergi harus dihindari.
f. Bila ada masalah pada saluran cerna bayi (gumoh berlebih atau diare),
maka masalah tersebut harus diatasi sesuai dengan pedoman.

4. Gumoh
Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan.
Gumoh bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya sebagian isi lambung tanpa
didahului rasa mual dan tanpa peningkatan tekanan dalam perut bayi. Isi lambung
mengalir keluar begitu saja. Bayi kurang bulan umumnya lebih sering mengalami
gumoh dibanding bayi cukup bulan. Gumoh terjadi karena:
a. Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum cukup
tegak seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar atau orang
dewasa.
b. Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada.
c. Besar lambung yang relatif kecil
d. Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna atas) belum
sempurna.
Ukuran, letak, posisi, dan fungsi lambung akan membaik seiring
dengan bertambahnya usia sehingga gumoh pun akan berkurang dan
menghilang. Secara umum, gumoh mulai berkurang sekitar usia 6 bulan.
Namun, gumoh perlu dievaluasi lebih lanjut dan dirujuk jika:
a. Bayi mengalami kolik yang tidak teratasi.
b. Bayi tidak mau / sulit menetek namun penyebabnya tidak jelas.
16

c. Berat badan bayi tidak meningkat sesuai kurva pertumbuhannya.


d. Terdapat batuk lama yang tidak jelas penyebabnya.
e. Terdapat darah dalam cairan gumoh yang keluar.

Cara mengatasi gumoh:


a. Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain digunakan untuk
menyusui pada kesempatan berikutnya, kecuali bayi masih menunjukkan
keinginannya untuk menyusu lagi.
b. Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi berdiri
menghadap dada ibu dan diberi tepukan ringan pada punggung bayi
selama beberapa saat. Proses penyendawaan kadang diikuti dengan bunyi
khas yang timbul akibat gerakan peristaltik esofagus, tetapi hal ini tidak
harus terjadi.
c. Setelah selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi kepala
lebih tinggi dari kaki sekitar 300 - 450.
d. Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi (terutama daerah perut)/
melakukan senam bayi sesaat setelah bayi menyusu.

5. Hidung Tersumbat
Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari
pada usia 0-3 bulan. Bayi mutlak bernapas melalui hidung, sehingga sedikit
saja ada sumbatan di lubang hidungnya yang masih amat kecil itu, maka
gejala hidung tersumbat akan segera terdengar. Hidung tersumbat dapat
disebabkan oleh pilek yang sebagian besar disebabkan oleh virus atau
peradangan ringan akibat polusi udara (asap rokok, asap dalam rumah). Virus
bersifat self limitted disease atau sembuh sendiri.
Mengatasi hidung tersumbat:
a. Lakukan evaluasi dan klasifikasi berdasarkan MTBM
b. Tidak perlu antibiotik dan tidak ada terapi khusus yang diperlukan.
c. Satu atau dua tetes ASI atau air garam steril pada tiap lubang hidung dapat
membantu mengurangi dan mengencerkan lendir hidung yang menyumbat.
17

d. Hal lain tentang hidung tersumbat pada bayi adalah terkadang kita tidak
mendapatkan pilek pada bayi, namun ketika menyusu terdengar suara
seperti hidung yang tersumbat. Kondisi ini tidak membutuhkan
pertolongan khusus. Seiring dengan usia hidung dan saluran napasnya
akan membesar dan dapat mengimbangi jumlah cairan yang secara normal
dihasilkan saluran napas sehingga keluhan tersumbat akan menghilang.

6. Cradle Cap (Kerak Topi)


Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga
terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi oleh
lapisan kerak yang cukup tebal dan berminyak. Kadang kerak dapat juga
dijumpai pada bagian kulit lain sepeti pada wajah, telinga, leher dan ketiak.
Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa terganggu. Penggunaan sampo
secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk dan mempercepat
proses penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat digunakan sampo yang
mengandung bahan anti-ketombe. Bila kerak tidak membaik setelah 2 minggu
atau kerak disertai dengan rasa gatal/nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.
Penyebab pasti Cradle Cap masih belum dapat diketahui secara pasti.
Namun, sejumlah peneliti percaya bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh
kelebihan sebum pada kelenjar minyak serta folikel rambut. Malassezia
merupakan jenis jamur yang dapat tumbuh pada sebum bersama bakteri yang
kemungkinan memunculkan ketombe pada anak.
Untuk beberapa cara yang bisa digunakan mengatasi kepala bayi
berkerak diantaranya:
a. Gunakan susu formula hipoalergenik
Mempertimbangkan dengan baik untuk mulai memberikan susu formula
yang memiliki kandungan protein penyebab alergi yang lebih rendah
kepada bayi. Jika dermatitis memang disebabkan oleh alergi susu
formula, maka lihat kondisi kerak pada kepala bayi mulai berkurang
dalam beberapa minggu. Pastikan sudah berkonsultasi dengan dokter si
kecil sebelum membuat keputusan.
18

