Anda di halaman 1dari 6

ALIRAN LINGUISTIK

1. Aliran Linguitik Struktural


Linguistik strukturalis merupakan pendekatan dalam penyelidikan bahasa yang menganggap bahasa
sebagai system yang bebas. Aliran ini berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau
sifat khas yang dimiliki oleh bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat sebagai konsep-konsep
baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang di kemukakan oleh Bapak linguistik modern yaitu
Ferdinand de Saussure(1857-1913).

Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut yaitu konsep :

1. Telaah sinkronik dan diakronik


Pendekatan sinkronis adalah pendekatan yang titik kajiannya menyasar pada bahasa dalam
satu kurun masa tertentu. Dalam masa waktu kajian yang terbatas (Chaer, 2007: 14) itu,
bahasa tersebut diterangkan bagaimana cara kerja dan penggunaannya oleh para
penuturnya (Alwasilah, 1991: 87). Atau dalam istilah Parera (1991), linguistik sinkronis
mempelajari bahasa berdasarkan gejala-gejala bahasa yang bersifat sezaman yang
diujarkan oleh pembicara.
Contohnya, memepelajari bahasa Indonesia yang di gunakan pada zaman Jepang atau
pada masa tahun 50-an.
Sedangkan telaah bahasa diakronik adalah telaah bahasa dari masa ke masa yang
digunakan oleh para penuturnya. Dalam hal ini telaah diakronis berupaya mengkaji bahasa
(atau bahasa-bahasa) pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu
sampai zaman punahnya (bila sudah punah) atau sampai masa kini (Chaer, 2007). Dalam
kajian ini, bahasa dilihat memiliki fase-fase yang mencerminkan perkembangan bahasa
tersebut (Parera,1991).Contohnya, mempelajari bahasa Indonesia dimulai sejak zaman
sriwijaya sampai zaman sekarang ini.
Sebelum terbit buku Course de Linguistique Generale telaah bahasa selalu dilakukan orang
secara diakronik tidak pernah secara diakronik. Para ahli belum sadar bahwa bahasa dapat
diteliti secra sinkronik. Inilah salah satu pandangan de Saussure yang sangat penting
sehingga kita dapat memberikan telaah terhadap suatu bahasa tertentu tanpa melihat
sejarah bahasa itu.
Perbedaan Langue dan Parole
Langue adalah sesuatu yang berkadar individual tapi juga social universal. Dengan kata
lainmerupakan keseluruhan system tand yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal
antara para anggota suatu masyarakat bahasa. Langue itu abstrak dan tertentu pada suatu
bahasa. Sebagai orang Indonesia maka kita mempunyai Langue Bahasa Indonesia, tetapi
kalau kita mempelajari bahasa jerman umpamanya maka langue kita pun bertambah yaitu
langue bahasa jerman.
Sedangkan Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota
masyarakat bahasa; sifatnya konkrit, pribadi, dinamis, lincah, social, terjadi pada waktu,
tempat, dan suasana tertentu. Parole itu merupakan ujaran seseorang, yaitu apa yang
diucapkan dan apa yang didengar oleh pihak penanggap ujaran.
2. Perbedaan Signifiant dan Signifie
Yang dimaksud dengan signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang
timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada
dalam pikiran kita. Untuk lebih jelas signifie sama dengan makna atau “yang diartikan” yang
wujudnya berupa pengertian atau konsep signifiant; dan signifiant sama dengan bunyi
bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu atau “yang mengartikan” yang
wujudnya berupa runtutan bunyi.
Hubungan antara signifiant dan signifie sangat erat, karena keduanya merupakan kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh Signifiant : M/e/j/a Signifie ; sejenis perabot rumah tangga/kantor
3. Hubungan sintagmatik dan paradigmatik
Bapak linguistik modern membedakan adanya dua macam hubungan, yaitu sintagmatik dan
hubungan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang
terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secra berurutan, bersifat linear. Hubungan
sintagmatik dalam tataran fonologi tampak pada urutan fonrm-fonem dalam sebuah kata
yang tidak dapat diubah tanpa merusak makna kata itu. Contohnya kata /k, i, t, a/. Apabila
urutannya diubah maka maknanya akan berubah, atau tidak bermakna sama sekali.
Hubungan sintagmatik pada tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem pada
suatu kata. Ada kemungkinan maknanya berubah tetapi ada kemungkinan pula tak
bermakna sama sekali. Contohnya kata segitiga ≠ tigasegi,kata barangkali ≠ kalibarang, dan
kata tertua ≠tuater. Hubungan sintakmatik pada tataran sintaksis tampak pada urutan kata
yang mungkin dapat diubah tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah
makna kalimat tersebut atau menyebabkan tak bermakna sama sekali.
Contohnya:
Evi membeli tas baru
Evi baru membeli tas
Membeli Evi tas baru
Baru Evi membeli tas

Hubungan paradigmatik adalah hubungan antar unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
Hubungan paradigmatic pada tataran fonologi tampak pada contoh berikut antar bunyi
/r/, /k/, /b/, /m/, dan /d/ yang terdapat pada kata-kata rata, kata, bata, mata, dan data.
Hubungan paradigmatic pada tataran morfologi tampak pada contoh pada prefiks me-di-,
pe-,dan te- yang terdapat pada kata-kata merawat, dirawat, perawat, dan terawat.
Sedangkan hubungan paradigmatic pada tataran sintaksis dapat dilihat pada contoh antara
kata-kata yang menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek. Misalnya ;
Ana menulis surat
Ani makan bakso
Dia memakai sepatu
Ciri-ciri Linguistik Strukturalis
Ciri-ciri aliran linguistik strukturalis antara lain ;
1. Berlandaskan pada faham behaviourisme
Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-response).
2. Bahasa berupa ujaran
Ciri ini menunjukka bahwa hanya ujaran saja yang termasuk dalam bahasa dalam
pengajaran bahasa teori struktural melahirkan metode langsung dengan pendekatan oral.
Tulisan statusnya sejajar dengan gersture.
3. Bahasa merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer dan
konvensional.
Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan dua unsur yaitu
signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik tanda yang berupa
konsep di balik sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud
fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
4. Bahasa merupakan kebiasaan (habit)
Berdasarkan sistem habit, pengajaran bahasa diterapkan metode drill and practice yakni
suatu bentuk latihan yang terus menerus dan berulang-ulang sehingga membentuk
kebiasaan.
5. Kegramatikalan berdasarkan keumuman
6. Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi.
Level gramatikal mulai ditegakkan dari level terendah yaitu morfem sampai level tertinggi
berupa kalimat. Urutan tataran gramatikalnya adalah morfem, kata, frase, klausa, dan
kalimat. Tataran di atas kalimat belum terjangkau oleh aliran ini.
7. Analisis dimulai dari bidang morfologi.
8. Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik
9. Analisis bahasa secara deskriptif.
10. Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung
11. Unsur langsung adalah unsur yang secara langsung membentuk struktur tersebut. Ada
empat model analisis unsur langsung yaitu model Nida, model Hockett, model Nelson, dan
model Wells.

C. Keunggulan & kelemahan Linguistik Strukturalis


a. Keunggulan
· Aliran ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem.
· Metode drill and practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan
kebiasaan
· Kriteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyrakat
awam
· Level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
· Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.
b. Kelemahan
· Bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan secara tegas.
· Metode drill and practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat
menjemukan.
· Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan
mekanis padahal manusia bukan mesin.
· Kegramatikalan berdasarkan kriteria keumuman , suatu kaidah yang salah pun bisa
benar jika dianggap umum.
· Faktor historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa
· Objek kajian terbatas sampai level kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif
2. LINGUISTIK DESKRIPTIF
Menurut bahasa, linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau menelaah tentang tata
bahasa, sedangkan deskriptif adalah menggambarkan apa adanya.. Misalnya, mengkaji
bahasa Indonesia apa adanya. Linguistik deskriptif, artinya mendeskripsikan bahasa secara
apa adanya. Objek kajian linguistik deskriptif adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik.
1. FONOLOGI = Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut
fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa
Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap
manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-
alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita
mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang
dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
2. MORFOLOGI

Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal. Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik

3. SINTAKSIS

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein
yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat.

STRUKTUR SINTAKSIS

Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia
berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan dengan
peran sintaksis. Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan
intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat
sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek -
predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai
predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan

KALIMAT Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang teratur yang
berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai
dengan intonasi final

4. SEMANTIK

Dalam linguistik, semantik adalah sub-bidang dikhususkan untuk mempelajari makna, seperti yang
melekat di tingkat kata, frasa, kalimat, dan unit yang lebih besar dari wacana (teks disebut). Daerah
basis penelitian adalah makna dari tanda-tanda, dan studi tentang hubungan antara unit linguistik
yang berbeda dan senyawa: homonimi, sinonim, antonim, hypernymy, hyponymy, meronymy,
metonimia, holonymy, paronyms.

Keunggulan Aliran Deskriptif


a. Aliran ini sudah memerikan bahasa Indian dengan cara yang baru secara sinkronis.
b. Menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu
yaitu behaviorisme.
c. Aliran ini sudah mengelompokkan kategori gramatikal, verbal dan pronomina kata
ganti.
d. Terjadinya hubungan yang baik antar sesama linguis.
e. Mimiliki cara kerja yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk
memerikan suatu bahasa.

2.3 Kelemahan Aliran Deskriptif


Kurang memperhatikan akan makna dan arti karena aliran ini lebih cenderung menganalisis
fakta-fakta secara objektif dan nyata

3. ALIRAN LINGUISTIK FUNGSIONAL


Fungsionalisme adalah gerakan dalam linguistik yang berusaha menjelaskan fenomena
bahasa dengan segala manifestasinya dan beranggapan bahwa mekanisme bahasa
dijelaskan dengan konseuensi-konsekuensi yang ada kemudian dari mekanisme itu sendiri.
Wujud bahasa sebagai sistem komunikasi manusia tidak dapat dipisahkan dari tujuan
berbahasa, sadar atau tidak sadar.

Keunggulan Aliran Linguistik Fungsional


a. Pada khasanah kebahasaan, linguistik fungsional dapat mempengaruhi tata
bahasa dalam perkembangan linguistik sebelumnya, sekaligus membuka
cakrawala baru agar aspek fungsional menjadi pertimbangan penelitian bahasa.
b. Dalam dunia sastra, gagasan Jakobson tentang enam fungsi bahasa menjadi
pijakan dalam menelaah karya sastra.
Kelemahan Aliran Linguistik Fungsional
a. Gagasan fungsional tidak menyentuh secara mendalam komponen makna dalam
pengkajian bahasa.
b. Dalam dunia sastra, fungi bahasa yang dinyatakan Jakobson, ketika diterapkan
dalam menganalisis karya sastra memiliki kekurangan. Model komunikasi sastra
Jakobson tidak memperhatikan potensi kebahasaan yang lain seperti
mengabaikan relevansi sosial budaya.

Anda mungkin juga menyukai