Stratifikasi risiko pejamu terhadap infeksi kuman multi resisten dan multi sensitif menurut
Carmeli dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan prediksi terhadap mikroorganisme yang peka,
resisten atau multi resisten. Risiko stratifikasi mencakup tingkat kontak pasien dengan dan sistim
pelayanan RS (prosedur invasif: ada atau tidak), riwayat penggunaan antibiotika dan
karakteristik pasien (usia, penyakit komorbid, status imun).
Berdasarkan skor tersebut dapat distratifikasikan risiko pasien yang selanjutnya berguna dalam
menuntun penggunaan antibiotika spektrum cakupan luas secara baik dan benar. Berikut
konklusi menurut J Carmeli:
Kemungkinan infeksi MRSA pada pasien dengan stratifikasi tipe III dapat dipertimbangkan bila
ditemukan salah satu dibawah ini:
Pasien dengan klinis infeksi berat progresif dengan riwayat ditemukan kolonisasi kuman
MRSA
Terdapat klinis progresif necrotizing fasciitis
Pasien dengan klinis infeksi berat progresif pada kulit dan jaringan lunak
Pasien imunocompromized dengan klinis infeksi berat progresif pada paru atau ditemukan
hemoptysis/ gambaran kavitas pada paru setelah menyingkirkan kemungkinan TBC atau
sebab lain
Pasien febril neutropenia kategori risiko tinggi (demam> 7 hari) atau dengan klinis
infeksi berat progresif
Pasien dengan central line associated blood stream infections (CLABSIs)/ infeksi aliran
darah perifer (IADP) dengan klinis infeksi berat progresif/ riwayat ditemukan kolonisasi
kuman MRSA
Pasien dengan klinis infeksi berat yang dirawat inap lama atau di ICU > 96 jam baik dari
RS luar atau dalam RS
Pasien dengan klinis infeksi berat dengan riwayat ditemukannya kolonisasi
mikroorganisme XDR/PDR
Pasien dengan klinis infeksi berat tanpa adanya perbaikan klinis pasca 72 jam pemberian
antibiotika empirik luas
Pasien dengan klinis infeksi berat dengan penggunaan instrumen medis lama
Pasien dengan klinis infeksi berat dengan riwayat penggunaan antibiotika kronis di RS
sebelumnya
Pasien dengan klinis infeksi berat dengan riwayat penggunaan antibiotika inadekuat pada
perawatan sebelumnya
1. Infeksi Paru
Stratifikasi tipe I
Pilihan : Levofloksasin oral/iv (tunggal)
Alternatif : Ceftriaxone/ cefotaxime/ ceftazidime/ cefoperazone iv
± azitromisin oral
Stratifikasi tipe II
Pilihan : Amoksisilin clavulanat oral ± azitromisin oral
Alternatif : Ampicillin sulbactam/ Ertapenem iv ± azitromisin oral
Stratifikasi tipe III
Pilihan : Meropenem iv ± amikasin/ gentamisin iv (bila sepsis) ATAU
ciprofloksasin iv (bila sepsis)
Alternatif : Cefepime iv ± amikasin/ gentamisin iv (bila sepsis) ATAU
ciprofloksasin iv (bila sepsis)
Alternatif alergi penicillin:
High dose Levofloxasin (1x750-1000 mg iv) + Amikasin iv
Penggunaan antibiotika hanya diperbolehkan apabila terdapat fokus infeksi bakterial yang
teridentifikasi atau terdapat gejala yang jelas merupakan infeksi bakterial. Bila ditemukan lebih
dari 1 fokus infeksi maka klinisi dapat memutuskan pemberian spektrum antibiotika yang terbaik
yang mampu mencakup fokus infeksi tersebut sesuai panduan. Penggunaan antibiotika lebih dari
7 hari akan dihentikan secara otomatis (automatic stop order) kecuali pada kondisi:
Penggunaan obat anti tuberculosis (OAT) pada TBC (mengikuti panduan tatalaksana
TBC)
Penggunaan cotrimoksazole sebagai terapi pre-emptive toksoplasma dan PCP pada
HIV/AIDS
Terapi eradikasi H. Pylori sesuai panduan yang berlaku (2 minggu)
Terapi toksoplasmosis dengan klindamisin dan pirimethamine yang dapat mencapai 4-6
minggu
Profilaksis malaria dengan jangka waktu sesuai ketentuan berlaku
Terapi antibiotika pada penyakit jantung rematik sesuai jangka waktu yang berlaku
Terapi antibiotika pada meningitis dan ensefalitis sesuai jangka waktu yang berlaku
Terapi antibioika pada opthalmitis sesuai jangka yang berlaku
Terapi antibiotika difteria sesuai protokol terapi difteria
Pada kasus sulit infeksi bacterial setelah didiskusikan dengan tim PPRA