b. Berikan minyak pada kepala bayi


Untuk meringankan atau mengatasi kerak pada kepala bayi bisa dengan
menggunakan minyak sayur. Dalam melakukannya, cukup pijat kepala
bayi menggunakan sedikit minyak sayur. Diamkan selama beberapa
waktu untuk memastikan bahwa minyak sudah meresap dan kerak di
kepala si kecil melunak, kira-kira waktu yang dibutuhkan sekitar 15
menit. Untuk menghilangkan kerak secara keseluruhan, merawat rambut
bayi dengan melakukan cara ini setiap kali setelah bayi keramas
menggunakan shampoo.
c. Bantu lembabkan kulit kepala bayi
Dermatitis juga bisa disebabkan oleh kulit yang tidak mampu
mempertahankan kelembaban alami. Oleh karena itu, cobalah untuk
memberikan sabun pelembab yang bersifat ringan sebagai tambahan
shampoo pada saat bayi sedang mandi. Pastikan membilas kepala bayi
hingga benar-benar bersih. Dengan lembut juga bisa menepuk-nepuk
kulit kering pada kepala bayi. Cukup berikan sabun pelembab pada
kepala bayi hanya hingga merasakan kulit kepalanya sudah lembab.
Gunakan salep emolien pada area permukaan kulit kepala bayi yang
terlihat berkerak. Memang butuh menghidrasi kulit kepala bayi
menggunakan air sebelum mengoleskan salep. Selain itu, jika si kecil
sudah minum selain ASI bisa berikan asupan minuman yang lebih
banyak setiap harinya.

7. Mongolian Spot (Bercak Kebiruan)


19

Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong,
punggung bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang (berubah
menjadi seperti warna kulit lainnya) seiring dengan pertambahan usia.
Bintik ini seringkali ditafsirkan sebagai memar atau lebam pada bayi
baru lahir karena trauma persalinan. Tanda khas ini sering muncul pada
punggung bagian bawah atau pantat bayi. Bintik ini dapat bertahan lama
hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun namun tidak berbahaya dan
tidak memerlukan penanganan khusus.
Sebagian besar tanda lahir pada bayi tidak berbahaya dan tidak
memerlukan penanganan medis khusus karena tanda tersebut akan
menghilang seiring perkembangan anak. Namun demikian ada beberapa tanda
lahir yang berdampak negatif dan berubah menjadi keganasan. Tanda lahir
yang abnormal dapat diatasi dengan pemeriksaan penunjang lainnya untuk
menyingkirkan adanya keganasan serta beberapa penanganan seperti
pembedahan, tindakan laser dan konsumsi obat-obatan sesuai derajat berat
ringannya.

8. Milia
Bentuk milia adalah seperti jerawat, yaitu berupa benjolan kecil
berukuran 1-2 mm dan berwarna putih menyerupai warna mutiara atau putih
kekuningan. Milia biasanya muncul secara berkelompok di daerah hidung,
mata, dahi, kelopak mata, pipi, dan dada. Jika hanya terdapat satu benjolan,
maka istilah yang digunakan adalah milium.
Milia seringkali tidak menimbulkan gejala tertentu, selain munculnya
benjolan-benjolan kecil pada kulit. Khusus milia eruptif (eruptive
milia), benjolan yang muncul akan berkembang dengan cepat dalam beberapa
minggu.
Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar sebasea (minyak) pada
kulit. Milia pada bayi tidak memerlukan perawatan atau pengobatan khusus.
Ada juga penyebab lain seperti sebuah milium dapat terbentuk akibat adanya
protein bernama keratin yang terperangkap di dalam kelenjar pilosebasea
20

pada kulit. Penyebab lain munculnya milia adalah gangguan pada kelenjar
pilosebasea, misalnya akibat luka bakar. Umumnya milia akan hilang dengan
sendirinya dalam waktu beberapa minggu.

Milia dapat dijabarkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:


a. Neonatal milia, yaitu istilah untuk milia pada bayi baru lahir dan
biasanya muncul di area hidung, pipi, kulit kepala, hingga Kondisi ini
tergolong umum dan dianggap normal.
b. Primary milia, yaitu milia yang muncul pada usia anak-anak dan dewasa.
Biasanya muncul di area dahi, kelopak mata, dan di sekitar alat kelamin.
Kondisi ini dapat menghilang dalam kurun waktu beberapa minggu
hingga beberapa bulan.
c. Secondary milia, yaitu milia yang muncul akibat kerusakan pada lapisan
kulit, misalnya karena luka bakar. Selain itu, penggunaan krim kulit yang
mengandung kortikosteroid juga dapat menjadi pemicu munculnya milia.
d. Milia en plaque, yaitu milia yang muncul pada plak di kulit, yaitu bercak
kulit yang melebihi 1 cm dan menonjol akibat peradangan. Milia en
plaque merupakan kasus langka dan biasanya muncul di kelopak mata,
belakang telinga, pipi, atau rahang. Milia en plaque umumnya menyerang
perempuan usia paruh baya.
e. Multiple eruptive milia, yaitu milia yang juga tergolong langka dan
biasanya muncul di area wajah, lengan atas, serta tubuh bagian atas
lainnya termasuk Milia jenis ini muncul dalam bentuk bergerombol
dalam kurun waktu beberapa minggu atau bulan.
Untuk mencegah sekaligus meminimalkan efek milia pada bayi, dapat
menjaga kesehatan kulit bayi dengan melakukan beberapa hal berikut:
a. Bersihkan wajah bayi menggunakan air hangat dan sabun khusus bayi.
b. Keringkan wajah bayi dengan lembut, menggunakan handuk berserat
halus dengan gerakan menepuk perlahan.
21

c. Hindari mengoleskan minyak atau lotion pada wajah bayi.


d. Tidak menekan atau menggosok milia agar terhindar dari iritasi dan
infeksi.

9. Miliaria
Pada masyarakat kita
miliaria lebih dikenal dengan
istilah biang keringat akibat
tersumbatnya kelenjar keringat.
Membuat bayi nyaman,
memakai pakaian tipis dan
ringan, dan segera mengganti
bila basah umumnya cukup
untuk menghilangkan miliaria, karena pada dasarnya miliaria memang
bersifat sementara.
Miliaria merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai
pada bayi dan anak. Hal ini ditandai bintil-bintil kecil berwarna merah yang
kadang-kadang berisi air, disertai atau tidak kulit yang tampak kemerahan.
Pada bayi sering disertai gejala rewel bahkan mengganggu tidurnya, anak
yang lebih besar akan sering menggaruk bagian-bagian yang terkena miliaria,
hal ini disebabkan karena rasa gatal.
Kulit bayi masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan.
Misalnya saja, proses penyerapan dan pengeluaran keringat belum berjalan
semestinya. Akibatnya, sering dijumpai bayi yang berkeringat berlebihan.
Normalnya, butiran keringat bisa keluar melalui pori-pori kulit. Karena
penyebab yang belum diketahui, kulit ari bayi yang mestinya selalu berganti,
menjadi tidak berganti. Kulit ari yang tidak berganti itu menyumbat
pengeluaran keringat. Kumpulan keringat ini kemudian mendesak kulit
22

sehingga terbentuk lepuh-lepuh halus sebesar pangkal jarum pentul. Namun


ada kalanya, di antara lepuh-lepuh halus itu timbul bintil-bintil merah
berukuran kecil yang terasa gatal. Daerah yang rawan terhadap serangan
biang keringat ini adalah dahi, leher, bahu, dada, punggung, dan lipatan-
lipatan kulit.
Miliaria bisa kambuh berulang-ulang, terutama ketika suhu udara
sedang panas. Bila biang keringat ini mengalami iritasi dan kontak dengan
kuman di kulit, biang keringat ini akan terinfeksi. Bila tidak ditangani dengan
baik, biang keringat yang terinfeksi ini dapat menjadi bisul (abses) yang
berisi nanah. Bisul ini harus diobati.
Menurut dalamnya kerusakan kulit yang terjadi, biang keringat terbagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Miliaria Kristalina
Miliaria kristalina adalah jenis biang keringat yang paling ringan dan
hanya mempengaruhi lapisan kulit teratas. Kondisi ini ditandai dengan
kemunculan bintil-bintil merah berisi cairan berwarna jernih yang mudah
pecah. Biang keringat jenis ini biasanya tidak gatal dan tidak terasa sakit.
b. Miliaria rubra
Miliaria rubra terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam. Kondisi ini lebih
sering dialami oleh orang dewasa daripada anak-anak. Gejala miliaria
rubra antara lain bintil merah disertai dengan rasa gatal dan menyengat.

a) Cara Menanganinya
Bila si kecil sudah mengalami biang keringat, lakukan langkah-
langkah ini:
1) Setiap kali anak berkeringat, segera ganti bajunya. Sebelumnya,
siapkanlah alat-alat yang dibutuhkan, seperti waslap, baskom berisi air
hangat, baju yang bersih, dan perlak.
2) Keringkan kulit yang ada biang keringatnya dengan waslap bersih
yang telah dibasahi air hangat. Bisa juga dengan mandikan Si kecil
23

menggunakan air hangat (usahakan agar jangan terlalu panas karena


akan merangsang timbulnya keringat).
3) Biarkan tubuh Si kecil tanpa baju untuk beberapa saat sampai kulit
dan lipatan-lipatan kulitnya menjadi kering dengan sendirinya.
Tujuannya, mencegah agar kulit yang terkena biang keringat tidak
bertambah parah karena bergesekan dengan handuk pada waktu
dikeringkan.
4) Boleh diusapkan sedikit bedak, terutama di bagian punggung dan dada
anak.
5) Kenakan baju yang kering dan bersih. Baju tersebut sebaiknya terbuat
dari bahan yang mudah menyerap keringat, seperti bahan katun dan
bahan kaos sehingga nyaman dan tidak membuat anak mudah merasa
kepanasan.
6) Bila peradangan yang terjadi cukup banyak, Anda bisa mengoleskan
salep atau bedak khusus sesuai anjuran dokter.
b) Cara Mencegahnya
Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Sebagian besar miliaria
akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Bahkan, Anda
sebenarnya juga dapat mengurangi timbulnya biang keringat pada si kecil
antara lain dengan menjaga kenyamanan lingkungan sekitar si kecil,
memakaikan baju yang terbuat dari jenis-jenis bahan yang mudah
menyerap keringat, lembut, dan tidak ketat pada si kecil.
Beberapa kondisi menyebabkan bayi atau anak dibawa ke dokter,
seperti kondisi biang keringat yang tidak membaik setelah penanganan
selama lebih dari 3 hari, timbul demam atau rasa sakit/gatal yang berat,
dan timbul tanda-tanda infeksi seperti terlihat nanah atau sering berulang
beberapa kali dalam waktu yang pendek sehingga mengganggu aktivitas
anak sehari-hari.
24
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Bayi dapat mengalami berbagai masalah seperti bayi rewel, bayi kolik,
mengalami gumoh, hidung tersumbat, cradle cap, milia, dan miliaris.
1. Sebagian besar bayi akan kencing segera setelah ia lahir dan kemudian
tidak kencing atau hanya 2-3 kali buang air kecil dalam 24 jam selama 3
hari pertama.
2. Rewel bisa disebabkan mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu lelah
atau ingin tidur, ingin ditimang atau mendengar suara ibunya, merasa
sendiri, atau memang ada yang tidak nyaman/nyeri pada tubuhnya. Cari
penyebab bayi rewel, berikan dukungan dan rasa percaya diri pada ibu.
3. Kolik kerap dikaitkan dengan masalah pada saluran cerna bayi, alergi
makanan atau masalah psikologis bayi dan keluarga.
4. Cara mengatasi gumoh bisa dengan menyendawakan bayi dengan cara
menegakkan bayi dalam posisi berdiri menghadap dada ibu dan diberi
tepukan ringan pada punggung bayi selama beberapa saat.
5. Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari pada
usia 0-3 bulan. Bayi mutlak bernapas melalui hidung, sehingga sedikit
saja ada sumbatan di lubang hidungnya yang masih amat kecil itu, maka
gejala hidung tersumbat akan segera terdengar.
6. Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga
terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kelainan kulit ini penyebabnya
pada sebagian besar kasus tidak diketahui dan akan menghilang dengan
sendirinya.
7. Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong,
punggung bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang
(berubah menjadi seperti warna kulit lainnya) seiring dengan
pertambahan usia.

25
26

8. Milia tidak perlu pengobatan khusus, akan menghilang dengan


sendirinya. Basuh wajah dengan air dan sabun bayi serta hindari
penggunaan krim, lotion ataupun vaselin.
9. Miliaria bisa diatasi dengan membuat bayi nyaman, memakai pakaian
tipis dan ringan, dan segera mengganti bila basah umumnya cukup untuk
menghilangkan miliaria, karena pada dasarnya miliaria memang bersifat
sementara.

B. SARAN
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk menambah buku sumber
terbaru agar mempermudah mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan,
wawasan, dan teknologi terkini.
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Agus. 2015. Kolik Pada Bayi.


http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1
diakses pada tangga 15 Maret 2020 pukul 20.11 WIB
Kamenyangan Sari, Sp.A, M.Kes, Dr. Maria Galuh. 2017. Apa Tanda Lahir Bayi
Anda Berbahaya?
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/apa-tanda-lahir-bayi-anda-
berbahaya diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 22.30 WIB
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Jakarta: Departemen Kesehatan

Sekartini, Rini. 2014. Miliaria, Mengenal dan Mencegahnya.

http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/miliaria-mengenal-dan-
mencegahnya diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 22.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai