Anda di halaman 1dari 7

NAMA : TARUNA PUTRA DIRGANTARA

NIM : 041711333266

BAB 9 : MATERIALITAS DAN RISIKO

A. Materialitas

Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit


yang harus dikeluarkan. Materialitas menurut FASB 2 ialah besarnya penghapusan atau salah
saji informasi keuangan yang dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan
pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin
akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas

Langkah 1
Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

Merencanakan luas pengujian


Langkah 2
Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
ke segmen-segmen

Langkah 3
Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Mengevaluasi hasil-hasil

Langkah 4
Memperkirakan salah saji gabungan

Langkah 5
B. Menetapkan Pertimbangan
Membandingkan Pendahuluan
salah saji gabungan Tentang Materialitas
dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan
dalam laporan keuangan yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, hal ini disebut sebagai pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas (preliminary judgment about materiality). Auditor
menetapkan pertimbangan tersebut untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti yang
tepat. Adapun disebut pertimbangan tentang materialitas yang direvisi (revised judgment
about materiality) yaitu selama pelaksanaan audit, auditor seringkali mengubah pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan yaitu:

1. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif daripada absolut.

2. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas

3. Faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas

Standar akuntansi dan auditing tidak menyediakan pedoman khusus tentang materialitas bagi
praktisi. Pertimbangannya bahwa pedoman pedoman semacam itu mungkin diterapkan tanpa
memperhitungkan semua kompleksitas yang dapat mempengaruhi keputusan akhir auditor.

C. Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas Ke Segmen-Segmen


(Salah Saji yang Dapat Ditoleransi)

Alokasi dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk
laporan keuangan secara keseluruhan. Jika auditor memiliki pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas untuk setiap segmen, pertimbangan tersebut akan membantu auditor
dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Auditor menghadapi 3
kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas ke akun-akun neraca:

1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu yang mengandung lebih banyak salah saji
dibanding akun-akun lainnya.

2. Baik slah saji dan kurang saji harus dipertimbangkan

3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini

Dalam pengalokasian, auditor sangat memperhatikan dampak gabungan dari setiap salah
saji dalam akun neraca terhadap laba operasi. Karenanya, akun aktiva yang lebih saji akan
mempunyai dampak yang sama terhadap laporan laba rugi seperti kurang saji akun
kewajiban. Sebaliknya misklarifikasi dalam neraca, seperti pengklasifikasian wesel bayar
sebagai utang usaha, tidak akan mempengaruhi laba operasi. Oleh karena itu materialitas
item-item yang tidak mempengaruhi laporan laba/rugi harus dipertimbangkan secara terpisah.

Sehingga singkatnya tujuan alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke


akun-akun neraca adalah membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus
dikumpulkan bagi setiap akun dalam neraca serta laporan laba/rugi. Salah satu sasarannya
ialah meminimalkan biaya audit tanpa mengorbankan mutu audit. tanpa mempertimbangkan
alokasi bila audit telah selesai, auditor harus yakin bahwa salah saji gabungan dalam semu
akun lebih kecil dari atau sama dengan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.

D. Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan dengan Pertimbangan Pendahuluan

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk tiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji tersebut dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu salah saji yang diketahui dan salah saji yang mungkin. Salah saji yang
diketahui (known misstatement) ialah salah saji akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh
auditor, sedangkan salah saji yang mungkin (likely misstatement) terbagi lagi menjadi 2.
Yaitu salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor
tentang mengestimasi saldo akun, serta proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas
sampel dari suatu populasi.

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya mengambil sampel
dari sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu tidak secara akurat mewakili
populasi. Misalnya, diasumsikan estimasi untuk kesalahan sampling 50% dari proyeksi
langsung atas jumlah salah saji dalam akun-akun yang diuji dengan sampling (piutang usaha
dan persediaan). Tidak ada kesalahan sampling untuk kas karena total salah saji sudah
diketahui, bukan diestimasi.

E. Risiko

Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan


fungsi audit. misalnya, auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketetapan
bukti, ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit selesai dilaksanakan.
Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko
dengan cara yang tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit diukur serta
membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespon dengan tepat.
Peresponan risiko dengan baik sangat menentukan dalam mencapai audit yang bermutu
tinggi.

Ilustrasi perbedaan bukti antar siklus

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


Penjualan dan Pembelian Penggajian dan Persediaan dan Perolehan dan
Penagihan dan Personalia Pergudangan Pembayaran
Pembayara Kembali Modal
n
A. Penilaian auditor Memperkirakan Memperkira Memperkirakan Memperkirakan Memperkirakan
atas ekspetasi salah beberapa salah kan banyak sedikit salah banyak salah sedikit salah
saji yang material saji salah saji saji saji saji
sblm
mempertimbangkan (sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
pengendalian intern
B. Penilaian auditor Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan
atas keefektifan sedang tinggi tinggi rendah sedang
pengendalian
internal untuk (sedang) (rendah) (rendah) (tinggi) (sedang)
mencegah atau
mendeteksi salah
saji yang material
C. Kesediaan auditor Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan
untuk membiarkan rendah rendah rendah rendah rendah
salah saji yang
material tetap ada (rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
setelah
menyelesaikan audit
D. Perencanaan luas Level sedang Level Level sedang Level sedang Level sedang
bukti yang akan sedang
dikumpulkan auditor (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
(risiko deteksi yang (sedang)
direncanakan)

Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang
harus dikumpulkan dalam tiap siklusnya, yang dinyatakan sebagai berikut:
AAR
PDR = IR X CR

Dimana: PDR = Risiko deteksi yang direncanakan


AAR= Risiko audit yang dapat diterima
IR = risiko inheren
CR = risiko pengendalian
F. Jenis-Jenis Risiko
1. Risiko Deteksi yang Direncanakan ( planned detection risk / PDR)

Adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen akan gagal mendeteksi salah saji
yang melebihi salah saji yang dapat ditoleransi. Risiko jenis ini tergantung pada tiga
faktor lain dalam risiko audit. risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah
satu dari faktor-faktor model risiko. Risiko deteksi yang direncanakan menentukan
jumlah bukti substansif yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya
berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang
direncanakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk
mencapai rencana pengurangan risiko itu.

2. Risiko Inheren (IR)

Mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang material dalam
segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Jika disimpulkan
kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal,
auditor akan menyimpulkan risiko inheren tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam
penetapan risiko inheren karena pengendalian internal tersebut diperhitungkan secara
terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian.

3. Risiko Pengendalian (control risk / CR)

Mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi jumlah yang
dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu
oleh pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian internal, semakin rendah
faktor risiko yang dapat ditetapkan untuk risiko pengendalian. Hubungan antara risiko
pengendalian dan rasio deteksi yang direncanakan ialah berbanding terbalik, sedangkan
hubungan antara risiko pengendalian dan bukti substansif bersifat langsung.
4. Risiko Audit yang Dapat Diterima (acceptable audit risk / AAR)
Ialah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin
mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan. Penyebutan audit assurance dan bukan risiko audit yang
dapat diterima, serta istilah lainnya merupakan pelengkap risiko audit yang dapat
diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima. Dengan kata lain, risiko
audit yang diterima sevesar 2% sama dengan audit assurance sebesar 98%.

G. Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima

1. Dampak risiko penugasan terhadap risiko audit yang dapat diterima


Risiko penugasan adalah risiko bahwa auditor atau KAP akan menderita kerugian setelah
audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima
Hasil riset menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi risiko dan, karenanya,
mempengaruhi pula risiko audit yang dapat diterima, tiga diantaranya yaitu:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
Ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik mengenai derajat
ketergantungan pemakai ekstern pada laporan keuangan, yaitu: Ukuran klien;
Distribusi kepemilikan; serta sifat dan jumlah kewajiban.
b. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
dikeluarkan
Sulit bagi auditor memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi, tetapi ada
faktor yang merupakan indikator bahwa probabilitasnya meningkat yaitu: posisi
likuiditas; laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya; metode pembiayaan pertumbuhan;
sifat operasi klien; serta kompetensi manajemen
c. Evaluasi auditor atas integritas manajemen
3. Membuat keputusan risiko yang dapat diterima

Faktor-faktor Metode yang digunakan untuk menilai risiko audit yang


dapat diterima
Ketergantungan pemakai eksternal  Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan kaki
pada laporan keuangan  Membaca notulen rapat dewan direksi untuk menentukan
rencana masa depan
 Menelaah Formulir 10K untuk perusahaan terbuka
 Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen
Kemungkinan terjadinya kesulitan  Menganalisis laporan keuangan untuk mengenali dengan
keuangan menggunakan rasio serta prosedur analitis lainnya
 Menelaah Cash Flow historis dan yang diproyeksikan
untuk mempelajari sifat arus kas masuk dan arus kas
keluar
Integritas manajemen Mengikuti prosedur yang dibahas pada bab sebelumnya
tentang penerimaan dan kelanjtan klien

H. Menilai Risiko Inheren

Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit menyiratkan bahwa auditor harus
berupaya memprediksi dimana salah saji yang paling besar dan paling kecil yang mungkin
terjadi dalam segmen-segmen laporan keuangan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko inheren yaitu:

1. Sifat bisnis klien

2. Hasil audit sebelumnya

3. Penugasan awal versus penugasan berulang

4. Pihak-pihak yang terkait

5. Transaksi non rutin

6. Pertimbangan yang diperlukan unutuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat

7. Unsur-unsur populasi

8. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang


9. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misaprosiasi aktiva

Mengambil keputusan risiko inheren

Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta


memutuskan faktor risiko inheren yang tepat bagi setiap siklus, akun, dan seringkali bagi
setiap tujuan audit. beberapa faktor, seperti penugasan awal lawan penugasan berulang,
akan mempengaruhi banyak atau mungkin semua siklus, sedangkan faktor-faktor lainnya
hanya akan mempengaruhi akun-akun atau tujuan audit khusus.

Memperoleh informasi untuk menilai risiko inheren

Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis dan industri klien, auditor dapat
mengunjungi pabrik dan kantor klien serta mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait.
Ketika pengujian audit dilakukan selama suatu audit, auditor dapat memperoleh informasi
tambahan yang akan mempengaruhi penilaian awal.

Anda mungkin juga menyukai