Anda di halaman 1dari 12

Assalamualaikum wr.wb.

Yang saya hormati bapak ............ selaku mentor

Yang saya hormati bapak ibu peserta plpg tahun 2017

Pada kesempatan kali ini saya akan mempresentasikan/menyampaikan laporan hasil


prakondisi selama 3 bulan ini. Mudah-mudahan dengan pengorbanan waktu kita selama
prakondisi ini kita bisa lulus semua ya bapak-ibu . Berharap 

Baiklah saya akan langsung memperkenalkan diri, nama saya : Ranny Pamila Krisnawati, No
peserta : 17260515610016, bidang studi: Bahasa Indonesia, asal sekolah : SMK Negeri 2
Kepahiang, tempat tinggal saya : di kabawetan, kepahiang.

Baiklah bapak ibu hal ada dua bab yang akan saya sampaikan di sini yakni yang pertama
mengenai materi Pedagogik dan materi bidang studi, materi pedagogik terdiri dari :

1. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN POTENSI PESERTA DIDIK

2. TEORI BELAJAR

3. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

4. MEDIA PEMBELAJARAN

5. EVALUASI HASIL BELAJAR


I. Perkembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik
Karakter seorang siswa tidak dibawa sejak lahir. Karakter itu tumbuh dan berkembang melalui
proses belajar baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial dimana siswa itu
berada.
Dalam mengembangkan pendidikan karakter serta memaksimalkan potensi
peserta didik, guru harus memahami terlebih dahulu tahap – tahap
perkembangan siswa sehingga materi dan metode yang dipilih guru sesuai
dengan karakteristik siswa dan tahap perkembangannya.

Patut disadari bahwa peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang
lain. Perbedaan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh perkembangannya.
Ada 2 Metode yang dipakai dalam meneliti perkembangan manusia:
Metode longitudinal => pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak
dalam jangka waktu yang lama. Dengan pendekatan ini biasanya diteliti beberapa aspek tingkah
laku pada satu atau dua orang dalam waktu beberapa tahun, dengan begitu akan memperoleh
gambaran aspek secara menyeluruh. Contoh : mengikuti perkembangan ssrg dr lahir-mati/ masa
kanak2- remaja.

Metode Cross Sectional => suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian
beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Dengan mengambil kelompok orang
dari tingkatan umur yang berurutan akhirnya dapat diketemukan gambaran mengenai proses
perkembangan satu atau beberapa aspek kepribadian seseorang. Contoh : dengan mencatat ciri fisik,
pola perkembangan dan kemampuannya serta perilaku.

Ada 2 teori perkembangan yang menjadi acuan dalam bidang pendidikan: Teori menyeluruh &
Khusus

