Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pada awal penulisan tugas akhir ini, penulis akan memulai dengan
penulisan pendahuluan. Pada pendahuluan bab ini, penulis akan menguraikan
secara rinci mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud
penulisan, tujuan penelitian, metedologi penelitian serta lokasi dan waktu.

1.1 Latar Belakang Masalah


Dunia pariwisata dan perhotelan berkaitan penting dengan sumber daya
manusia (SDM) karena sumber daya manusia dalam pariwisata memberikan
gambaran atas berbagai peluang karir dalam industri pariwisata yang digerakkan
oleh sumber daya manusia seperti di bidang akomodasi, tranportasi, travel dan
sebagainya. Suatu perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya di dunia kerja
tentunya diperlukan suatu sumber daya manusia yang berkompenten. Sumber
daya manusia yang dibutuhkan tidak hanya berkompeten melainkan juga harus
yang kompetitif guna menjaga eksistensi suatu perusahaan, Bagian yang
bertanggung jawab dengan sumber daya manusia dan seluruh perkembangan
perusahaan adalah Human Resource Development atau lebih dikenal dengan
istilah HRD. Tugas dan peran HRD pada masa sekarang semakin beragam dan
bervariasi namun peran utama dari HRD itu sendiri ialah untuk mengelola sumber
daya manusia agar menjadi seperti yang diinginkan oleh perusahaan. Adanya
tuntutan seperti itu maka bagian HRD harus berusaha lebih dalam melakukan
penyaringan tenaga kerja dalam rangka open recruitment. Usaha dalam
melakukan penyaringan yang ekstra akan dapat membantu perusahaan untuk
mewujudkan keinginan perusahaan akan karyawan yang kompeten dan
kompetitif.
Penyaringan karyawan tidak hanya dilakukan pada karyawan baru saja,
karyawan lama juga dilakukan penyaringan, bertujuan agar perusahaan tahu
sejauh mana perkembangan yang dimiliki oleh karyawan lama di perusahaan
tersebut. Penyaringan yang dilakukan tidak harus secara ketat dan berjalan rumit,
2

melainkan harus dapat berjalan secara fleksibel. Penyaringan yang fleksibel akan
memungkinkan perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal dan optimal
dalam perekrutan. Bagian ini juga yang membuat rencana strategi pengembangan
dan pelatihan sebagai salah satu kegiatan dari (MSDM) manajemen sumber daya
manusia. Strategi pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan
perencanan mengenai cara bagaimana kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
dikembangkan ke arah yang lebih baik, meningkatkan kemampuan kerja, skill dan
memiliki loyalitas yang baik terhadap perusahaan.
HRD juga sangat berperan untuk ikut mewujudkan citra positif terhadap
suatu perusahaan melalui kerjasama dengan perusahaan lainnya dan pada
karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Apa yang dilakukan karyawan
akan menciptakan citra sendiri bagi perusahaan tersebut di mata customer. HRD
juga memiliki tanggung jawab penuh dalam hal kenyamanan dan kualitas
karyawan dalam bekerja serta memberikan hak karyawan yaitu gaji pokok, uang
service, atau jaminan sosial. Pada laporan ini penulis ingin membahas tentang
bagian HRD yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya manusia dalam
melakukan penerimaan karyawan baru pada Hotel Aryaduta Jakarta. Untuk itu
dalam menyusun tugas akhir ini, penulis tertarik untuk membahas tentang
“SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN PEGAWAI
MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS) DI HOTEL ARYA DUTA JAKARTA.”

1.2 Identifikasi Masalah


Selama melakukan penelitian, penulis dapat mengidentifikasi masalah
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pihak hotel melakukan penilaian dalam pengambilan
keputusan penerimaan karyawan?
2. Bagaimana skema keputusan dengan AHP yang digunakan?
3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
pengambilan keputusan dalam penerimaan karyawan menggunakan AHP.

1.3.2 Tujuan Penelitian


Tujuann penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penilaian dalam pengambilan keputusan penerimaan
karyawan di Hotel Arya Duta Jakarta.
2. Untuk mengetahui skema keputusan dengan AHP yang digunakan di
Hotel Arya Duta Jakarta?

1.4 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun Tugas Akhir
mengenai sistem pendukung keputusan penerimaan pegawai di Hotel Aryaduta
Jakarta adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Analytic Hierarchy Process
(AHP) mulanya diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty dimana AHP digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang memiliki banyak faktor dan banyak
kriteria. AHP dapat membantu dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan
analisis secara simultan dan saling terintegrasi antara parameter-parameter kriteria
yang ada. Nilai parameter tersebut dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif atau
gabungan dari keduanya, di mana parameter yang kualitatif terlebih dahulu
dirubah ke dalam kuantitatif sehingga menghasilkan keputusan yang lebih
obyektif.

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data


Metodologi yang digunakan untuk menganalisis dan merancang sistem ini
yaitu metodologi iterasi (iterative model). Metodologi iterasi mengkombinasikan
proses-proses pada model waterfall dan iteratif pada model prototipe. Adapun
tahapan – tahapan pada metodologi iteratif yang digunakan dalam penulisan tugas
akhir ini selaras dengan kegiatan yang dilakukan di setiap tahapnya adalah:
4

1. Fase perencanaan
Pada tahap ini dilakukan pendefinisian masalah untuk menentukan lingkup
sistem yang akan dibuat dengan cara wawancara dengan pihak hotel dan
melakukan observasi pada sistem perekrutan saat ini.
2. Fase Analisis
Pada tahap analisis dirumuskan hal-hal yang memungkingkan untuk
menjadi kriteria terhadap perekrutan karyawan, serta pengkategorian
subkriteria terhadap perekrutan karyawan di masing-masing divisi yang
berbeda.
3. Fase Perancangan
Pembuatan simulasi model AHP terhadap salah satu divisi dengan
menggunakan data pengelompokan kriteria yang sudah di analisis.
4. Fase Implementasi
Penulisan tugas akhir ini ini hanya sebatas perancangan model AHP untuk
SPK perekrutan karyawan, tidak membuat antar muka dan coding
program sehingga dapat dikatakan bahwa tahapan implementasi di sini
artinya penerapan metode AHP pada Hotel Arya Duta Jakarta sebagai
SPK.