Pada pendekatan menyeluruh=> analisis dilakukan seluruhnyamanusia, tidak


memfokuskan hanya pada beberapa aspek tertentu saja.
Sedangkan pada pendekatan khusus, analisis dilakukan dengan memfokuskan
pada aspek tertentu saja seperti aspek fisik saja, aspek moral saja, aspek
emosi saja dan sebagainya.
Teori menyeluruh dikemukakan oleh :
1. Rousseau : merupakan ahli pendidikan liberal yg mnjd pendorong pembelajaran discovery
2. Stanly Hall: berteori bahwa perub.menuju dewasa terjadi dalam urutan yang universal
3. Havigusrt : mengembangkan konsep develompment task (menggabungkan antara dorongan
tumbuh/berkembang sesuai dgn kecepatan pertumbuhannya.
Teori Khusus dikemukakan oleh :
1. Piase : yang mendorong teori perkembangan kognitif
2. Kohlberg : lebih berfokus pada teori kognitif moral (kemampuan kognitif ssrg dapat diukur
dengan menghadapkannya dengan dilema moral)
3. Erikson : menggambarkan perkembangan manusia dengan mncakup seluruh siklus
kehidupan dan mengakui adanya interaksi individu dengan konteks sosial
II. TEORI BELAJAR
1. Teori Belajar Behavioristik :
Suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hub.stimulus dan respon. Paham
behavior berkonsentrasi pada studi ttg tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori
ini menjelaskan bahwa pikiran merupakan kotak hitam yang tidak dapat diamati. Teori ini
hanya menekankan pada aspek tingkah laku dan mengabaikan proses berfikir.
a. Teori Belajar Thorndike => menurut Thorndike belajar akan lebih berhasil bila respon
siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan.
Contoh: di dalam pembelajaran guru mengajukan pertanyaan (s) siswa menjawb
pertanyaan guru (R) . guru memberikan PR (S), siswa mengejakannya (R). =>> belajar
adalah upaya membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Hukum kesiapan = Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu dalam
melakukan sesuatu. Yang dimaksud dengan kesiapan adalah kecenderungan
untuk bertindak. Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka
diperlukan adanya kesiapan organisme yang bersangkutan untuk melakukan
belajar tersebut.
Hukum Latihan = Dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon
itu akan menjadi kuat semata-mata karena adanya latihan
Hukum Akibat = hukum ini diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan hukuman.
Hadiah menyebabkan orang cenderung ingin melakukan lagi perbuatan yang
menghasilkan hadiah tadi, sebaliknya hukuman cenderung menyebabkan
seseorang menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi perbuatan.
b. Teori Belajar Pavlov => agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan.
Contoh : Guru memberikan soal kpd siswa, bila siswa dapat menjwab soal dengan
benar, diberi hadiah berupa tambahan nilai. Diharapkan dengan hadiah tersebut anak
akan semakin semangat belajar, sehingga belajar dpt menjadi kebiasaan. Kalau sudah
menjadi kebiasaan, maka tanpa hadiahpun anak akan semangat dalam belajar.
c. Teori Belajar Skiner => skiner mngtakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
PENGUATAN. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui hub.stimulus
atau respon akan semakin kuat apabila diberikan penguatan. Ada penguatan positif dan
p.negatif.
Bentuk penguatan positif bisa berupa hadiah/ penghargaan, sedangkan p. Negatif
berbentuk dengan memberikan tugas tambahan, menunda/tdk memberikan
penghargaan.
d. Teori Belajar Bandura => mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru. Dengan
mengamati orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan2, keterampilan2,
strategi2, keyakinan dan sikap. Contoh : individu melihat model/ contoh utk
mempelajari perilaku2 yang dimodelkan, kmdian mencontoh model yang diamati. Guru
harus menjadi model yang profesional bagi anak didiknya.
2. Teori Belajar Kognitif : teori Kognitif didasarkan pada proses berfikir dibalik tingkah laku
yang terjadi.
a. Teori Belajar Vygotsky => vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengonstruksi
suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.
Contoh : seorang anak akan berinteraksi dengan teman sebaya lainya, ortu dan guru.
Interaksi inilah akan menghasilkan pembelajaran.
b. Teori Belajar Van Hiele => van hiele menguraikan tahap2 perkembangan mental anak
dalam geometri. 5tahap geometri : pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, akurasi.
c. Teori Belajar Ausubel => ausbel memberikan penekanan pada proses belajar yang
bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Belajar bermakna =
suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. belajar
menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang
diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
d. Teori Belajar Bruner => Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada dirinya.
III DESAIN PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Saintifik => mrpkan pendekatan berbasis proses keilmuan, artinya proses
untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis.
Langkah pendekatan saintifik melalui 5 M: Mengamati, Menanya, Mengumpulkan
informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan.
a. Mengamati : siswa menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena yang
ada.
b. Menanya : siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui
mengenai fenomena yang diamati.
c. Mengumpulkan informasi/mencoba : siswa mengumpulkan data melalui berbagai
teknik. Con: mlkukan eksperiment, mengamati objek kejadian, membaca buku
pelajaran, kamus, ensiklopedia.
d. Menalar/mengasosiasi : siswa menggunakan data atau informasi yang sudah
dikumpulkan utk menjawab pertanyaan2 yang mereka rumuskan.
e. Mengomunikasikan : siswa menyampaikan jawaban thdp pertanyaan2 mereka ke kelas
scr lisan/ tertulis melalui media lain.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
 Pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
(otentik). Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu
yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir kritis
dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep- konsep penting,
dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai
ketrampilan mengarahkan diri.
3. Pembelajaran Berbasis Projek (Project-based Learning)
 Merupakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/ kegiatan sebagai
proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. PBL merupakan sebuah metode pembelajaran yang hasil akhirnya
adalah siswa menghasilkan sebuah karya atau minimal siswa melakukan sesuatu dan
dapat dilaporkan hasil kegiatannya.
Pendekatan PBL ini menciptakan lingkungan belajar di mana siswa “membangun”
pengetahuan mereka sendiri. Guru di PBL benar-benar lebih berfungsi sebagai
fasilitator. Dalam pembelajaran ini benar-benar diutamakan antusiasme dan
keterlibatan para siswa dalam proses belajar mengajar.
4. Pembelajaran Inquiry/Discovery
 Merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan perumusan melalui
proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukan sekedar sekumpulan fakta-
fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan/mengkonstruksi.
Model pembelajaran ini tak hanya mengedepankan perkembangan intelektual siswa
tetapi juga perkembangan emosional dalam memecahkan masalah dalam kelompoknya.
Dengan model ini siswa akan lebih memahami masalah yang diberikan. Hal ini karena siswa
mencari semua data dan menyimpulkannya sendiri.

IV MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media Pembelajaran => segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan/keterampilan pebelajar shg mendorong
terjadinya proses belajar.
Media => lebih mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan)
antara sumber dan penerima pesan.
2. Alat peraga => merupakan suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga
dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan
efisien
Bedanya media dan alat peraga terletak pada fungsinya bukan substansinya. Perbedaan
terletak pada peran guru bahwa media dirancang utk bisa digunakan oleh si pebelajar
langsung tanpa dibantu oleh guru/pendidik. Sedangkan alat peraga membutuhkan
guru/pendidik untuk penggunaannya krn bersifat sbg alat bantu mengajar.

V EVALUASI HASIL BELAJAR

Penilaian adalah proses menyelidiki apa dan bagaimana siswa belajar dalam kaitannya dengan
tujuan pembelajaran. Mengevaluasi melibatkan membuat penilaian tentang kualitas belajar siswa
dan bekerja. Ini adalah perbedaan utama antara penilaian dan evaluasi.
penilaian dilakukan saat proses berlangsungnya suatu tes
evaluasi adalah hasil akhir ataupun kesimpulan dari hasil keseluruhan penilaian.
Penilaian dilaksakan melalui tiga pendekatan:
a. Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai. (penilaian akhir pembelajaran)
b. Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar
mengajar (penilaian untuk pembelajaran)
c. Assessment as learning memiliki fungsi yang mirip dengan assesment for
learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. (penilaian sebagai pembelajaran)
Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Sahih, harus dilakukan berdasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur,
2) Objektif, penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas
3) Adil, penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, gender, dan hal-hal lain),
4) Terpadu, penilaian harus mengacu pada proses pembelajaran yang dilakukan
5) Terbuka, penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat
diketahui oleh siapapun),
6) Menyeluruh/berkesinambungan, mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik,
7) Sistematis, penilaian harus dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan
acuan kriteria.
9) Akuntabel, penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.

I BERBAGAI ALIRAN LINGUISTIK

1. Aliran Linguistik Struktural

Aliran struktural merupakan salah satu aliran linguistik yang mengkaji bahasa dari ciri atau sifat
khas bahasa.

Linguistik strukturalis merupakan pendekatan dalam penyelidikan bahasa yang


menganggap bahasa sebagai system yang bebas. Aliran ini berusaha
mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki oleh
bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat sebagai konsep-konsep baru
terhadap bahasa dan studi bahasa yang di kemukakan oleh Bapak linguistik
modern yaitu Ferdinand de Saussure(1857-1913).

2. Aliran Linguistik Deskriptif

Aliran linguistik deskriptif bertujuan merumuskan teori linguistik yang abstrak


sebagai alat untuk menyelesaikan deskripsi bahasa-bahasa tertentu dengan praktis
dan sukses. Linguistik deskriptif berhubungan dengan pemerian dan analisis
tentang cara-cara bahasa beroperasi dan digunakan oleh kelompok penutur
tertentu pada waktu tertentu Robins dalam Alwasilah, (1985:110).
Menurut bahasa, linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau menelaah tentang tata bahasa,
sedangkan deskriptif adalah menggambarkan apa adanya.. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia
apa adanya. Linguistik deskriptif, artinya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya. Objek kajian
linguistik deskriptif adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

3. Aliran Linguistik Fungsional

Aliran linguistik fungsional dipahami sebagai gerakan linguistik yang beranggapan


bahwa struktur fonologis, gramatikal, dan semantik ditentukan oleh fungsi yang
dijalankannya di dalam masyarakat Kridalaksana, (2008:68).
Fungsionalisme adalah gerakan dalam linguistik yang berusaha menjelaskan fenomena bahasa
dengan segala manifestasinya dan beranggapan bahwa mekanisme bahasa dijelaskan dengan
konseuensi-konsekuensi yang ada kemudian dari mekanisme itu sendiri. Wujud bahasa sebagai
sistem komunikasi manusia tidak dapat dipisahkan dari tujuan berbahasa, sadar atau tidak sadar.

II. HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA


Bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol
arbriter. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakaianya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainnya.

Jenis2 Pemerolehan Bahasa :

1) Pemerolehan Fonologi
Pengertian Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang
menganalisis bunyi bahasa secara umum. Pada waktu dilahirkan, anak hanya
memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini berbeda dengan binatang yang
sudah memiliki sekitar 70%. Karena perbedaan inilah, maka binatang sudah
dapat melakukan banyak hal segera setelah lahir, sedangkan manusia hanya
bisa menangis.
2) Pemerolehan Morfologi
Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks. Hal
ini terjadi karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya
(prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubah
menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan, persatuan,
kesatuan, kebersatuan, mempersatukan, dst. Zuhdi dan Budiasih (1997)
menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan.
Hal  ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk
dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini
dimulai pada periode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa
adolesen.
3) Pemerolehan Semantik
Menurut beberapa ahli psikolingguistik perkembangan kanak-kanak memperoleh
makna suatu kata dengan cara menguasai fitur-fitur semantik kata itu satu demi
satu sampai semua fitur semantik dikuasai, seperti yang dikuasai oleh orang
dewasa (Mc.Neil, 1970, Clark, 1997). Akhirnya Clark secara umum
menyimpulkan perkembangan pemerolehan semantik ini ke dalam empat tahap
yaitu sebagai berikut. Tahap penyempitan makna kata,   tahap ini berlangsung
antara umur satu sampai satu setengah tahun (1;0–1;6). Pada tahap ini kanak-
kanak menganggap satu benda tertentu yang disebut gukguk hanyalah anjing
yang dipelihara di rumah saja tidak termasuk yang berada di luar rumah. Tahap
generalisasi berlebihan, tahap ini berlangsung antara usia satu setengah tahun
hingga dua tahun setengah (1;6–2;6). Pada tahap ini anak-anak mulai
menggeneralisasikan makna suatu kata secara berlebihan. Jadi yang dimaksud
dengan anjing atau gukguk adalah semua binatang berkaki empat.

4) Pemerolehan Sintaksis
Dalam bidang sintaksis, anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata
atau bagian kata. Kata ini, bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi
dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata dari seluruh kalimat itu.
Kata Indonesia putri  (untuk Eyang putri) diucapkan oleh Echa mula-mula
sebagai Eyang /ti/.
5) Pemerolehan Pragmatik
Jakobson mengatakan bahwa pemerolehan pragmatik anak dipengaruhi oleh
lingkungannya. Di dalam pemerolehan pragmatik, anak tidak hanya berbahasa,
melainkan juga memperoleh tindak berbahasa.

III KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA


Kedudukan Bahasa Indonesia:

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu


sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa nasional
bahasa Indonesia berfungsi mempererat hubungan antarsuku di Indonesia. Sebagai
bahasa negara bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa dalam penyelenggaraan
administrasi negara, seperti bahasa dalam penyelenggaraan pendidikan.

Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai bahasa Nasional

• Lambang kebanggaan kebangsaan

• Lambang identitas nasional

• Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.

• Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi

Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai bahasa Negara

• Bahasa resmi kenegaraan

• Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan

• Alat perhubungan pada tingkat nasional

• Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi

IV KAIDAH BAHASA INDONESIA

1. Kaidah Ejaan => Kaidah ejaan merupakan aturan bagaimana menggunakan


lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara lambang-
lambang tersebut. Secara teknis, kaidah ejaan dan tanda baca adalah aturan-
aturan mengenai penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca.
Penulisan Huruf : huruf kapital, huruf miring

Penulisan Kata : gabungan kata, kata turunan, kata ganti, singkatan dan akronim

2. Kaidah Morfologi (Pembentukan Kata)

Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan


bentuk kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Fungsi gramatik adalah fungsi yang berkaitan dengan ketatabahasaan. Fungsi


semantik adalah fungsi yang bekaitan dengan makna kata

Kaidah Kata Imbuhan (Imbuhan awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan


(awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya)
Kaidah Kata Ulang (Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-)
di antara unsur-unsurnya)
Kaidah Kata Majemuk (Kata majemuk merupakan gabungan dua kata atau lebih
yang membentuk makna baru. Kontruksi kata majemuk tidak dapat dibedakan
dari konstruksi idiom. Sedangkan yang benar-benar menimbulkan makna baru
adalah idiom.)
3. Kaidah Sintaksis

Sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana. Sintaksis adalah cabang ilmu yang membicarakan kalimat
dengan segala bentuk dan unsur-unsur pembentuknya. Sintaksis ialah bagian

atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,

kalimat, klausa, dan frase.


4. Kaidah Semantik

semantik adalah bagian tata bahasa yang meneliti makna bahasa tertentu.
Kridalaksana (2008:216), semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan
arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Sedangkan semantik

bahasa Indonesia merupakan bagian dari tatabahasa yang mengkaji makna

suatu kata dan perubahan atau pengembangan makna kata yang mungkin

terjadi. Bagian-bagian yang dibahas dalam bidang semantik meliputi diksi,

jenis makna, dan perubahan makna.


Dengan kata lain semantik adalah studi tentang makna dalam bidang bahasa.
Denotasi, konotasi, polisemi, homonim, homograf..
V. Teori dan Genre Sastra Indonesia

Karya sastra terdiri atas 3 jenis yakni puisi, prosa dan drama.

1. Puisi Adalah => puisi adlh sebuah hasil karya sastra yang berasal dari ungkapan atau
curahan perasaan dan pemikiran seorang penyair./ ungkapan imajinatif yang
dirangkai dengan irama dan memerhatikan pemaknaan. Puisi adalah karya
sastra yang ditulis dengan bentuk larik-larik dan bait-bait.  Jenis Puisi: puisi
lama: pantun(bentuk puisi indonesia melayu terdiri atas 2 baris sampiran dan 2 baris
isi), gurindam (sajak dua baris yang mengandung petuah dan nasihat), syair(puisi lama
yang tiap bait terdiri atas empat larik yang berakhir dengan bunyi yang sama), puisi
baru: puisi kontemporer (puisi yang memiliki kebebasan ekspresi/tidak terikat oleh
aturan2), satire(menyatakan sindiran/ejekan), terzina(sajak yang terdiri atas tiga baris,
rima a-b-a, b-c-b,d-c-d, balada( sajak yang menceritakan cerita rakyat) dll

2. Prosa => cerita rekaan, yaitu kisah yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Prosa adalah karya sastra yang ditulis
dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun susul menyusul. Kalimat
yang disusun membentuk kesatuan pikiran menjadi paragraf, paragraf
membentuk bab atau bagian-bagian, dan seterusnya. Jenis Prosa: prosa lama:
dongeng (cerita yang tidak benar terjadi), hikayat (sastra melayu klasik dibaca utk
pelipur lara,pembangkit sengt juang) prosa baru: cerpen, novel(karangan yang
mengandung rangkaian cerita kehidupan dg menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku)

3. Drama => Drama adalah karya sastra yang ditulis dengan bahasa dalam
bentuk dialog.

merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud
dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah
teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan
berdasarkan sebuah naskah.

Perbedaan drama dengan puisi dan prosa adalah terletak pada tujuan
penulisan naskah. Naskah drama ditulis dengan tujuan utamanya untuk
dipertunjukkan, bukan untuk dibaca dan dihayati seperti pada prosa dan
puisi.

Jenis Drama: tragedi (sedih), melodrama (lebih mengutamakan ketegangan daripada


kebenaran), komedi
VI. Mengapresiasi karya sastra indonesia

Aminudin (1987:34) mengemukakan apresiasi mengandung makna pengenalan melalui


perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang. Apresiasi merupakan penilaian terhadap sebuah karya sastra.
Jika kita mengapresiasikan sebuah karya sastra, maka kita melakukan kegiatan
pengamatan, penilaian, dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra tersebut.
Menurut sayuti ( 2009 ) bahwa apresiasi sastra merupakan hasil usaha pembaca dalam
mencari dan menemukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran
sistematik yang dapat di nyakan dalam bentuk tertulis.

Apresiasi Karya Sastra adalah pembelajaran sastra. Menurut Roestam Effendi dkk.


(1998), “Apreasisi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-
sungguh.[1] Di dalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman,
penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan. Pengenalan terhadap karya
sastra dapat dilakukan melalui membaca, mendengar, dan menonton. Kesungguhan
dalam kegiatan tersebut akan menuju tingkat pemahaman. Pemahaman terhadap
karya sastra akan membuat penghayatan.Indikator yang dapat dilihat setelah
menghayati karya sastra adalah jika bacaan, dengaran, atau tontonan sedih ia akan
ikut sedih, jika gembira ia ikut gembira, begitu seterusnya. Hal itu terjadi seolah-olah
ia melihat, mendengar, dan merasakan dari yang dibacanya.Ia benar-benar terlibat
dengan karya sastra yang digeluti atau diakrabinya.

Manfaat apresiasi sastra

1. Membantu pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya


pandangan-pandangan kehidupan.
2. Memperkaya dan mempertajam kepekaan sosial, budaya, religi, dan batin.
3. Mengasah kepribadian dan memperhalus budi pekerti.
4. Memperkaya kemampuan berbahasa.

Anda mungkin juga menyukai