1.5 Lokasi dan Waktu


1.5.1 Lokasi
Penulis melakukan on the job training di Hotel Aryaduta Jakarta yang
terletak di Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun No. 44-48, RT.7/RW.1,
Kecamatan Gambir , Jakarta , Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110.

1.5.2 Waktu
Penulis melakukan on the job training selama 3 bulan, dimulai dari
tanggal 6 Januari sampai 15 Maret 2020.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menuliskan dan menjelaskan teori-teori yang


berkaitan dengan masalah yang penulis susun serta menguraikan teori dalam
konteks keilmuan baik pengertian berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang
diperoleh dari berbagai sumber buku atau media lainnya, antara lain yaitu :

2.1 Pengertian Analytic Hierarchy Process


Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum
mengenai pengukuran. Empat macam skala pengukuran yang biasanya digunakan
secara berurutan adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala yang
lebih tinggi dapat dikategorikan menjadi skala yang lebih rendah namun tidak
sebaliknya. Pendapatan per bulan yang berskala rasio dapat dikategorikan menjadi
tingkat pendapatan yang berskala ordinal atau kategori (tinggi, menengah, rendah)
yang berskala nominal. Sebaliknya jika pada saat dilakukan pengukuran data yang
diperoleh adalah kategori atau ordinal, data yang berskala lebih tinggi tidak dapat
diperoleh. AHP mengatasi sebagian permasalahan itu. (Saaty, 2001).
AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan
berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan berpasangan
tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif
dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metode
ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang
semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan. (Saaty,
2001)
Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan
dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama,
kriteriakriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas.
Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalam
struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik di
6

mana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigen vektor utama atau fungsi-eigen.
Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni aij = 1/ aji. (Saaty, 2001)
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang
terdiri dari :
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks
perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.
Misalnya, jika A adalah f kali lebih penting dari pada B maka B adalah1/f
kali lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk
dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika
membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete
hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna
(incomplete hierarchy).
4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi
dan preferensi dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan
data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
Tahapan—tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada
dasarnya adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin
dirangking.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan
menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen
lainnya.
d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di
dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
7

e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya jika tidak


konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh
dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
f. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk
mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
h. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100
maka penilaian harus diulang kembali.

2.2 Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)


Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip
dasar yang harus dipahami antara lain:
1. Decomposition
Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang
utuh menjadi unsur — unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan
keputusan, di mana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Struktur
hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan
incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen
pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada
pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete
kebalikan dari hirarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni
Tingkat pertama :Tujuan keputusan (Goal)
Tingkatakedua :Kriteria—kriteria
Tingkat ketiga :Alternatif—alternatif
8

Tujuan

Kriteria I Kriteria II Kriteria III Kriteria IV

Alternatif I Alternatif II Alternatif III

Gambar 1 Struktur Hirarki

Hirarki masalah disusun digunakan untuk membantu proses pengambilan


keputusan dalam sebuah sistem dengan memperhatikan seluruh elemen
keputusan yang terlibat.
2. Comparative Judgement
Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
dengan tingkatan di atasnya. Comparative Judgement merupakan inti dari
penggunaan AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari
elemen — elemennya. Hasil dari penilaian tersebut akan diperlihatkan
dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan
berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap
kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang
menunjukkkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai
dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme
importance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method
untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur—unsur pengambilan
keputusan.
9

4. Logical Consistency
Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen
vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya
diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan
pengambilan keputusan.
a. Penyusunan prioritas
Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot
relatifnya satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat
kepentingan pihak — pihak yang berkepentingan dalam permasalahan
terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan.
Langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria adalah dengan
menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam
bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki.
Perbandingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk
matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan
terdapat sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif
dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub
sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada
tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

C A1 A2 … An
A1 a11 A … a1n
A2 a21 A … a2n
… … … … …
A3 am1 am2 … amn

Sumber: Saaty, T. Lorie. 1993

Nilai a11, a22, … amn adalah nilai perbandingan elemen baris Al terhadap kolom
Al yang menyatakan hubungan:
1. Seberapa jauh tingkat kepentingan baris A terhadap kriteria C
dibandingkan dengan kolom Al.
2. Seberapa jauh dominasi baris Al terhadap kolom Al atau
10

3. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada baris Al dibandingkan


dengan kolom Al.
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari
skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel
berikut ini:

Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan


Tingkat Definisi Keterangan
Kepentingan
1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama.
3 Sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen
dibandingkan dengan pasangannya.
5 Lebih penting Satu elemen sangat disukai dan secara praktis
dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen
pasangannya.
7 Sangat penting Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis
dominasinya sangat, dibandingkan dengan elemen
pasangannya.
9 Mutlak lebih penting Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan dengan
pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi.
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai tengah Nilai-nilai ini diperlukan suatu kompromi.
di antara dua
pendapat yang
berdampingan
Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas ketika dibandingkan elemen j,
maka j memiliki kebalikannya ketika dibanding elemen i.
Sumber: Saaty, T. Lorie. 1993

Seorang pengambil keputusan akan memberikan penilaian,


mempersepsikan ataupun memperkirakan kemungkinan sesuatu hal/peristiwa
yang dihadapi. Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan
pada setiap level hirarki. Contoh Pair-Wise Comparison Matrix pada suatu level
of hierarchy, yaitu:

Tabel 2.3. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan


D E F G
D 1 3 7 9
11

E 1/3 1 ¼ 1/8
F 1/7 4 1 5
G 1/9 8 1/5 1
Sumber: Saaty, T. Lorie. 1993

Baris 1 kolom 2: Jika D dibandingkan dengan E, maka D sedikit lebih


penting/cukup penting daripada E yaitu sebesar 3. Angka 3 bukan
berarti bahwa D tiga kali lebih besar dari E, tetapi D moderate
importance dibandingkan dengan E, sedangkan nilai pada baris ke 2
kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3.
Baris 1 kolom 3: Jika D dibandingkan dengan F maka D sangat
penting daripada F yaitu sebesar 7. Angka 7 bukan berarti bahwa D
tujuh kali lebih besar dari F tetapi D very strong importance daripada
F dengan nilai judgement sebesar 7. Sedangkan nilai pada baris 3
kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7.
Baris 1 kolom 4: Jika D dibandingkan dengan G maka D mutlak lebih
penting daripada G dengan nilai 9. Angka 9 bukan berarti D sembilan
kali lebih besar dari G tetapi D extreme importance daripada G
dengan nilai judgement sebesar 9. Sedangkan nilai pada baris 4 kolom
1 diisi dengan kebalikan dari 9 yaitu 1/9.
b. Eigen value dan eigen vector
Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya atau
penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria — kriteria yang
berada dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan
maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling
penting, disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level
(tingkatan). Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan
eigen vector maka akan diberikan definisi — definisi mengenai
matriks dan vector.

1. Matriks
Matriks merupakan sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau
kompleks, variabel — variabel) yang terdiri dari baris dan kolom
dan disusun persegi panjang. Matriks biasanya terdiri dari m baris
12

dan n kolom maka matriks tersebut berukuran (ordo) m x n.


Matriks dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika m = n. Dan
skalar — skalarnya berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang
disebut (ij) matriks entri.
2. Vektor dari n dimensi
Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen
— elemen yang teratur berupa angka — angka sebanyak n buah,
yang disusun baik menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vector
baris atau Row Vektor dengan ordo 1 x n) maupun menurut kolom
dari atas ke bawah (disebut vector kolom atau Colomn Vector
dengan ordo n x 1). Himpunan semua vector dengan n komponen
dengan entri riil dinotasikan dengan R'.
3. Prioritas, Eigen value dan eigen vector
Untuk menentukan nilai dari masing masing pada matrik m x n
maka nilai total matriks dalam masing-masing kolom dibandingkan
dengan nilai matriks dan dijumlahkan untuk tiap baris. Total nilai
baris dari matrik hasil perhitungan tersebut dijumlahkan. Untuk
menentukan nilai prioritas adalah dengan membandingkan nilai
total baris dalam matrik tersebut dengan nilai total dari kolom hasil
perhitungan tersebut. Nilai eigen value didapatkan dari total jumlah
dari perkalian nilai prioritas dalam matrik dibandingkan dengan
nilai prioritas tersebut. Nilai eigen value merupakan total dari nilai
eigen dibagi dengan ordo matriks atau n.
c. Uji konsistensi indeks dan rasio
Hal yang membedakan AHP dengan model—model pengambilan
keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.
Model AHP yang memakai persepsi decision maker sebagai inputnya
maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki
keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama
kalau harus mambandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini
maka decision maker dapat menyatakan persepsinya dengan bebas
tanpa harus berfikir apakah persepsinya tersebut akan konsisten
13

nantinya atau tidak. Penentuan konsistensi dari matriks itu sendiri


didasarkan atas eigen value maksimum. Yang diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
CI = 𝜆 max – 𝑛
𝑛 −1

Keterangan:
CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency indeks)
λ max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
n = Orde Matriks
Jika nilai CI sama dengan nol, maka matriks pairwise comparison
tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang
telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan
menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks
konsistensi dengan nilai random indeks (RI). Rasio Konsistensi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
CI = 𝐶𝐼
𝑅𝐼

Keterangan:
CR =Rasio Konsistensi
R I =Indeks Random

Tabel 2.4 Nilai Random Indeks (RI)


N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,48
I
Sumber: Saaty, T. Lorie. 1993

Jika matriks perbandingan berpasangan (pair—wise comparison)


dengan nilai CR lebih kecil dari 0, 100 maka ketidakkonsistenan
pendapat pengambil keputusan masih dapat diterima dan jika tidak
maka penilaian perlu diulang.
14

BAB III
OBJEK PENELITIAN
15

Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang sejarah berdirinya Hotel
Aryaduta Jakarta serta menyajikan data tentang Analytic Hierarchy Process di
Hotel Aryaduta Jakarta sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan selama
penulis melakukan job trainning.

3.1 Gambaran Hotel Arya Duta Jakarta


Hotel Aryaduta Jakarta adalah hotel mewah di Gambir, Jakarta, Indonesia
 Terletak di tempat strategis di Jakarta Pusat, dan merupakan salah satu bangunan
paling menonjol di sekitar taman di mana Monumen Pahlawan Jakarta berada. Ho
tel Aryaduta Jakarta adalah salah satu dari banyak hotel di Jakarta yang dibangun
pada tahun 1970-an sebagai strategi untuk menarik lebih banyak investor ke negar
a ini. Hotel Aryaduta terletak di Jakarta Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun No.
44-48, RT.7/RW. Ali Sadikin, gubernur Jakarta pada waktu itu, menyiapkan infra
struktur Jakarta untuk kebijakan baru dengan pembangunan Jakarta Convention C
enter (1974) dan beberapa proyek hotel. Tahun 1970-an menyaksikan booming pe
mbangunan hotel di Jakarta dengan pembukaan sembilan hotel besar, di antaranya
adalah Hotel Ambassador.

3.1.1 Sejarah Hotel Arya Duta Jakarta


Pembangunan hotel dimulai pada tahun 1971 dan dibuka pada bulan Juni
1974 sebagai Hotel Ambassador. Hotel ini awalnya dimiliki oleh jurnalis dan
pemilik surat kabar terkemuka Merdeka dan Pengamat Indonesia BM Diah dan
Herawati Diah. Hotel ini dibangun di tanah di mana rumah orang tua Herawati
Diah pernah berdiri. Pada awalnya, hotel ini terdiri dari 216 kamar.
Pada 1 Januari 1976, Hotel Ambassador menjadi Hotel Hyatt Aryaduta
Jakarta setelah penandatanganan kontrak antara PT. Aryaduta Hotel Tbk dan
Hyatt International. Kontrak tersebut memungkinkan Hyatt untuk mengelola
bangunan hotel selama 10 tahun. Kontrak telah diperpanjang sejak itu.
Pada tahun 1985, sayap baru dibangun di sebelah barat sayap utama asli. Sayap
baru ini dikenal sebagai Duta Besar dan terdiri dari 115 unit hotel, menambahkan
total unit menjadi 325 unit hotel. Sayap baru secara resmi dibuka pada 7
16

Desember 1986. Upacara pembukaan dihadiri oleh Siti Hartinah, istri Presiden
Soeharto.
Pada tahun 1990, Aryaduta Hotel Jakarta menerima peringkat Bintang
Lima dan peringkat AAA Satu-Berlian. Setelah peringkat yang sangat baik, hotel
ini berganti nama menjadi The Aryaduta Jakarta pada tahun 1991. Pada Januari
1995, The Aryaduta Jakarta menerima Adikarya Wisata Award 1994 untuk
layanannya yang sangat baik. Pada Agustus 1995, The Aryaduta Jakarta
mengubah namanya menjadi Hotel Aryaduta Jakarta.
Pada bulan Maret 1997, Lippo Group membeli saham Hotel Aryaduta
Jakarta dari Nurman Diah, yang memiliki saham di PT. Hotel Prapatan, Tbk. Pada
tahun 2000, grup Lippo membeli seluruh saham yang dimiliki oleh PT. Hotel
Prapatan. Langkah ini memberi Lippo Group kepemilikan penuh atas Hotel
Aryaduta Jakarta. Hotel Aryaduta Jakarta berlokasi di kawasan bisnis Jakarta dan
akomodasi mewah dengan area duduk yang luas serta bathtub marmer. Hotel juga
memiliki fasilitas spa dan juga sebuah kolam spa outdoor. Kamar-kamarnya luas d
an didekorasi dengan perabotan yang berkualitas. Seluruh kamar memiliki peman
dangan kota dan dilengkapi dengan sebuah meja kerja, TV kabel, serta brankas. H
otel menyediakan layanan kamar 24-jam. Hotel memiliki sebuah pusat kebugaran
yang lengkap dengan lapangan squash dan meja pingpong. Anda bisa menikmati p
ijat tradisional Jawa dan perawatan tubuh lainnya di spa, yang memiliki sebuah ko
lam spa outdoor. Ada beberapa 7 pilihan tempat makan dan minum di hotel yang
memiliki beragam masakan internasional, mulai dari hidangan di Ambiente's Italia
n hingga masakan Jepang yang segar di Shima. Pilihan bersantap di-kamar juga te
rsedia 24 jam.

Tabel 3.1 Fasilitas di dalam Hotel Aryaduta Jakarta


Indoor 1 kolam renang
Termasuk Akses Wi-Fi Gratis
Antar-Jemput Bandara
Pusat Kebugaran
Spa & Pusat Kesehatan
Outdor Teras
17

Taman
Makanan & Minuman Kedai kopi
Buah-buahan 
Air mineral
Anggur/sampanye 
Sarapan Dalam Kamar
Bar
Restoran
Kopi
Transportasi Pengantaran bandara
Penjemputan bandara
Layanan resepsionis Layanan Concierge
Fasilitas ATM di-tempat
Penitipan Bagasi
Layanan Tiket
Meja Layanan Wisata
Penukaran Valuta Asing
Resepsionis 24 Jam
Layanan kebersihan Cuci kering
Laundry
Fasilitas bisnis Faks/Fotokopi 
Fasilitas Rapat/Perjamuan
Fasilitas kebugaran Kolam Renang
Kolam renang
Tempat fitness
Paket spa/wellness
Spa lounge/area relaksasi
Fasilitas Spa
Kolam Renang Outdoor
Hot tub/Jacuzzi
Pijat 
Spa & Pusat Kesehatan
Pusat Kebugaran
Fasilitas Restoran : Pool Cafe
Lobby Lounge
Ambiente Italian
Shima Japanese
JP Bistro
Meeting Rooms The Grand Ballroom
Mezzanine Ballroom
18

Monas I, II, III, IV, V, VI


Board Room
Rooms SUPERIOR ROOM
DELUXE ROOM
SIGNATURE DELUXE ROOM
SIGNATURE SUPERIOR ROOM
SIGNATURE POOL TERRACE
JUNIOR SUITE
SIGNATURE JUNIOR SUITE ROOM
BUSINESS SUITE ROOM
AMBASSADOR SUITE ROOM

3.1.2 Struktur Organisasi Human Resources Department

Director of
Human Resources

Assistant
Human Resources
& General Affairs

Human Resources Human Resource


Supervisor Administrator

Gambar 2 Struktur Organisasi Human Resources

3.1.3 Job Descriptions


Tugas dan tanggung jawab staff Human Resources Hotel Arya Duta Jakarta:
1. Director Human Resources
a. Mengembangkan dan menerapkan kebijakan sumber daya manusia.
b. Mendukung tujuan strategis.
c. Mempekerjakan staf dan menegosiasikan perjanjian kerja.
19

d. Memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.


e. Mengelola ulasan kesehatan dan kinerja staf.
f. Memotivasi dan mendukung staf saat ini.
g. Menyimpan catatan staf.
h. Menangani manfaat karyawan.
i. Mengidentifikasi kebutuhan staf dan membuat deskripsi pekerjaan.
j. Merancang dan mengarahkan program pelatihan.
2. Assistant Human Resources and General Affairs
a. Menjawab pertanyaan karyawan.
b. Memproses surat masuk.
c. Membuat dan mendistribusikan dokumen.
d. Memberikan layanan pelanggan kepada karyawan organisasi.
e. Berfungsi sebagai kontak dengan vendor manfaat / administrator.
f. Memelihara sistem komputer dengan memperbarui dan memasukkan
data.
g. Menetapkan janji dan mengatur pertemuan.
h. Mempertahankan kalender tim manajemen SDM.
i. Menyusun laporan dan spreadsheet dan menyiapkan spreadsheet.
j. Mengelola dan mengawasi penggunaan Inventaris Perusahaan.
k. Mempersiapkan pinjaman karyawan, cuti tahunan, penggantian biaya
medis / rumah sakit. Juga tugas kesekretariatan lain yang diminta oleh
Perusahaan.
l. Mengawasi tugas urusan umum.
m. Mengawasi dokumentasi Perusahaan (terutama validitas dokumen)
n. Mengawasi ketertiban administrasi kantor.
3. Human Resources Supervisor
a. Melakukan wawancara, merekrut, dan memeriksa staf baru.
b. Mengatur sesi pelatihan dengan semua karyawan baru dan bengkel
penyegaran untuk karyawan yang ada.
c. Membantu manajer dengan persyaratan staf.
d. Mengidentifikasi dan menangani persyaratan karyawan terkait masalah
kinerja, pelatihan, dan pertumbuhan karier.
20

e. Melakukan berbagai tugas administrasi dan memproses dokumen secara


akurat.
f. Staf konseling tentang kebijakan, praktik, dan prosedur SDM.
4. Human Resources Administrator
a. Memproses pengaturan internal seperti perjalanan, sesi pelatihan, dan
acara pembentukan tim.
b. Menyimpan catatan internal, yang mungkin termasuk menyiapkan,
menerbitkan dan mengajukan dokumentasi perusahaan (seperti: cuti
sakit, cuti hamil, dan lain-lain.).
c. Berkomunikasi dengan perekrut dan pihak eksternal lainnya.
d. Memperbarui kebijakan perusahaan dan memastikan kepatuhan hukum.
e. Bertindak sebagai titik kontak pertama untuk semua pertanyaan personel.
f. Menyiapkan wawancara dan berkorespondensi dengan calon karyawan
secara tepat waktu.

3.2 Analytic Hierarchy Process di Hotel Arya Duta Jakarta

Tabel 3.2 Perbandingan Berpasangan Penentuan Prioritas Subkriteria dari Kriteria


Personal
Perbandingan Berpasangan A1 A2
A1 Umur Muda 1,00 3,00
A2 Status Belum Menikah 0,33 1,00
1,33 4,00

Tabel 3.3 Perbandingan Berpasangan Penentuan Prioritas Subkriteria dari Kriteria Latar
Belakang
Perbandingan Berpasangan B1 B2 B3
B1 Pendidikan Diutamakan SMK 1,00 3,00 1,00
B2 Pengalaman Kerja Lama 0,33 1,00 0,2
B3 Nilai Wawancara 1,00 5,00 1,00
2,33 9,00 2,2

Tabel 3.4 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Umur


Pernbandingan Berpasangan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 0,33 3,00 0,14
X Muhammad Alfi 3,00 1,00 5,00 0,33
Y Arolians 0,33 0,2 1,00 0,11
Z Ahmad Miftahuddin 7,00 3,00 9,00 1,00
11,33 4,53 18,00 1,59
21

Tabel 3.5 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Status Belum Menikah
Perbandingan Berpapasan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 1,00 1,00 1,00
X Muhammad Alfi 1,00 1,00 1,00 1,00
Y Arolians 1,00 1,00 1,00 1,00

Z Ahmad Miftahuddin 1,00 1,00 1,00 1,00


4,00 4,00 4,00 4,00

Tabel 3.6 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Pengalaman Kerja


Perbandingan Berpapasan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 3,00 0,33 3,00
X Muhammad Alfi 0,33 1,00 0,20 1,00
Y Arolians 3,00 5,00 1,00 5,00
Z Ahmad Miftahuddin 0,33 1,00 0,20 1,00
4,67 10,00 1,73 10,00

Tabel 3.7 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Nilai Wawancara


Perbandingan Berpapasan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 1,00 1,00 0,14
X Muhammad Alfi 1,00 1,00 1,00 0,14
Y Arolians 1,00 1,00 1,00 0,14
Z Ahmad Miftahuddin 7,00 7,00 7,00 1,00
10,00 10,00 10,00 1,43
22

BAB IV
PEMBAHASAN DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisis dan membahas data yang telah
disajikan pada bab sebelumnya yaitu data tentang Analytic Hierarchy Process di
Hotel Aryaduta Jakarta, sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan selama
penulis melaksanakan job training.

4.1 Pemodelan AHP pada Hotel Arya Duta Jakarta


Pemodelah AHP dilakukan terhadap pemilihan calon karyawan dari
sebuah divisi sebagai sample, yaitu divisi banquet & service. Divisi banquet &
service terdiri dari 2 kriteria dan 4 subkriteria yang tersebar pada masing-masing
kriteria. Dengan alternatif calon awal sebanyak 10 orang, dan setelah dilakukan
seleksi administrasi dan wawancara tersisa 4 orang pelamar dan nama pelamar,
yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Pelamar Divisi Banquet & Services


No. Alternatif Umur Status Pendidikan Pengalama Nilai
n Wawancara
Kerja
(tahun)
1 Fikri Hadinabi 21 Belum SMK 2 80
Menikah
2 Muhammad Alfi 20 Belum SMK 1 80
Menikah
3 Arolians 24 Belum D1 3 80
Menikah
4 Ahmad Miftahuddin 19 Belum SMK 1 85
Menikah

Berdasarkan data karakteristik alternatif tersebut, maka pemodelan AHP


akan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria dan subkriteria, serta
23

membandingkan setiap subkriteria dalam sebuah alternatif, dan antar alternatif


terhadap masing-masing sub kriteria.

4.2 Penyusunan Bagan Hierarki


Terhadap masing-masing divisi, dilakukan terlebih dahulu analisis dan
perumusan terhadap kriteria dan subkriteria yang dimiliki oleh setiap divisi.
Terhadap ketujuh divisi perumusan kriteria yang diinginkan adalah sebagai
berikut:

Gambar 3 Bagan Hierarki Kriteria dan Alternatif

Pemilihan calon
karyawan baru
(divisi Banquet &
Service)

Personal Latar Belakang

Status belum Pendidikan Pengalaman kerja


Umur muda Nilai wawancara
menikah diutamakan SMK lama

Berdasarkan bagan hierarki menunjukkan bahwa pemilihan calon


karyawan baru terbagi menjadi dua kriteria yaitu personal dan latar belakang
calon pelamar. Kriteria personal terbagi menjadi dua subkriteria yaitu umur dan
status sementara kriteria latar belakang pun terbagi menjadi dua subkriteria yaitu
pendidikan dan pengalaman.
Perbandingan berpasangan subkriteria pada kriteria yang sama dan
melakukan normalisasi bobot sehinga diperoleh bobot prioritas untuk setiap
subkriteria. Sebelum melakukan perbandingan berpasangan, diberikan variabel
terhadap setiap subkriteria yang ada yaitu :
Umur Muda = A1
Status Belum Menikah = A2
24

Pendidikan Diutamakan SMK = B1

Pengalaman kerja lama = B2


Nilai Wawancara = B3

Tabel 4.2 Perbandingan Berpasangan Penentuan Prioritas Subkriteria dari Kriteria


Personal

Perbandingan Berpasangan A1 A2
A1 Umur Muda 1,00 3,00
A2 Status Belum Menikah 0,33 1,00
1,33 4,00

Normalisasi Bobot A1 A2 Bobot


A1 Umur Muda 0,75 0,75 0,75
A2 Status belum Menikah 0,25 0,25 0,25

Baris 1 kolom 2: umur muda sedikit penting dibandingkan dengan status


belum menikah, maka umur muda sedikit penting daripada status belum menikah
yaitu sebesar 3. Angka 3 menandakan bahwa umur muda tiga kali lebih besar dari
status belum menikah, tetapi umur muda moderate importance dibandingkan
dengan status menikah, sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 1 diisi dengan
kebalikan dari 3 yaitu 1/3 = 0,33.
Pemberian bobot pada tabel 4.2 di atas adalah berdasarkan skala kuantitatif
AHP yaitu 1 sampai 9 pembobotan dengan syarat tertentu sesuai skala, dan
penentuan skala adalah berdasarakan data calon karyawan pada saat mengirimkan
lamaran. Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan dan normalisasi diperoleh
bobot Prioritas subkriteria A1 adalah 0,75 dan A2 adalah 0,25.

Tabel 4.3 Perbandingan Berpasangan Penentuan Prioritas Subkriteria dari Kriteria Latar
Belakang
25

Perbandingan Berpasangan B1 B2 B3
B1 Pendidikan Diutamakan SMK 1,00 3,00 1,00
B2 Pengalaman Kerja Lama 0,33 1,00 0,2
B3 Nilai Wawancara 1,00 5,00 1,00
2,33 9,00 2,2

Perbandingan Berpasangan B1 B2 B3 Bobot


B1 Pendidikan Diutamakan SMK 0,43 0,33 0,45 0,41
B2 Pengalaman Kerja Lama 0,14 0,11 0,09 0,11
B3 Nilai Wawancara 0,43 0,56 0,45 0,48

Baris 1 kolom 2: pendidikan SMK sedikit penting dibandingkan dengan


pengalaman kerja, maka pendidikan SMK sedikit penting daripada pengalaman
kerja yaitu sebesar 3. Angka 3 menandakan bahwa pendidikan SMK tiga kali
lebih besar dari pengalaman kerja, tetapi pendidikan SMK moderate importance
dibandingkan dengan pengalaman kerja, sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 1
diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3 = 0,33.
Kolom 2 baris 3: pengalaman kerja lebih penting dibandingkan dengan
wawancara, maka pengalaman kerja lebih penting daripada wawancara yaitu
sebesar 5. Angka 5 menandakan bahwa pengalaman kerja lima kali lebih besar
dari wawancara sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 3 diisi dengan kebalikan
dari 5 yaitu 1/5 = 0,2.
Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan dan normalisasi diperoleh
bobot prioritas subkriteria B1 adalah 0,41 kemudian B2 adalah 0,11, dan B3
adalah 0,48.

Tabel 4.4 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Umur


Pernbandingan Berpasangan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 0,33 3,00 0,14
X Muhammad Alfi 3,00 1,00 5,00 0,33
Y Arolians 0,33 0,2 1,00 0,11
Z Ahmad Miftahuddin 7,00 3,00 9,00 1,00
26

11,33 4,53 18,00 1,59

Normalisasi Bobot W X Y Z Bobot


W Fikri Hadinabi 0,09 0,07 0,17 0,09 0,03
X Muhammad Alfi 0,26 0,22 0,28 0,21 0,06
Y Arolians 0,03 0,04 0,06 0,07 0,01
Z Ahmad Miftahuddin 0,62 0,66 0,50 0,63 0,15

Baris 2 kolom 1 umur Muhammad Alfi sedikit penting dibandingkan


dengan umur Fikri Hadinabi yaitu sebesar 3 sedangkan kolom 2 baris 1 diisi
dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3=0,33.
Baris 4 kolom 1 umur Ahmad Miftahuddin sangat penting dibandingkan
dengan umur Fikri Hadinabi yaitu sebesar 7 sedangkan kolom 4 baris 1 diisi
dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7=0,14.
Baris 4 kolom 2 umur Ahmad Miftahuddin sedikit penting dibandingkan
dengan umur Muhammad Alfi yaitu sebesar 3 sedangkan kolom 4 baris 2 diisi
dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3=0,33.
Baris 1 kolom 3 umur Fikri Hadinabi sedikit penting dibandingkan
dengan umur Arolians yaitu sebesar 3 sedangkan kolom 1 baris 3 diisi dengan
kebalikan dari 3 yaitu 1/=0,33.
Baris 2 kolom 3 umur Muhammad Alfi lebih penting dibandingkan dengan
umur Arolians yaitu sebesar 5 sedangkan kolom 2 baris 3 diisi dengan kebalikan
dari 5 yaitu 1/5=0,2.
Baris 4 kolom 3 umur Ahamd Muftahuddin mutlak lebih penting
dibandingkan dengan umur Arolians yaitu sebesar 9 sedangkan kolom 4 baris 3
diisi dengan kebalikan dari 9 yaitu 1/9=0,11.

Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan dan normalisasi diperoleh


bobot prioritas subkriteria Fikri Hadinabi adalah 0,03 kemudian Muhammad Alfi
adalah 0,06, Arolians adalah 0,01 dan Ahamad Miftahuddin adalah 0,15.

Tabel 4.5 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Status Belum Menikah
Perbandingan Berpapasan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 1,00 1,00 1,00
X Muhammad Alfi 1,00 1,00 1,00 1,00
Y Arolians 1,00 1,00 1,00 1,00
27

Z Ahmad Miftahuddin 1,00 1,00 1,00 1,00


4,00 4,00 4,00 4,00

Normalisasi Bobot W X Y Z Bobot


W Fikri Hadinabi 0,25 0,25 0,25 0,25 0,06
X Muhammad Alfi 0,25 0,25 0,25 0,25 0,06
Y Arolians 0,25 0,25 0,25 0,25 0,06
Z Ahmad Miftahuddin 0,25 0,25 0,25 0,25 0,06

Perbandingan berpasangan alternatif dan subkriteria status belum


menikah diperoleh nilai sebesar 1. Angka 1 menandakan bahwa status menikah
sama penting di antara perbandingan berpapasan alternative.
Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan dan normalisasi diperoleh
bobot prioritas subkriteria Fikri Hadinabi, Muhammad Alfi, Arolians dan Ahmad
Muftahuddin adalah 0,06.

4.6 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Pengalaman Kerja


Perbandingan Berpapasan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 3,00 0,33 3,00
X Muhammad Alfi 0,33 1,00 0,20 1,00
Y Arolians 3,00 5,00 1,00 5,00
Z Ahmad Miftahuddin 0,33 1,00 0,20 1,00
4,67 10,00 1,73 10,00

Normalisasi Bobot W X Y Z Bobot


W Fikri Hadinabi 0,21 0,30 0,19 0,30 0,06
X Muhammad Alfi 0,07 0,10 0,12 0,10 0,02
Y Arolians 0,64 0,50 0,58 0,50 0,14
Z Ahmad Miftahuddin 0,07 0,10 0,12 0,10 0,02

Baris 3 kolom 1 pengalaman kerja Arolians sedikit penting dibandingkan


dengan pengalaman kerja Fikri Hadinabi yaitu sebesar 3 sedangkan kolom 3 baris
1 diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3=0,33.
Baris 1 kolom 2 pengalam kerja Fikri Hadinabi sedikit penting
dibandingkan dengan pengalaman kerja Muhammad Alfi yaitu sebesar 3
sedangkan kolom 1 baris 2 diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3=0,33.
Baris 3 kolom 2 pengalaman kerja Arolians lebih penting dibandingkan
dengan pengalaman Muhammad Alfi yaitu sebesar 5 sedangkan kolom 3 baris 2
diisi dengan kebalikan dari 5 yaitu 1/5=0,2.
28

Baris 1 kolom 4 pengalaman kerja Fikri Hadinabi sedikit penting


dibandingkan dengan pengalaman kerja Ahmad Muftahuddin yaitu sebesar 3
sedangkan kolom 1 baris 4 diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/=0,33.
Baris 3 kolom 4 pengalaman kerja Arolians lebih penting dibandingkan
dengan pengalaman kerja Ahmad Muftahuddin yaitu sebesar 5 sedangkan kolom
3 baris 4 diisi dengan kebalikan dari 5 yaitu 1/5=0,2.
Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan dan normalisasi diperoleh
bobot prioritas subkriteria Fikri Hadinabi adalah 0,06 kemudian Muhammad Alfi
adalah 0,02, Arolians adalah 0,14 dan Ahamad Miftahuddin adalah 0,02.

4.7 Perbandingan Berpasangan Alternatif Dan Subkriteria Nilai Wawancara


Perbandingan Berpapasan W X Y Z
W Fikri Hadinabi 1,00 1,00 1,00 0,14
X Muhammad Alfi 1,00 1,00 1,00 0,14
Y Arolians 1,00 1,00 1,00 0,14
Z Ahmad Miftahuddin 7,00 7,00 7,00 1,00
10,00 10,00 10,00 1,43

Normalisasi Bobot W X Y Z Bobot


W Fikri Hadinabi 0,10 0,10 0,10 0,10 0,03
X Muhammad Alfi 0,10 0,10 0,10 0,10 0,03
Y Arolians 0,10 0,10 0,10 0,10 0,03
Z Ahmad Miftahuddin 0,70 0,70 0,70 0,70 0,18

Perbandingan berpasangan alternatif dan subkriteria hasil wawancara


diperoleh nilai sebesar 1. Angka 1 menandakan bahwa hasil wawancara sama
penting di antara perbandingan berpapasan alternative. Perbandinga berpasangan
alternative Ahmad Miftahuddin dan subkriteria hasil wawancra diperoleh nilai
sebesar 7. Angka 7 menandakan hasil wawancara sangat penting di antara
perbandingan berpapasan alternative.
Berdasarkan hasil perbandingan berpasangan dan normalisasi diperoleh
bobot prioritas subkriteria Fikri Hadinabi, Muhammad Alfi, dan Arolians adalah
29

0,03 dan hasil perbandingan berpasangan dan normalisasi diperoleh bobot


prioritas subkriteria Ahmad Miftahuddin adalah 0,18.

Tabel 4.8 Penentuan Prioritas Lokal Kriteria Personal


Kriteria A1 A2
Bobot 0,75 0,25
W Fikri Hadinabi 0,03 0,06
X Muhammad Alfi 0,06 0,06
Y Arolians 0,01 0,06
Z Ahmad Miftahuddin 0,15 0,06

Normalisasi Bobot A1 A2 Prioritas Lokal


W Fikri Hadinabi 0,02 0,02 0,04
X Muhammad Alfi 0,05 0,02 0,06
Y Arolians 0,01 0,02 0,02
Z Ahmad Miftahuddin 0,11 0,02 0,13

Tabel 4.9 Penentuan Prioritas Lokal Kriteria Latar Belakang


Kriteria B1 B2 B3
Bobot 0,41 0,11 0,48
W Fikri Hadinabi 0,08 0,06 0,03
X Muhammad Alfi 0,08 0,02 0,03
Y Arolians 0,02 0,14 0,03
Z Ahmad Miftahuddin 0,08 0,02 0,18

Normalisasi Bobot B1 B2 B3 Prioritas Lokal


W Fikri Hadinabi 0,03 0,01 0,01 0,05
X Muhammad Alfi 0,03 0,00 0,01 0,05
Y Arolians 0,01 0,02 0,01 0,03
Z Ahmad Miftahuddin 0,03 0,00 0,08 0,12

Tabel 4.10 Prioritas Global Keputusan Akhir


Prioritas Lokal Prioritas Lokal Priorita Presentase
Personal Latar Belakang s Global
W Fikri Hadinabi 0,04 0,05 0,09 8,61
X Muhammad Alfi 0,06 0,05 0,11 10,77
Y Arolians 0,02 0,03 0,06 5,92
Z Ahmad Miftahuddin 0,13 0,12 0,25 24,69
30

Berdasarkan hasil dari keputusan global maka diperoleh keputusan calon


karyawan dengan skor tertinggi adalah Ahmad Miftahuddin yaitu sebesar 24,69%
untuk diterima sebagai bagian banquet & service di Hotel Arya Duta.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Untuk memenuhi tujuan dari pembuatan tugas akhir ini, maka penulis
memberikan beberapa kesimpulan dan saran untuk setiap identifikasi masalah
mengenai Analytic Hierarchy Process di Hotel Aryaduta Jakarta. Berikut adalah
kesimpulan yang diberikan oleh penulis:

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengerjaan sistem pendukung keputusan
penerimaan karyawan baru pada Hotel Arya Duta menggunakan metode AHP,
maka dapat disimpulkan :
1. Perusahaan yang dulunya sering melakukan penilaian secara subjektif, lalu
dengan adanya sistem pendukung pengambilan keputusan penerimaan
karyawan ini, dapat melakukan penilaian lebih secara objektif tidak hanya
subjektif dalam hal memilih calon karyawan yang tepat.
2. Skema keputusan dengan AHP dapat digunakan untuk divisi lain degan
mengubah kriteria dan bobot yang ada sesuai data.

5.2 Saran
Pengambilan keputusan dengan metode AHP ini dapat dilanjutkan dengan
mentransformasikan ke dalam bentuk program aplikasi agar dapat langsung
digunakan oleh pengambil keputusan.
31

DAFTAR PUSTAKA

A.S, Rosa & M.Salahuddin. (2013). Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung:


Informatika.
Saaty T.L. (2008). Relative Measurement and its Generalization in Decision
Making: Why Pairwise Comparisons are Central in Mathematics for the
Measurement of Intangible Factors – The Analytic Hierarchy/Network
Process, Review of the Royal Academy of Exact, Physical and Natural
Sciences. Series A: Mathematics (RACSAM).
Saaty T.L. (2003). Theory and Applications of the Analytic Network Process:
Decision Making with Benefits, Opportunities, Costs, and Risks. RWS
Publications: Pittsburgh, Pennsylvania.
Saaty, T.L. (1995). The Anallic Hierarchy Process. New York : McGraw-Hill
Saaty T.L. & Kirti P. (2008). Group Decision Making: Drawing out and
Reconciling Differences. RWS Publications: Pittsburgh, Pennsylvania.
Suryadi, K. & Ramdhani, M.A., 1998, Sistem Pendukung Keputusan, PT. Remaja,
Rosda Karya, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai