Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA SASARAN

LANSIA DENGAN HIPERTENSI DENGAN TERAPI


PEMIJATAN KAKI Di KELURAHAN KLENDER KECAMATAN
DUREN SAWIT TAHUN 2019

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
PUTRI ASTUTI WULANSARI , S.Kep
NPM 18.156.03.11.030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
2019
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA SASARAN
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DENGAN TERAPI
PEMIJATAN KAKI Di KELURAHAN KLENDER KECAMATAN
DUREN SAWIT TAHUN 2019

TUGAS AKHIR
Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Profesi Ners (Ners)
Pada Program Studi Profesi Ners
STIKes Medistra Indonesia

Disusun Oleh :
PUTRI ASTUTI WULANSARI , S.Kep
NPM 18.156.03.11.030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA SASARAN


LANSIA DENGAN HIPERTENSI DENGAN TERAPI
PEMIJATAN KAKI Di KELURAHAN KLENDER KECAMATAN
DUREN SAWIT TAHUN 2019

TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
PUTRI ASTUTI WULANSARI, S.Kep
NPM 18.156.03.11.030

Tugas Akhir ini Telah Disetujui

Pembimbing

Lisna Nuryanti, S. Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0420078101

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Medistra Indonesia

Arabta M Peraten,, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0301096505
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA SASARAN


LANSIA DENGAN HIPERTENSI DENGAN TERAPI
PEMIJATAN KAKI Di KELURAHAN KLENDER KECAMATAN
DUREN SAWIT TAHUN 2019

TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
PUTRI ASTUTI WULANSARI, S.Kep
NPM 18.156.03.11.030

Diujikan di STIKes Medistra Indonesia


Tanggal
Penguji I Penguji II
Penguji I Penguji II

Lisna
LisnaNuryanti,
Nuryanti S.Kep.,Ners.,M.Kep
S.Kep.,Ners.,M.Kep Ernauli Meliyana S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN. 0420078101
NIDN. 0420078101 NUPN. 9932000093

Mengetahui
Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes Ketua Program Studi Profesi Ners Keperawatan
Medistra Indonesia STIKes Medistra Indonesia

Nurmah, SST., M.Kes Arabta M Peraten,, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0315078302 NIDN. 0301096505

Disahkan
Ketua STIKes Medistra Indonesia

Linda K. Telaumbanua , SST., M.Keb


NIDN: 0302028001
SURAT PENYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Putri Astuti Wulansari, S.Kep

NPM : 18.156.03.11.030

Program Studi : Profesi Ners

Judul Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Sasaran Lansia


Dengan Hipertensi Dengan Terapi Pemijatan Kaki di
Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit tahun 2019

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bekasi, 23 April 2019

Yang membuat pernyataan,

Putri Astuti WulanSari, S.Kep


NPM. 18.156.03.11.030
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan bimbingan-NYA yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa
kesehatan fisik dan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Sasaran Lansia Dengan Hipertensi Dengan
Terapi Pemijatan kaki di Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun 2019
Selama penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan dan arahan yang sangat bermakna dari berbagai pihak, untuk itu
dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih kepada :

1. Usman Ompusunggu, SE selaku Ketua Yayasan Medistra Indonesia


2. Vermona Marbun, MKM selaku BPH STIKes Medistra Indonesia
3. Linda K. Telaumbanua selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia
4. Nurmah, SST., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes Medistra
Indonesia.
5. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan
Kepegawaian STIKes Medistra Indonesia
6. Hainun Nisa, SST.,M.Kes selaku Ketua Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
STIKes Medistra Indonesia
7. Arabta M. Peraten Pelawi, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia..
8. Lisna Nuryanti, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik Praktik
Lapangan Mata Kuliah Keperawatan Komunitas dan Keluarga dan Selaku
Pembimbing Tugas Akhir yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
untuk memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama penyusunan Tugas
Akhir di lahan praktik.
9. Tri Budiyanto, Sos,.Msi selaku kepala kelurahan Klender yang telah memberikan
izin dan membantu pelaksanaan kegiatan Program Profesi Ners Keperawatan
Komunitas dan Keluarga
10. Minangsyah selaku ketua RW 017 Kelurahan Klender yang telah memberikan
izin dalam pelaksanaan kegiatan Program Profesi Ners Keperawatan Komunitas
dan Keluarga
11. Kader-kader di RW 017 Kelurahan Klender yang telah berpartisipasi aktif dan
bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan Program Profesi Ners Keperawatan
Komunitas dan Keluarga
12. Semua pihak yang telah membantu dalam semua proses praktik Profesi Ners
Angkatan VI di Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit.
13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
Tugas Akhir ini.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah
penulis perbuat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan setiap
langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih
sayang-NYA untuk kita semua.Amin.

Bekasi, April 2019

Penulis

Putri Astuti WulanSari,S.Kep


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komposisi penduduk di dunia saat ini menunjukkan kecenderungan

penduduk usia tua. Meningkatnya jumlah lansia saat ini merupakan salah satu

dampak dari kemajuan teknologi ( Friedman, Bowden, & Jones, 2008 ). UHH

penduduk dunia secara global pada tahun 2012 adalah 68,1 tahun untuk pria 72,7

untuk wanita ( Word Health Organization ( WHO), 2014 ). Meningkatnya jumlah

UHH juga berdampak pada bertambahnya jumlah lansia di dunia.

Menurut WHO (2013), di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar

8 % atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia

meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar

5.300.000 (7,4 %) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia

24.000.000 (9,77 %) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah

lansia mencapai 28.800.000 (11,34 %) dari total populasi. Sedangkan Indonesia

sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 (Depkes

RI, 2013 dalam Priyana, 2014).

Peningkatan jumlah lansia di Indonesia perlu mendapat perhatian

mengingat agregat lansia termasuk kelompok/populasi beresiko ( Population at

risk ) ( Martono, 2011 ). Populasi beresiko merupakan kelompok yang

mempunyai masalah kesehatan . lansia sebagai populasi beresiko mempunyai

karakteristik biologis dan usia, sosial, ekonomi, gaya hidup dan kejadian hidup.
Peningkatan masalah kesehatan pada lansia terjadi karena lansia mempunyai

mempunyai tingkat probabilitas yang tinggi terhadap penyakit daripada kelompok

lain, sehingga lansia termasuk juga dalam kelompok rentan ( vulnerable

population ) adalah kelompok yang mempuyai karakteristik lebih memungkinkan

menimbulkan berkembangnya masalah kesehatan.

Lansia sebagai kelompok beresiko ( population at risk) dan kelompok

rentan ( vulnerable population ) yang berjumlah banyak dan meningkatkan dari

tahun ketahun tentu akan menimbulkan berbagai masalah. Penyakit pada sistem

kardiovaskuler merupakan salah satu penyebab kematian pada lansia selain

penyakit kanker ( Anderson & McFarlane ). Secara global penyakit

kardiovaskuler menyebabkan 17 juta kematian pertahun. Dari jumlah tersebut 9,4

juta diantaranya di sebabkan oleh komplikasi hipertensi ( WHO, 2013).

Di Indonesia, prevalensi penyakit hipertensi pada tahun 2018 meningkat

dibanding pada tahun 2013. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018

menunjukkan bahwa 34,1% penduduk Indonesia mengidap hipertensi. Prevalensi

lansia hipertensi yang berusia 55-64 tahun sebanyak 55,2%, 65-74 tahun

sebanyak 63,2%, dan 75 tahun keatas sebanyak 69,5% (Riskesdas, 2018). Pada

tahun 2018 Jawa Barat termasuk dalam urutan ke 2 dengan kasus hipertensi

terbanyak yaitu sebanyak 40,5% (hasil pengukuran terhadap jumlah penduduk ≥

18 tahun) (Riskesdas, 2018).


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung

dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada

ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak

(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan

yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak

terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua

pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah,

swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan

(Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat ditangani dengan pengobatan

farmakologi dan pengobatan non farmakologi, Pengobatan farmakologi pada

penderita hipertensi yaitu dengan menggunakan obat-obatan yang dapat

membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah. Pengobatan

farmakologi memiliki efek samping yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit

atau efek fatal lainnya. Hal ini dikarenakan respon terhadap suatu jenis obat pada

setiap orang berbeda. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala,

pusing, lemas dan mual (Azhary, 2015). Sedangkan pengobatan non farmakologi

yaitu terapi tanpa menggunakan obat obatan seperti akupresur, ramuan cina,
terapi herbal, aroma terapi, terapi musik klasik, meditasi, dan pemijatan. (Andri

dalam Azhary, 2015).

Salah satu teknik relaksasi yang dapat dijadikan terapi alternatif untuk

hipertensi adalah terapi pemijatan pada kaki. Pijat refleksi kaki memberikan

manfaat yaitu mengurangi rasa sakit pada tubuh, melancarkan peredaran darah,

membantu mengatasi stres, dan mengurangi ketergantungan terhadap obat. Pijat

refleksi merupakan teknik pengobatan terapi tradisional yang dipadukan dengan

keterampilan tanpa alat atau secara manual.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, Asrin & Sarwono

(2012) yang menunjukkan bahwa foot reflexology lebih efektif untuk menurunkan

tekanan darah dibandingkan hipnoterapi. Park & Cho (2012) membuktikan bahwa

foot reflexology adalah intervensi keperawatan yang efektif untuk menurunkan

tekanan sistolik dan trigliserida dan untuk meningkatkan kepuasan hidup tetapi

tidak menurunkan kolesterol darah

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2014 pengobatan

tradisional telah berkembang pesat di seluruh dunia salah satunya pijat refleksi

kaki, Di Amerika pijat refleksi kaki angka keberhasilan nya mencapai 42%.

Berdasarkan RISKESDAS (Riset Kesehatan Daerah) tahun 2013 pijat refleksi

kaki penggunaannya telah mencapai 77,8% yang digunakan sebagai upaya untuk

mempertahankan kebugaran dan kesehatan serta dapat menurunkan hipererusemi


Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 30 April – 6 Mei 2019

didapatkan data bahwa terdapat 228 lansia (27 %) di RW 17 Kelurahan klender

Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan

74 (51,7%) lansia dengan hipertensi Oleh sebab itu, penulis tertarik mengangkat

masalah kesehatan mengenai “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Sasaran

Lansia Dengan Hipertensi Dengan Terapi Pemijatan Kaki Di Kelurahan Klender

Kecamatan Duren Sawit Tahun 2019 ”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umun

Untuk memelihara kesehatan lansia pada hipertensi dengan terapi

pemijatan kaki Di Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Tahun

2019

2. Tujuan Khusus

a. Lansia dapat mengetahui manfaat dari terapi pemijatan kaki untuk

hipertensi

b. lansia dengan hipertensi dapat mengetahui teknik dari terapi pemijatan

kaki.

c. Lansia dengan hipertensi dapat menerapkan terapi pemijatan kaki

dalam kehidupan sehari-hari

C. Metode Penulisan

Dalam laporan ini penulis menggunakan studi lapangan dan studi

kepustakaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian Lansia

Menurut Setianto (2014), seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)

apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia menurut Pdjiastuti (2018), lansia

bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan

stres lingkungan. Lansia menurut Hawari (2014), adalah keadaan yang

ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan

terhadap kondisi stress fisikologi. Kegagalan ini berkaitan ini berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan

secara individual. Lansia menurut Bailon G. Salvaclon (1987), adalah dua

atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau

adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berintraksi satu sama lain dalam

perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Lansia

menurut BKKBN (1995), adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada

umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,

psikologis, social ekonomi (dikutip dalam Muhith dan Siyoto, 2016).


2. Siklus Hidup Manusia

Siklus hidup manusia merupakan proses perjalanan hidup manusia

sejak lahir sampai meninggal dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(Wahyudi, Nugroho, 2000 dikitip dalam Muhith dan Suyoto, 2016) siklus

hidup lansia yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.

c. Lanut usia tua (old ), antara 60 – 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old ), diatas 90 tahun

3. Karakteristik Lansia

Menurut (Budi Ana Keliat,1999 dikutip dalam Padila, 2013), lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 60 th ( sesuai pasal 1 ayat (2) UU. No 13 tg kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan bipsikososial smp spiritual, serta dari kondisi adaptif

hingga maladaptive.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

4. Tipe Lansia

Tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,

kondisi fisik, mental, social dan ekonominya (Nugroho, 2000 dikutip dalam

Padila, 2013). Tipe tersebut diantaranya :


a. Tipe arif bijaksana

kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergail dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tidak putus asa

Konflik lahir batin melantang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, ,udak tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak

menuntut.

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan

melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, konstruksi, dependen

(tergantung), defensife (bertahan). militant dan serius, tipe

pemaarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu),

serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).


5. Batasan-batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya

berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia

(Padila, 2013) adalah sebagai berikut:

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut Hurlock (1979) :

1) Early old age (usia 60-70 tahun)

2) Advanced old age (usia > 70 tahun)

c. Menurut Burnsie (1979) :

1) Young old (usia 60-69 tahun)

2) Middle age old (usia 70-79 tahun)

3) Old-old (usia 80-89 tahun)

4) Very old-old (usia > 90 tahun)

d. Menurut Bee (1996) :

1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

2) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)

3) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)

4) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)

5) Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)


e. Menurut Prof. Dr Koesoemanto setyonegoro :

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun

2) Usia dewasa penuh (midlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun

3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :

a) Young old (usia 70-75 tahun)

b) Old (usia 75-80 tahun)

c) Very old (usia > 80 tahun)

f. Menurut sumber lain :

1) Elderly (usia 60-65 tahun)

2) Junior old age ( usia > 65-75 tahun)

3) Formal old age (usia > 75-90 tahun)

4) Longevity old age (usia > 90-120 tahun

Di Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam

UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Menurut UU tersebut

diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik

pria maupun wanita.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua

Menurut Siti Bandiyah (2009) penuaan dapaat terjadi secara fisiologis

dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor

yang mempengaruhi yaitu hereditas atau generetik, nutrisi atau makanan,

status kesehatan pengalaman hidup, lingkungan, dan stress (Muhith dan

Suyoto, 2016).
a. Hereditas atau Genetik

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan

dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi

sel. Secara genetic, perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X

sedangkan laki-laki oleh satu krromosom X. Kromosom X ini ternyata

membawa unsure kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang

dari pada laki-laki.

b. Nutrisi/Makanan

Berlebihan atau kekurangan menggangu keseimbangan reaksi kekebalan

c. Status Kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,

sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih

disebabkan oleh faktor umur yang merugikan yang berlangsung tetap dan

berkepanjangan.

d. Pengalaman Hidup

1) Paparan sinar matahaari : kulit yang tak terlindungi sinar matahari

akan mudah ternoda oleh flek, kerutan dan menjadi kusam.

2) Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan

menyebabkan lancaarnya sirkulasi darah.

3) Mengkonsumsi alkohol : alkoohol dapat memperbesar pembuluh

darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darha

dekar permukaan kulit.

e. Lingkungan
Proses menua secara biologic. berlangsung secara alami dan tidak dapat

dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertehankan dalam stasus sehat.

f. Stres

Tekanan kehiddupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,

ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan

berpengaruh terhadap proses penuaan.

7. Teori-teori proses menua

Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tetntang

proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual : dimana

proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, setiap

lanjut usia mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda, dan tidak ada

satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. Adakalanya

seseorang belum tegolong tua (masih muda) tetapi telah menunjukan

kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanjut usia

penampilannya masih sehat, bugar, dan badan tegap, akan tetapi meskipun

demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh

lanjut usia. Misalnya Hipertensi, diabetes mellitus, rematik, asam urat,

dimensia senilis, sakit ginjal, dll (Padila, 2013).

Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun

tidak semuanya bisa diterima.Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua

kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori bioologis dan teori psikologis.

a. Teori Biologis
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut :

1) Teori jam genetic

Menurut Hay ick (1965), secara genetik sudah terprogram

bahwa material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam

genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada

kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memilikiharapan hidup (life

span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan

maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkiraan hanya mampu

membelah sekkitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi.

a) Teori cross-linkage (rantai silang)

Kolagen yang merupakan unsure penyusun tulang diantara

susunan molecular, lama kelamaan akan mengikat kekakuannya

(tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel sel yang sudah

tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat.

b) Teori radikal bebas

Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan

kerusakan dan kemunduran secara fisik

c) Teori genetic

Menurut teori ini.Menua telah terprogram secara genetic, untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul molekul/ DNA

dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.


d) Teori immunologi

(1) Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi

suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan

terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah.

(2) System immune menjadi kurang efektif dalam

mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas.

e) Teori stress-adaptasi

Menua terjadi akibat hilangnya sel sel yang biasa digunakan

tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel

sel tubuh telah terpakai

f) Teori wearand tear (pemakaian dan rusak)

Kelebihan usaha dan stress memnyebabkan sel sel tubuh lelah

(terpakai)

b. Teori psikososial

Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut :

1) Teori integritas ego

Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas tugas yang harus

dicapai dalam tiap tahap perkembangan.Tugas perkembangan terakhir

merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil akhir

dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan

adalah kebebasan

2) Teori stabilitas personal


Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak kanak dan

tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa

jadi mengindikasikan penyakit otak.

c. Teori sosiokultural

Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :

1) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang berangsur angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan

soasialnya, atau menari diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini

mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, sehingga sering

terjadi kehilangan ganda meliputi:

a) Kehilangan peran

b) Hambatan kontak social

c) Berkurangnya komitmen

2) Teori aktifitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukse tergantung dari

bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam beraktifitas

dan mempertahankan aktifitas tersebut selama ungkin. Adapun

kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas

aktifitas yang dilakukan.

d. Teori konsekuensi fungsional

Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :


1) Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang

berhubungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan faktor

risiko tambahan.

2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan

negative, dengan intervensi menjadi positif.

8. Macam – Macam Usia

Menurut (Indriana Yeniar, 2012) sebetulnya usia atau umur ini

merupakan konsep yang dapat di rumuskan atau di interpretasikan dengan

berbagai cara, di samping umur kronologis.

a. Usia Biologis

Umur biologis ini, di lihat dari bagaimana kondisi biologis seseorang,

fungsi – fungsi berbagai sistem organnya, di bandingkan dengan orang

lain pada umur kronologis yang sama.

b. Usia Psikologis

Menunjukan kapasitas adaptif individu di bandingkan dengan orang

lain pada umur kronologis yang sama. Kemampuan belajar, inteligensi,

ingatan, emosi, motivasi, dan sebagainya dapat di ukur untuk

memprediksi sejauh mana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap

perubahan.

c. Usia Fungsional

Mengukur tingkat kemampuan individu untuk berfungsi di dalam

masyarakat, di bandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang


sama. Apakah ia masih mampu hidup mandiri, atau melakuakn pekerjaan

– pekerjaan tertentu sehingga berguna bagi masyarakat.

d. Usia Sosial

Menunjukan sejauh mana seseorang dapat berpartisipasi sosial,

melakukan peran – peran sosial, di bandingkan dengan anggota

masyarakat lainnya pada usia kronologis yang sama.

e. Usia Subjektif

Usia subjektif adalah usia seseorang berdasarkan perasaan

subjektifnya, apakah lebih muda atau lebih tua dari usia kronologisnya.

f. Usia Religius

Menunjukan ke khawatiran akan kematian akan muncul ketika

seseorang telah mendekati usia lanjut. Mereka lebih banyak berdoa,

membaca buku – buku agama, dan mendengarkan program – program

siaran agama. Perhatian ini akan meningkat pada masa usia lanjut.

B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian

dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan

darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam

hitungan detik dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Herbert

Benson,dkk, 2012). Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah

tinggi adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan
hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung

ketika memompa darah.

Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial

sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara terus-

menerus (Sutanto, 2010). Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan

darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90

mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit

jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal

dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya

(NANDA, 2015).

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan

diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah

normal bervariasi sesuai usia dan gejala yang timbul. Namun, secara umum

seseorang dianggap mengalami hipertensi jika tekanan darahnya lebih tinggi

dari 140/90 mmHg. (M. Asikin dkk, 2016)

2. Etiologi

Sejumlah etiologi yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia, jenis

kelamin, ras, dan pola hidup.

a. Usia, pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35 tahun meningkatkan

insidensi penyakit arteri dan kematian prematur.

b. Jenis kelamin, insidensi terjadinya hipertensi pada pria umumnya lebih

tinggi dibandingkan dengan wanita. Namun, kejadian hipertensi pada


wanita mulai meningkat pada usia paruh baya, sehingga pada usia di atas

65 tahun insidensi pada wanita lebih tinggi.

c. Ras, hipertensi pada orang yang berkuit hitam lebih sedikkt dua kalinya

dibandingkan dengan orang yang berkulit putih.

d. Pola hidup, penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan

atau pekerjaan yang penuh stres berhubungan dengan kejadian hipertensi

yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor risiko utama.

Merokok dipandang sebagai faktor risiko tinggi bagi pengidap hipertensi

dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia

merupakan faktor utama dalam perkembangan aterosklerosis yang

berhubungan dengan hipertensi.

3. Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan The Joint National

Committee on Detection Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure 7 (JNC 7)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100
4. Patofisiologi

Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu refleks

baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi,

karena adanya berbagai gangguan genetik dan risiko lingkungan, maka terjadi

gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan sistem renin-

angiotensin-aldosteron, serta terjadinya inflamasi dan resistensi insulin.

Resistensi insulin dan gangguan neurohormonal menyebabkan vasokonstriksi

sistemik dan peningkatan resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan gangguan

ginjal yang disertai gangguan sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA)

yang menyebabkan retensi garam dan air di ginjal, sehingga terjadi

peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume darah

merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi. Pusat yang menerima

impuls yang dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak pada medula di

batang otak.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada akhirnya akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar

menjadi berkurang dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung (volume sekuncup), sehingga mengakibatkan penurunan curah

jantung dan peningkatan resistensi perifer (Brunner & Suddarth, 2014).


5. Manifestasi Klinis

Pengidap hipertensi menunjukkan adanya sejumlah tanda dan gejala,

namun ada juga yang tanpa gejala. Hal ini menyebabkan hipertensi dapat

terjadi secara berkelanjutan dan mengakibatkan sejumlah komplikasi.

Tabel 2.2 Manifestasi Klinis Hipertensi

Manifestasi Deskripsi

Klinis
Tidak ada gejala Hipertensi biasanya tidak akan menimbulkan

gejala. Namun, akan menimbulkan gejala setelah

terjadi kerusakan organ, misalnya jantung, ginjal,

otak dan mata.


Gejala yang Nyeri dada, pusing/migrain, rasa berat di tengkuk,

sering terjadi sulit untuk tidur, lemah dan lelah.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan secara menyeluruh dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis

hipertensi dan menentukan derajat keparahannya. Pengukuran tekanan darah

dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui tekanan

darah. Selain pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dapat

dilakukan untuk mencari faktor risiko dan penyebab hipertensi, serta

mengetahui kerusakan organ, misalnya ginjal dan jantung.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada hipertensi terdiri dari penatalaksanaan farmakologi dan

penatalaksanaan nonfarmakologi.
Tabel 2.3 Penatalaksanaan Klien dengan Hipertensi

Jenis Tindakan

penatalaksanaan
Farmakologi Golongan diuretik, golongan beta bloker,

golongan antagonis kalsium, dan golongan ACE

inhibitor.
Nonfarmakologi a. Pola makan harus dibatasi atau dikurangi,

terutama makanan yang mengandung garam.

b. Aktivitas/olahraga

8. Komplikasi

Hipertensi menetap memengaruhi sistem kardiovaskular, saraf dan

ginjal. Lalu ateroskerosis meningkat, meningkatkan risiko penyakit jantung

koroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri meningkat, menyebabkan

hipertrofi ventrikel, yang kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung

koroner, disritmia, dan gagal jantung. Tekanan darah diastolik adalah faktor

risiko kardiovaskular signifikan sampai usia 50 tahun; tekanan sistolik

kemudian menjadi faktor yang lebih penting yang menyebabkan risiko

kardiovaskular (NHLBI, 2004). Sebagian besar kematian akibat hipertensi

disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan infark miokardium akut atau

gagal jantung.

Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi meningkatkan

risiko infark serebral (stroke). Peningkatan tekanan pada pembuluh serebral

dapat menyebabkan perkembangan mikroaneurisma dan peningkatan risiko


hemoragi serebral. Ensefalopati hipertensi, suat sindrom yang ditandai dengan

tekanan darah yang sangat tinggi; perubahan tingkat kesadaran, peningkatan

tekanan intrakranial, papiledema, dan kejang dapat berkembang. Etiologinya

belum jelas.

Hipertensi juga dapat menyebabkan nefrosklerosis dan insufisiensi

ginjal. Proteinuria dan hematuria mikroskopik berkembang, serta tanda gagal

ginjal kronik. Orang Afro Amerika mengalami penyakit ginjal hipertensi lebih

sering dibanding orang berkulit putih.

C. Konsep Pijat Kaki

1. Definisi Pijat Refleksi Kaki

Pijat refleksi adalah suatu cara pengobatan penyakit melalui titik pusat

urat syaraf yang bersangkutan (berhubungan) dengan organ-organ tubuh

tertentu. (Ruhito F, 2011).

Institut refleksologi internasional mendefinisikan refleksologi sebagai

teknik manual yang berladaskan teori bahwa area refleks telapak kaki dan

tangan berhubungan erat dengan kelenjar, organ dan semua bagian tubuh

(Byers dalam Rahmah, 2017). Para refleksologist mengutarakan prinsip dasar,

bahwa telapak kaki dan tangan berhubungan dengan semua bagian tubuh

manusia termasuk organ internal, dan dengan memberikan tekanan secara

spesifik pada telapak kaki, manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh organ

tubuh. (Snyder & Lindquist, 2010)

Pijat refleksi adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya

otot, tendon, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan


posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi dan atau

memperbaiki sirkulasi (Mander, 2004 dalam Andarmoyo 2013).

Menurut Maulana (2016) Gerakan – gerakan dasar pada pijat refleksi

meliputi : gerakan memutar yang di lakukan oleh telapak tangan, gerakan

menekan dan mendorong ke depan dan ke belakang menggunakan tenaga,

menepuk-nepuk,meremas-remas dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan-

gerakan menghasilkan tekanan, arah dan kecepatan,posisi tangan dan gerakan

yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan

yangdi bawahnya.

Menurut Toru Namikoshi (2006) pijat refleksi adalah suatu metode

preventif dalam perawatan kesehatan untuk meningkatkan gairah hidup,

menghilangkan rasa letih dan merangsang daya penyembuhan tubuh secara

alamiah dengan jalan memijat titik-titik tertentu pada tubuh.

2. Tujuan dan Manfaat Pijat Refleksi

Teori Endorphin Pommeranz menyatakan bahwa tubuh akan bereaksi

dengan mengeluarkan endorphin karena pemijatan. Endorphin adalah zat yang

di produksi secara alamiah oleh tubuh, bekerja, serta memiliki efek seperti

morphin. Endorphin bersifat menenangkan, memberikan efek nyaman, dan

sangat berperan dalam regenerasi sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh

yang sudah using atau rusak. Pijat refleksi juga memberika manfaat bagi

sistem dalam tubuh. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut ( Hendro

dan Yusti, 2015 ) :


a. Stress, kurang tidur, nyeri kepala, dan sebagainya, menimbulkan

ketegangan pada sistem saraf. Pijat refleksi dapat bersifat sedative yang

berfungsi meringankan ketegangan pada saraf. Karena mempengaruhi

sistem saraf. Pijat refleksi juga dapat meningkatkan aktivitas sistem

vegetasi tubuh yang di kontrol oleh otak dan sistem saraf, yakni sistem

kelenjar-hormonal, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, dan lain-

lain.

b. Saat bekerja otot membutuhkan energy yang di dapat dari pembakaran

dengan cara aerob atau anaerob. Proses anaerob menghasilkan asam

laktat sebagai bahan buangan. Tumpukan asam laktat itulah yang

menyebabkan timbulnya rasa pegal pada otot atau rasa nyeri pada

persendian.pijat refleksi dapat membuat otot dan jaringan lunak tubuh

lebih relaks dan meregang.

c. Kalsium adalah zat yang sangat diperlukan untuk memelihara saraf, otot,

tulang, termasuk gigi. Pemijatan di area titik refleksi tertentu akan

membantu menyeimbangkan kadar kalsium dalam tubuh.

Dapat di simpullkan bahwa tujuan dan manfaat dari pijat refleksi sebagai

berikut ( Hendro dan Yusti, 2015 ) :

1. Meningkatkan daya tahan dan kekuatan tubuh ( promotif )

2. Mencegah penyakit tertentu ( Preventif )

3. Mengatasi keluhan dan pengobatan terhadap penyakit tertentu

( Kuratif )
4. Memulihkan kondisi kesehatan ( Rehabilitatif )

Menurut (wahyuni, 2014) Manfaat pijat refleksi kaki yaitu :

1. Mengurangi rasa sakit pada tubuh

2. Meningkatkan daya tahan tubuh

3. Membantu mengatasi stress

4. Meringankan gejala migraine

5. Mengurangi ketergantungan terhadap obat

6. Melancarkan peredaran darah

3. Mekanisme pemijatan kaki Terhadap Tekanan Darah

Dengan memijat daerah refleksi memberikan rangsangan yang

diterima oleh saraf sensorik, dan langsung disampaikan oleh urat saraf

motorik kepada organ yang dikehendaki. Apabila pijat refleksi di satu titik,

maka tubuh akan melepaskan zat seperti bradikinin, yaitu zat yang

menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol serta mengakibatkan

terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek

relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan

menurunkan tekanan darah secara stabil (Kusyati, 2012 dalam Apiana Nurma,

2014).

Pada penderita hipertensi manfaat pijat refleksi kaki adalah

memperlancar peredaran darah, dimana pijat refleksi akan membantu

memperlancar metabolisme dalam tubuh. Pijat refleksi akan mempengaruhi


kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau

melebarnya pembuluh darah kapiler. Aliran oksigen dalam darah meningkat,

membuang sisa-sisa metabolic semakin lancar sehingga memacu hormone

endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman

4. Sirkulasi Darah Sangat Penting

Setiap organ tubuh memerlukan darah untuk melangsungkan

fungsinya yang normal. Darah tersebut membawa gizi yang diperlukan tubuh,

seperti oksigen, hormone, antibiotik, dan zat makanan lainnya. Disamping itu,

darah juga mengangkat kotoran yang ada untuk dibuang atau dibersihkan.

Oleh karenanya, organ yang sakit membutuhkan peredaran darah yang lancar

untuk membantu menyembuhkan penyakitnya, semakin lancar peredaran

darahnya, semakin sehatlah tubuh kita. (Ruhito F, 2011).

5. Teknik pemijatan Kaki

Pada umumnya orang mendengar kata “pijat refleksi” langsung

mereka mengambil kesimpulan sama yaitu pijat dengan tekanan kuat sehingga

sakit sekali, bahkan sampai berteriak, pola memijat tersebut sangat salah

sekali karena tidak setiap orang sanggup dipijat keras. Jadi, seorang

refleksiologi harus menyesuaikan dengan kondisi pasien karena tidak semua

pasien sama dalam hal menahan sakit. Cara yang benar dalam memberi

tekanan pemijatan adalah pasien tidak boleh tegang, buatlah pasien sesantai

mungkin dan serileks mungkin, kalaupun ada rasa sakit, tidak melebihi dari
kemampuan pasien. Apabila pemijatan dilakukan sediri maka kekuatan

tekanan dapat disesuaikan dengan daya tahan tubuh.

Prinsip cara memijat adalah mengarahkan semua pijatan ke jantung.

Misalnya, pemijatan pada bagian yang terdapat disekitar lengan maka lengan

direntangkan dan dipijat dari bawah keatas. Begitu juga pemijatan disekitar

betis atau kaki semua tetap diarahkan dari bawah ke atas mengarah kejantung

sebagai pusat peredaran darah. (Ruhito F, 2011)

6. Titik Daerah pemijatan Kaki Dan Manfaatnya

Gambar 2.1: peta organ tubuh manusia pada telapak kaki

Kaki kanan kaki kiri


Sumber : Doda, (2015)

1. Kepala : Terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri (mengatasi

pusing, stress, sakit kepala, emosional, ketegangan amarah)

2. Dahi : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri (mengatasi sakit

kepala, sirkulasi darah diatas kepala, sakit dahi dan vertigo)

3. Otak kecil : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri ( mengatasi

sakit pegal bagian kepala (tengkuk) stroke, kesemutan bagian

tangan, perdarahan diotak.


4. Kelenjar dibawah otak : terletak dikaki kanan dan kiri ( mengatasi

mengatur kelenjar tiroid dan kelenjar reproduksi)

5. Saraf trigeminus : terletak dikaki kanan dan kaki kiri (mengatasi

sakit kepala sebelah)

6. Hidung : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri ( mengatasi

pilek dan flu, polif dan gangguan lain pada hidung)

7. Leher : terletak dikaki kanan dan kaki kiri ( mengatasi sakit bagian

leher, mengatasi kesulitan dalam menggerakan leher dan

membantu mengatasi sakit pundak.

8. Mata : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri ( mengatasi mata

merah, mata berair dan beberapa gangguan lain pada mata

9. Telinga : terletak dibagian kaki kanan dan kiri ( mengatasi telinga

mendengung, kurang pendengaran, sakit telinga)

10. Bahu : terletak di kaki kanan dan kiri ( mengatasi sakit sendi bahu,

dan tangan)

11. Otot travezius : terletak dikaki kanan dan kaki kiri (mengatasi sakit

pundak, dan leher membuka saraf terjepit pada organ pundak)

12. Kelenjar tiroid : terletak di kaki kanan dan kiki kiri (mengatasi

gondok, gangguan pada saluran pernafasan, jantung.

13. Kelenjar paratiroid : terletak dikaki kanan dan kaki kiri (mengatasi

kesemutan bagian kaki, pegal, reumatik, dan keram.

14. Paru-paru : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri (mengatasi

batuk, sesak nafas, infeksi paru, radang paru)


15. Lambung : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri (mengatasi

sakit maag, masuk angina, kembung, sakit perut )

16. Duodenum : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri (mengatasi

menetralisir asam lambung yang berlebihan dalam lambung,

membuang dan mendorong angina keluar dari lambung)

17. Pancreas : terletak dikaki kanan dan kaki kiri (berfungsi

memproduksi insulin untuk merubah gula menjadi tenaga, manfaat

nya mengatasi maag, kembung, masuk angina dan lain-lain)

18. Lever : terletak di kaki kanan (disinilah gudang gula yang

dipadatkan untuk keperluan atau makanan darah yang seterusnya

dirubah oleh insulin menjadi energy. Apabila seseorang kurang

mengkonsumsi gula maka lama kelamaan gula dalam liver habis

terbakar atau dihisap oleh darah maka lever menjadi bengkak

kemudian mudah atau rawan terhadap virus hepatitis).

19. Kandung empedu : terletak hanya daerah kaki kanan (berfungsi

memproduksi getah empedu sebagai obat diabetes dan membantu

pekerjasn pancreas serta empedu juga berguna untuk menetralisir

racun dalam darah (ureum)).

20. Serabut saraf lambung : terletak di bagian kaki kanan dan kaki kiri

(berfungsi melayani organ-organ dalam rongga perut, terletak

dibelakang lambung)

21. Kelenjar adrenal : terletak di bagian kaki kanan dan kaki kiri

terletak di atas kedua ginjal, (berfungsi untuk menstimulasi


persendian gula dalam lever, menambah gula dalam darah,

membangkitkan tekanan darah)

22. Ginjal : terletak dibagian kaki kanan dan kiri (disinilah darah

dicuci dan disaring, mengatasi sakit ginjal, radang ginjal, batu

ginjal gagal ginjal)

23. Ureter : terletak di kaki kanan dan kiri ( mengatasi sakit kencing,

infeksi saluran kencing)

24. Kandung kemih : terletak di bagian kaki kana dan kaki kiri

( mengatasi batu dalam kandung kencing dan membantu

berfungsinya kelenjar prostat)

25. Usus kecil : terletak di kaki kanan dan kiri ( mengatasi kolesterol,

mengatasi penyakit tifoid)

26. Usus buntu : terletak di kaki kanan ( mengatasi penyakit usus

buntu, radang usus buntu)

27. Katup iseo-sekal : terletak dikaki bagian kanan berfungsi sebagai

penyaring usus buntu

28. Usus besar asendens : terletak dibagian kaki kanan dan kaki kiri

berfungsi sebagai mengatasi radang usus dan hernia

29. Usus besar transversum : terletak dikaki kanan dan kaki kiri

berfungsi sebagai membantu pekerjaan ginjal, mengatasi sembelit,

dan radang usus

30. Usus besar desendens : terletak dikaki kiri berfungsi sebagai

mengatasi sakit perut bagian bawah.


31. Rectum : terletak dikaki kiri berfungsi mengatasi sembelit,

hemoroid, kanker rectum.

32. Anus : terletak di kaki kiri berfungsi mengatasi hemoroid, sembelit

dan sakit perut bagian bawah

33. Jantung : terletak di kaki sebelah kiri berfungsi mengatasi sakit

jantung, radang jantung, jantung coroner, cemas, gelisah dan

melancarkan peredaran darah

34. Limpa : terletak di kaki kiri berfungsi sebagai pertahanan tubuh

dan gudang darah apabila ada perdarah ia segera mengeluarkan

darah tambahan juga memproduksi sel-sel darah putih untuk

melawan virus, kuman dan lain-lain

35. Lutut : terletak dikaki kanan dan kaki kiri berfungsi mengatasi

sakit lutut, asam urat, dan lain-lain

36. Kelenjar reproduksi : terletak di kaki kana dan kaki kiri berfungsi

memproduksi sperma dan indung telur, mengatasi kesuburan pria

dan wanita dan lain-lain.

7. Titik Pemijatan Kaki Pada Hipertensi

Titik refleksi kaki pada hipertensi menurut (Doda, 2015)

a. Kepala : terletak di daerah refleksi kaki kanan dan kaki kiri berfungsi

untuk mengatasi pusing, stress, sakit kepala, dan emosional.


b. Dahi : terletak di daerah refleksi kaki kanan dan kiri berfungsi untuk

mengatasi sakit kepala, sirkulasi darah diatas kepala, sakit dahi dan

vertigo.

c. Jantung : terletak didaerah refleksi kaki kiri berfungsi untuk peredaran

darah.

8. Prosedur Tindakan

1. Pasien dipersilahkan untuk memilih posisi selama intervensi, bisa duduk

atau berbaring

2. Pasien harus dalam keadaan rileks dan jangan terlalu tegang

3. Pakailah minyak atau lotion terlebih dahulu agar kulit tidak lecet ketika

dipijat

4. Lakukan effleurage, istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan

menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijat.

5. Lakukan penekanan sentrarefleks pada hipertensi selama 15 menit

6. Jika pemijatan terlalu keras dan pasien merasa kesakitan, maka tekanan

pijatan dikurangi

7. Prinsip cara memijat dari bawah ke atas, mengarahkan semua pijatan

kejantung
No Perlakuan Gambar Manfaatnya

1. Lakukan teknik dasar Melancarkan aliran

effleurage pada darah dan

punggung kaki, merileksasikan

Teknik ini digunakan otot-otot punggung

untuk mengawali dan kaki

mengakhiri pemijatan

2. Lakukan mengusap bertujuan untuk

dan menekan pada Melancarkan aliran

telapak kaki, darah dan

Teknik ini digunakan merileksasikan

untuk mengawali dan telapak kaki

mengakhiri pemijatan

3. Lakukan gerakan gerakan ini


bertujuan untuk
menekan telapak kaki
mengatasi
kekelahan pada
telapak kaki sampai
bagian betis
4. Lakukan penekanan gerakan ini
bertujuan untuk
pada titik sentrareflek
melancarkan
gerakan mengusap
pembuluh darah di
bagian telapak kaki sekitar pencernaan

sejajar dengan jempol

5. Lakukan penekanan Berfungsi untuk

pada titik memperlancar

sentrarefleks jantung peredaran darah

dengan menggunakan

ibu jari yang ditekuk

6. Lakukan penekanan gerakan ini


bertujuan untuk
pada titik
mengatasi pusing,
sentrarefleks kepala
stress, sakit kepala,
dengan menggunakan dan emosional.

ibu jari yang ditekuk


7. Lakukan peregangan gerakan ini

pada setiap jari secara bertujuan untuk

satu persatu melancarkan

peredaran darah

8. lakukan teknik dasar gerakan ini


bertujuan untuk
effleurage pada
Melancarkan aliran
punggung kaki,
darah dan
teknik ini biasa nya merileksasikan
otot-otot punggung
digunakan diawal dan
kaki
diakhir pemijatan

BAB III
HASIL PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNTAS

A. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah metode kuesioner. Metode kuesioner adalah metode pengumpulan

data dengan cara memberikan daftar pertanyaan/ pernyataan tertulis dengan

beberapa pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta untuk

memberikan jawaban atau respon terhadap setiap item pertanyaan yang

diajukan (Dharma, 2015). Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara

penyebaran kuesioner, door to door ke setiap rumah warga.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target adalah unit dimana suatu hasil penelitian

diterapkan (digeneralisir). Idealnya penelitian dilakukan pada populasi,

karena dapat melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil

penelitian diterapkan (Dharma, 2015). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua lansia yang tinggal di RW 17 Kelurahan klender Kecamatan

Duren Sawit Jakarta Timur.

2. Sampel

Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi adalah

sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau

dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan


pengamatan/ pengukuran pada unit ini. Pada dasarnya penelitian dilakukan

pada sampel yang terpilih dari populasi terjangkau (Dharma, 2015).

Sampel dalam penelitian ini adalah 23 orang lansia yang datang ke

kegiatan Terapi Pemijatan Kaki di Balai Warga RT 10 RW 017

Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.

C. Lokasi Dan Waktu

1. Lokasi

Tempat dalam pelaksanaan Terapi Pemijatan Kaki di Balai Warga RT 10

RW 17 RT Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.

2. Waktu

Waktu dalam pelaksanaan kegiatan Terapi Pemijatan Kaki ini adalah pada

tanggal 22 Mei 2019, dan 23 Mei 2019

D. Instrument Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti

untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu

bentuk atau dokumen yang berisi beberapa item pertanyaan yang dibuat

berdasarkan indikator- indikator suatu variabel (Dharma, 2015). Dalam

penelitian ini menggunakan skala kuesioner Guttman karena terdapat dua

pilihan jawaban dalam setiap pertanyaan di kuesioner

E. Prosedur Pengumpulan Data


1. Langkah pertama diawali dengan penyerahan mahasiswa STIKes Medistra

Indonesia ke Kelurahan Klender

2. Melakukan penyusunan kuesioner mengenai lansia

3. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada setiap mahasiswa ke rumah

warga dengan metode door to door di RW 17 Kelurahan Klender

Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur

4. Hasil kuesioner yang didapat lalu di coding dan di olah data dengan

menggunakan SPSS

F. Hasil Pengumpulan Data

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang di berikan kepada setiap warga

yang memiliki lansia didapatkan hasil :

1. Komposisi Lansia

Jumlah lansia yang terdapat di RW 04 Kelurahan Setu Kecamatan

Cipayung sebanyak 228 orang lansia berusia >60 tahun. Dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan lansia, yang menjadi sasarannya adalah

lansia yang hadir dalam Terapi Pemijatan kaki sebanyak 23 orang lansia.

Pengkajian yang dilakukan yaitu penyebaran kuesioner ke setiap rumah

warga RW 017 Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur


2. Lansia Yang Memiliki Keluhan Penyakit

3.1 distribusi lansia yang memiliki keluhan penyakit

Lansia yang Memiliki Keluhan Penyakit

35% YA
TIDAK

65%

Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa presentase

lansia yang memeriksakan keluhan penyakitnya ke sarana kesehatan

sebanyak 65 % orang lansia, sedangkan presentase lansia yang tidak

memeriksakan keluhan penyakitnya sebanyak 35 %. Hal ini menunjukkan

jumlah lansia yang memeriksakan keluhan penyakitnya lebih banyak dari

pada lansia yang tidak memeriksakan keluhan penyakitnya ke sarana

kesehatan.
3. Lansia Yang Memiliki Penyakit Hipertensi

3.2 distribusi lansia yang memiliki Penyakit Hipertensi

Lansia yang memiliki penyakit Hipertensi


Asma
Jantung 4%
5%
Asam Urat
10%
Osteoporosis
1%
Katarak
5% Hipertensi
Diabetes 52%
8%

Rematik
9%
Stroke
6%

Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa presentase

lansia yang memiliki penyakit hipertensi sebanyak 52%, Stroke 6%,

Rematik 9%, Diabetes 8%, Katarak 5%, Asam Urat 10%, Jantung 5%,

Asma 5%, dan Osteoporosis 1%. Hal ini menunjukkan jumlah Lansia

yang memiliki penyakit Hipertensi lebih banyak dari pada jumlah lansia

dengan penyakit yang lain.


G. Analisa Data

No Data : Wawancara, Kuisioner, Observasi Masalah


1. Wawancara : kesiapan
meningkatkan
 Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan manajemen kesehatan
dengan wawancara bersama kader Posbindu (Hipertensi)
RW 17 mengatakan bahwa jumlah lansia di RW
17 berjumlah 228 orang lansia ( 27% ). kode diagnosis 00162
 Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
dengan wawancara bersama kader Posbindu
RW 17 mengatakan bahwa lansia yang
memiliki hipertensi berjumlah 74 responden
( 51,7%)
 Berdasarkan hasil pengkajian yang di lakukan
dengan wawancara bersama kader Posbindu
bahwa tidak terdapat terapi alternative untuk
lansia dengan hipertensi di RW 17
 Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
dengan wawancara bersama kader Posbindu
RW 17 mengatakan bahwa tidak mengetahui
tentang terapi alternative pemijatan kaki pada
lansia dengan hipertensi

Kuisioner :
 Berdasarkan hasil kuisioner yang dilakukan
kemasyarakat anggota keluarga yang berusia
lanjut > 60 tahun sebanyak 228 lansia (27% )
 Berdasarkan hasil kuisioner yang dilakukan
kemasyarakat lansia yang megalami penyakit
sebanyak 143 lansia (64,9%)
 Berdasarkan hasil kuisioner lansia yang
memiliki hipertensi berjumlah 74 responden
( 51,7%)
 Berdasarkan hasil kuisioner 9 kader posbindu di
RW 17 (100%) tidak mengetahui tentang terapi
pemijatan dan tidak ada terapi alternatif terapi
pemijatan untuk lansia dengan hipertensi di RW
17”.

Observasi :
 Berdasarkan hasil observasi selama pengkajian
dengan kader dan lansia bahwa lansia dengan
hipertensi bila tekanan darah nya tinggi akan di
rujuk ke puskemas untuk mendapatkan
pengobatan lanjutan dan tidak adanya program
terapi alternative pada lansia hipertensi.
2. Wawancara : Defisien kesehatan
komunitas
 Berdasarkan hasil wawancara dengan Kode diagnosa 00215
masyarakat bila sakit minum obat warung, bila
merasa badan sudah tidak enak berobat ke
dokter praktek atau ke puskesmas
 Berdasarkan hasil wawancara dengan lansia
mengatakan tidak ada waktu untuk datang ke
posyandu karena banyak pekerjaan rumah
 Berdasarkan hasil wawancara dengan kader
posyandu di RW 17 tidak ada program khusus
untuk lansia
 Berdasarkan hasil wawancara kader
mengatakan bahwa di posbindu hanya ada
pemeriksaan tekanan darah dan pengecekan
gula darah, kolesterol dan asam urat.

Kuisioner :
 lansia yang berobat ke pelayanan kesehatan 103
responden ( 72%)
 lansia yang aktif mengikuti kegiatan posbindu
sebanyak 26 responden ( 18,7%)
 lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan
posbindu sebanyak 113 responden ( 81,3%)

Observasi :
Berdasarkan hasil observasi selama pengkajian
dengan masyarakat dan kader di RW 17 di
dapatkan bahwa tidak ada program khusus untuk
lansia dan lansia masih banyak yang belum
mengetahui adanya posbindu di rw 17.
H. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan

1. kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (Hipertensi)

2. Defisien kesehatan komunitas


I. Skoring Prioritas Masalah
Skoring Prioritas Masalah Kesehatan

Kesadaran Motivasi Kemampuan Fasilitas Beratnya Cepatnya


Masyarakat Masyarakat Perawat Yang Masalah Masalah
No Masalah Kesehatan Terhadap Untuk Mengatasi Tersedia Teratasi Total Prioritas
Masalah Mengatasi Masalah
Masalah
1. kesiapan meningkatkan 3 4 7 6 7 6 33 I
manajemen kesehatan
(Hipertensi)

2. Defisien kesehatan 5 6 7 7 6 5 36 II
komunitas
Keterangan: *Rendah : 1-4 *Cukup:5-7 *Tinggi:8-10
J. NURSING CARE PLANNING (NCP)

DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
Kode Diagnosa Kode Nursing Outcomes Kode Nursing Interventions
Classification Classification
Wawancara : Domain 1 : Promosi Kesehatan PRIMER PRIMER
 Berdasarkan hasil Domain IV : Pengetahuan Domain 3 : Perilaku
pengkajian yang dilakukan Kelas 2 : Manajemen Kesehatan tentang kesehatan & prilaku
dengan wawancara Kelas S : Pendidikan Pasien
bersama kader Posbindu Diagnosa : Kesiapan Kelas S : Pengetahuan tentang
RW 17 mengatakan bahwa 00162 Meningkatkan Manajemen kesehatan Intervensi :
jumlah lansia di RW 17 Kesehatan (Hipertensi) 5515 Peningkatan Kesadaran
berjumlah 228 orang lansia 1837 Outcomes : Pengetahuan: Kesehatan
( 27% ). manajemen hipertensi - Gunakan komunikasi
 Berdasarkan hasil Indikator : yang sesuai dan jelas
pengkajian yang dilakukan - Gunakan strategi untuk
dengan wawancara 183703 a. Target tekanan darah (dari 1 meningkatkan
bersama kader Posbindu ke 4) pemahaman tentang
RW 17 mengatakan bahwa 183713 b. Pentingnya mematuhi teknik pijat refleksi kaki
lansia yang memiliki pengobatan (dari 1 ke 4) - Mempertimbangkan hal
hipertensi berjumlah 74 183716 c. Manfaat pemantauan sendiri yang telah pasien ketahui
responden ( 51,7%) secara terus-menerus ( dari 1 tentang kondisi
 Berdasarkan hasil ke 4) kesehatannya atau
pengkajian yang di 183717 d. Jadwal yang di resikonya dan
lakukan dengan rekomendasikan untuk menghubungkan
wawancara bersama kader pemantauan tekanan darah informasi baru dengan
Posbindu bahwa tidak (dari 1 ke 4) apa yang sudah diketahui
terdapat terapi alternative 183719 e. Manfaat modifikasi gaya - Sediakan materi
untuk lansia dengan hidup ( dari 1 ke 4) informasi kesehatan
hipertensi di RW 17 183728 f. Sumber informasi hipertensi tertulis yang mudah di
 Berdasarkan hasil terpercaya (dari 1 ke 4) pahami.
pengkajian yang dilakukan 183729 g. Kelompok dukungan yang
dengan wawancara tersedia ( dari 1 ke 4)
bersama kader Posbindu
RW 17 mengatakan bahwa
tidak mengetahui tentang
terapi alternative pemijatan SEKUNDER
kaki pada lansia dengan Domain IV : Pengetahuan SEKUNDER
hipertensi tentang kesehatan dan & Domain 4 : Keamanan
prilaku
Kuisioner : Kelas T : Kontrol risiko dan Kelas V : Manajemen
 Berdasarkan hasil keamanan Risiko
kuisioner yang dilakukan 1928 Outcomes : Kontrol risiko
kemasyarakat anggota hipertensi Intervensi :
keluarga yang berusia Indikator : 6610 Identifikasi Resiko
lanjut > 60 tahun sebanyak 192802 a. Mengidentifikasi faktor risiko - Diskusikan dan
228 lansia (27% ) hipertensi (dari 1 ke 3) rencanakan aktivitas-
 Berdasarkan hasil 192803 b. Mengenali faktor risiko aktivitas pengurangan
kuisioner yang dilakukan individu terkait hipertensi resiko berkolaborasi
kemasyarakat lansia yang (dari 1 ke 3) dengan individu atau
megalami penyakit 192805 c. Mengidentifikasi tanda dan kelompok
sebanyak 143 lansia gejala hipertensi (dari 1 ke 3) - Implementasikan
(64,9%) 192806 d. Memeriksa tekanan darah aktivitas-aktivitas
 Berdasarkan hasil sesuai anjuran (dari 1 ke 3) pengurangan resiko
kuisioner lansia yang 192808 e. Berpartisipasi dalam olahraga - Rencanakan monitor
memiliki hipertensi secara teratur (dari 1 ke 3) resiko kesehatan dalam
berjumlah 74 responden 192811 f. Menggunakan teknik relaksasi jangka panjang
( 51,7%) (dari 1 ke 3) - Rencanakan tindak lanjut
 Berdasarkan hasil 192812 g. Manfaatkan fasilitas strategi dan aktivitas
kuisioner 9 kader posbindu kesehatan untuk screening pengurangan risiko
di RW 17 (100%) tidak hipertensi (dari 1 ke 3) jangka panjang
mengetahui tentang terapi 192820 h. Manfaatkan fasilitas di
pemijatan dan tidak ada masyarakat untuk mengurangi
terapi alternatif terapi resiko hipertensi (dari 1 ke 3)
pemijatan untuk lansia 192822
dengan hipertensi di RW
17”.

Observasi :
Berdasarkan hasil observasi
selama pengkajian dengan
kader dan lansia bahwa lansia TERSIER TERSIER
dengan hipertensi bila tekanan Domain IV : Pengetahuan Domain 1 :Fisiologis Dasar
darah nya tinggi akan di rujuk Tentang Kesehatan & Prilaku
ke puskemas untuk Kelas E : Peningkatan
mendapatkan pengobatan Kelas Q : Perilaku Kesehatan kenyaman fisik
lanjutan dan tidak adanya
program terapi alternative pada 1632 Outcomes : Perilaku Patuh : Intervensi :
lansia hipertensi. Aktivitas yang di sarankan 1480 Pemijatan
Indikator : - Pilih lokasi tubuh yang
163201 a. Membahas aktivitas akan di pijat
rekomendasi dengan - Cuci tangan menggunakan
professional kesehatan (dari air hangat
1 ke 4) - Siapkan lingkungan yang
163202 b. Mengidentifikasikan hangat, nyaman dan
manfaat yang diharapkan memiliki privasi
dari aktivitas fisik (dari1 ke - Berikan lotion atau bedak
4) kering pada lokasi
163204 c. Bersama professional pemijatan
kesehatan menetapkan - Lakukan pemijatan secara
tujuan aktivitas jangka terus menerus, halus,
pendek yang bisa dicapai usapan yang panjang,
(dari 1 ke 4) meremas atau getaran
163205 d. Bersama professional dengan telapak tangan
kesehatan menetapkan - Sesuaikan area pemijatan,
tujuan aktivitas jangka teknik dan tekanan sesuai
panjang yang bisa dicapai dengan persepsi
(dari 1 ke 4) kenyamanan dan tujuan
163207 e. Menggunakan strategi untuk pemijatan
meningkatkan keamanan - Dorong pasien untuk
(dari 1 ke 4) rileks selama pemijatan
163208 f. Menggunaka strategi untuk
mengalokasikan waktu
untuk aktivitas fisik
Wawancara : Domain 1 : Promosi Kesehatan
 Berdasarkan hasil Domain VII : Kesehatan Domain 7 :Komunitas
wawancara dengan Kelas 2 : Manajemen Kesehatan Komunitas
masyarakat bila sakit Kelas C : Peningkatan
minum obat warung, bila 00215 Diagnosa : defisien kesehatan Kelas BB : Kesejahteraan Kesehatan Komunitas
merasa badan sudah tidak komunitas Komunitas
enak berobat ke dokter Intervensi :
praktek atau ke puskesmas 2701 Outcome : Status Kesehatan 8500 Pengembangan Kesehatan
 Berdasarkan hasil komunitas Masyarakat
wawancara dengan lansia Indikator :
mengatakan tidak ada 270115 a. Status Kesehatan Lansia - Bantu anggota komunitas
waktu untuk datang ke ( dari 1 ke 3 ) ( lansia ) untuk
posyandu karena banyak 270101 b. Tingkat partisipasi dalam meningkatkan kesadaran
pekerjaan rumah pelayanan perawatan dan memberikan
 Berdasarkan hasil kesehatan preventif ( dari 1 perhatian mengenai
wawancara dengan kader ke 3) masalah-masalah
posyandu di RW 17 tidak 270102 c. Prevelensi program kesehatan
ada program khusus untuk peningkatan kesehatan. - Bangun komitmen
lansia kepada komunitas lansia
 Berdasarkan hasil dengan menunjukkan
wawancara kader bagaimana partisipasi
mengatakan bahwa di akan mempengaruhi
posbindu hanya ada kehidupan individu.
pemeriksaan tekanan
darah dan pengecekan gula
darah, kolesterol dan asam Domain VII : Kesehatan Domain 7 :Komunitas
urat. Komunitas
Kelas C : Peningkatan
Kuisioner : Kelas CC : Perlindungan Kesehatan Komunitas
 lansia yang berobat ke Kesehatan Komunitas
pelayanan kesehatan 103 Intervensi :
responden ( 72%) 2808 Outcome : Keefektifan Program 8700 Pengembangan Program
 lansia yang aktif mengikuti Komunitas - Identifikasi alternative
kegiatan posbindu Indikator : pendekatan untuk
sebanyak 26 responden 280806 a. Jadwal untuk kegiatan mengatasi kebutuhan
( 18,7%) program ( dari 1 ke 3) atau masalah
 lansia yang tidak aktif 280807 b. Rencana Pemasaran - Kembangkan tujuan dan
mengikuti kegiatan Program ( dari 1 ke 3) sasaran untuk mengatasi
posbindu sebanyak 113 280808 c. Tingkat Partisipasi Program kebutuhan atau masalah
responden ( 81,3%) ( dari 1 ke 3 ) - Jelaskan metode,
kegiatan, dan kerangka
waktu.
Observasi :
Berdasarkan hasil observasi
selama pengkajian dengan
masyarakat dan kader di RW
17 di dapatkan bahwa tidak ada
program khusus untuk lansia
dan lansia masih banyak yang
belum mengetahui adanya
posbindu di rw 17.
K. PLANING OF ACTION

Planing Of Action ( POA )

No. Nama kegiatan Tujuan Strategi Waktu Tempat Penanggung Penyandang


pelaksanaan jawab dana
1. Terapi pijat refleksi Melancarkan Terapi Rabu , 22 Mei Balai warga Putri Astuti Mahasiswa
kaki pada lansia peredaran darah, Pemijatan kaki 2019 RW 017 Wulansari
dengan hipertensi Membantu 08.00-10.00 WIB
mengatasi stress, Kamis , 23 Mei
Mengatasi migraine, 2019
Meningkatkan daya 08.00-10.00 WIB
tahan tubuh
L. Implementasi Dan Evaluasi
Implementasi, Evaluasi Dan Jenis Instrumen Evaluasi

No. Kegiatan Waktu Tempat Metode Kriteria Evaluasi Instrumen


Evaluasi
1. Terapi pemijatan pada Rabu, 22 Balai Warga Terapi Struktur: - Daftar hadir
lansia dengan Mei 2019 RW 017 Pemijatan - Tersedianya undangan untuk masyarakat terkait
hipertensi di RW 017 08.00- kaki dengan pelaksanaan kegiatan implementasi - Seluruh peserta
kelurahan Klender 10.00 WIB mengikuti
Kecamatan Duren - Tersedianya tenaga pelaksana kegiatan implementasi kegiatan terapi
Sawit. (Mahasiswa bekerjasama dengan kader) pijat refleksi
kaki.
- Tersedianya dana untuk pelaksanaan kegiatan
implementasi

- Tersedianya tempat pelaksanaan kegiatan


implementasi

- Tersedianya alat dan media untuk pelaksanaan


kegiatan

- Keadaan lingkungan mendukung dalam pelaksanaan


kegiatan implementasi

Proses:
- Perawat dapat melaksanakan kegiatan sesuai rencana

- Perawat dapat menyampaikan informasi terkait


manfaat dari pemijatan kaki.

- Perawat dapat mendemonstrasikan teknik cara pijat


refleksi kaki

- Undangan
- Masyarakat menghadiri semua kegiatan yang telah
direncanakan bersama dengan perawat.

- Lansia antusias dalam mengikuti kegiatan


implementasi.

Hasil:
- Target masyarakat yang mengikuti kegiatan 100
orang

- 70% lansia merasakan rileks setelah diberikan terapi


pijat refleksi

- Dari 23 orang yang menghadiri kegiatan pada hari


pertama terdapat 13 responden yang mengalami
penurunan tekanan darah dengan rata-rata
penurunan sistolik 10-20, dan penurunan diastole
10.

2. Terapi pemijatan pada Kamis, 23 Balai Warga Struktur:


lansia dengan Mei 2019 di RW 017 - Tersedianya undangan untuk masyarakat terkait
hipertensi di RW 017 08.00- dengan pelaksanaan kegiatan implementasi
kelurahan Klender 10.00 WIB
Kecamatan Duren - Tersedianya tenaga pelaksana kegiatan implementasi
Sawit. (Mahasiswa bekerjasama dengan kader)

- Tersedianya dana untuk pelaksanaan kegiatan


implementasi

- Tersedianya tempat pelaksanaan kegiatan


implementasi

- Tersedianya alat dan media untuk pelaksanaan


kegiatan

- Keadaan lingkungan mendukung dalam pelaksanaan


kegiatan implementasi
Proses:
- Perawat dapat melaksanakan kegiatan sesuai rencana

- Perawat dapat menyampaikan informasi terkait


manfaat dari pemijatan kaki.

- Perawat dapat mendemonstrasikan teknik cara pijat


refleksi kaki

- Undangan

- Masyarakat menghadiri semua kegiatan yang telah


direncanakan bersama dengan perawat.

- Masyarakat antusias dalam mengikuti seluruh


kegiatan implementasi.

Hasil:
- Target masyarakat yang mengikuti kegiatan 100
orang

- 80% lansia merasakan rileks setelah diberikan terapi


pijat refleksi

- Pada hari ke dua terdapat 16 responden yang


mengalami penurunan tekanan darah dengan rata-
rata 10-20 dan penurunan diastolik 10
M. Laporan Pelaksanaan Kegiatan

No Nama Kegiatan Tujuan Strategi Waktu Tempat Penanggung Penyandang Hasil Kegiatan
Pendekatan Jawab Dana
1 Terapi Pijat untuk Kuisioner Rabu 22 Balai Putri Astuti Mahasiswa Setelah dilakukan Kegiatan
Refleksi Kaki memperlanca tentang Warga RW Wulansari Terapi Pijat Refleksi Kaki
r peredaran kegiatan Mei 2019 17
darah , posbindu dan Kelurahan PRE Terapi Pijat Refleksi
mengatasi wawancara & Klender , Kaki
migraine, kader posbindu Kamis 23 Kecamatan
membantu RW 17 Mei 2019 Duren - Warga tidak mengetahui
mengatasi Kelurahan Sawit terapi untuk menurunkan
stress, Klender tekanan darah
meningkatkan
daya tahan POST Rabu 22 Mei 2019
tubuh Terapi Pijat Refleksi Kaki
- Setelah dilakukan terapi
pijat refleksi kaki di
dapatkan penurunan
tekanan darah pada hari
pertama dari 23 responden
sebanyak 13 responden,
yang mengalami
penurunan tekanan darah
dengan rata-rata penurunan
Sistolik 10-20 dan
penurunan diastole 10

- Setelah dilakukan terapi


pijat refleksi kaki pada hari
kedua di dapatkan
penurunan tekanan darah
dari 23 responden sebanyak
16 responden yang
mengalami penurunan
tekanan darah dengan rata-
rata penurunan Sistolik 10-
20 mmHg, penurunan
diastole 10
N. Rencana Tindak Lanjut

Evaluasi Dan Rencana Tindak Lanjut

No. Diagnosa Kegiatan Evaluasi Rencana tindak lanjut


1. Kesiapan Meningkatkan Terapi Pijat Refleksi kaki - Panitia dapat melaksanakan kegiatan a. Mensosialisasikan teknik pijat
Manajemen Kesehatan sesuai dengan perencanaan refleksi kepada kader posbindu
( Hipertensi ) - Panitia mampu mendemonstrasikan agar pijat refleksi kaki bisa
Terapi Pijat Refleksi Kaki dengan baik tetap berjalan dalam program
- Panitia dan lansia mengikuti acara dengan posbindu
baik
- Lansia dapat mengikuti semua kegiatan b. Mensosialisasikan kepada
yang telah direncanakan bersama dengan keluarga dan menyarankan
panitia keluarga dapat mengaplikasikan
- Lansia yang hadir antusias dalam pijat refleksi kaki di rumah
mengikuti kegiatan
- Kegiatan terlaksana sesuai dengan tujuan

Hambatan :
- Belum efektifnya dalam manajemen
waktu acara sehingga dalam pelaksanaan
kegiatan terjadi keterlambatan waktu (20
menit )
- Tempat yang kurang mendukung
sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
kurang efektif
- Lokasi yang kurang strategis sehingga
dari RT lain sulit untuk di jangkau

Hasil :
- Target masyarakat yang mengikuti
kegiatan 20 orang
- Jumlah masyarakat yang menghadiri
kegiatan sebanyak 23 orang
- Dari 23 orang yang menghadiri kegiatan
pada hari pertama terdapat 13 responden
yang mengalami penurunan tekanan darah
dengan rata-rata penurunan sistolik 10-
20, dan penurunan diastole 10.
- Pada hari ke dua terdapat 16 responden
yang mengalami penurunan tekanan
darah dengan rata-rata 10-20 dan
penurunan diastolik 10.
- Hasil skrining hipertensi diperoleh
sebanyak
 47 % (11 orang ) Masyarakat dengan
nilai sistolik > 140 mmHg dan
diastole >90
 53 % ( 12 rang ) masyarakat dengan
nilai sistolik <140 mmHg dan
diastole < 90

- Jumlah masyarakat yang mengikuti


kegiatan sebanyak 100 % (23) orang

Hasil Pre
- 100 % (23) responden yang tidak
mengetahui terapi untuk menurunkan
tekanan darah
Hasil Post
- Penurunan tekanan darah :
 69% (16 orang) yang mengalami
penurunan tekanan darah
 31% (7 orang) yang tidak
mengalami penurunan tekanan
darah
100% (23 orang) yang mengikuti kegiatan
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian pada tangga 6 Mei – 20 Mei 2019 di RW 017

Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit di dapatkan dari 843 kepala keluarga

yang telah di kaji, terdapat 228 lansia yang berusia >60 tahun. Sebanyak 143 (64,9%)

lansia di RW 017 yang memiliki keluhan penyakit, sebanyak 74 (51,7%) lansia di

RW 017 yang memiliki penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil yang dapatkan

masalah keperawatan yang dapat di angkat sebagai berikut : Kesiapan Meningkatkan

Manajemen Kesehatan (Hipertensi) dan defisien kesehatan komunitas.

Implementasi yang di lakukan pada diagnosa kesiapan meningkatkan

manajemen kesehatan (hipertensi) karena masalah yang tinggi pada 74 (51,7) lansia

di RW 017 yang menderita penyakit hipertensi sehingga dilakukan” Terapi Pijat

Refleksi Kaki Pada Sasaran Lansia di RW 017 Kelurahan Klender Kecamatan Duren

Sawit 2019 “ Didapatkan hasil 23 orang lansia yang datang ke posbindu dalam

kegiatan terapi pijat refleksi kaki yang di selenggarakan perawat. Setelah dilakukan ”

Terapi Pijat Refleksi Kaki Pada Sasaran Lansia di RW 017 Kelurahan Klender

Kecamatan Duren Sawit 2019 “ di dapatkan dari Dari 23 orang yang menghadiri

kegiatan pada hari pertama terdapat 13 responden yang mengalami penurunan

tekanan darah dengan rata-rata penurunan sistolik 10-20, dan penurunan diastole 10.

Pada hari ke dua terdapat 16 responden yang mengalami penurunan tekanan darah

dengan rata-rata 10-20 dan penurunan diastolik 10, terdapat perbedaan tekanan darah
sebelum di berikan terapi pijat refleksi kaki dan sesudah di berikan terapi pijat

refleksi kaki dan lansia mengatakan merasakan relaks setelah di berikan terapi pijat

refleksi kaki, karena Pada penderita hipertensi manfaat pijat refleksi kaki adalah

memperlancar peredaran darah, dimana pijat refleksi akan membantu memperlancar

metabolisme dalam tubuh. Pijat refleksi akan mempengaruhi kontraksi dinding

kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah

kapiler. Aliran oksigen dalam darah meningkat, membuang sisa-sisa metabolic

semakin lancar sehingga memacu hormone endorphin yang berfungsi memberikan

rasa nyaman. Selain dari faktor-faktor pendukung ada hambatan-hambatan yang

mempengaruhi peningkatan derajat kesehatan di masyarakat.

Hambatan yang ditemui dari masalah keperawatan dalam pelaksanaan

implementasi di RW 017 Kelurahan Klender antara lain faktor lingkungan, motivasi

individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, keterbatasan fisik dan

kurangnya pengetahuan mengenai terapi komplementer pada penderita hipertensi.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi implementasi antara lain kondisi ruangan

yang tidak mendukung, tempat yang jauh dari jangkauan beberapa RT, dan

keterbatasan sarana dan prasarana. Motivasi individu yang kurang terhadap beberapa

kegiatan menjadi salah satu hambatan dalam melaksanakan implementasi.

Keterbatasan fisik yang dialami oleh lansia seperti penurunan fungsi tubuh menjadi

salah satu hambatan dalam melaksanakan implementasi serta kurangnya pengetahuan

lansia mengenai terapi komplementer pada penderita hipertensi seperti terapi pijat
refleksi kaki. Hal tersebut mempengaruhi tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan

yang seharusnya kegiatan tersebut di lakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

kegiatan yang di berikan di harapkan lansia dapat terus meningkatkan

partisipasi dan menjadikan kegiatan ini sebagai rutinitas yang yang bisa di lakukan di

rumah dengan keluarga. Kegiatan ini di lakukan sebagai upaya meningkatkan serta

mempertahankan kualitas derajat kesehatan di masyarakat khususnya di RW 017

Kelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengkajian yang dilakukan pada lansia di RW 017 Kel. Klender Kec.

Duren Sawit Jakarta Timur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1. Ditemukan masalah pada lansia RW 017 Kelurahan Klender yaitu

Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan (Hipertensi) dan defisien

kesehatan komunitas.

2. Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan Kesiapan

Meningkatkan Manajemen Kesehatan (Hipertensi) adalah terapi pijat

refleksi kaki karena lansia blm mengetahui adanya terapi komplementer

untuk penderita hipertensi yaitu pijat refleksi kaki.

3. Sebanyak 23 orang lansia telah mendapatkan ” Terapi Pijat Refleksi

Kaki Pada Sasaran Lansia di RW 017 Kelurahan Klender Kecamatan

Duren Sawit 2019 “

4. Dari 23 orang yang menghadiri kegiatan pada hari pertama terdapat 13

responden yang mengalami penurunan tekanan darah dengan rata-rata

penurunan sistolik 10-20, dan penurunan diastole 10.

5. Dari 23 orang yang menghadiri kegiatan pada hari ke dua terdapat 16

responden yang mengalami penurunan tekanan darah dengan rata-rata 10-

20 dan penurunan diastolik 10.


B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat diharapkan sebuah

institusi pendidikan dapat mempertahankan kerjasama dengan tempat

yang terkait untuk melanjutkan program yang telah dibuat sesuai

kesepakatan sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

khususnya untuk keperawatan komunitas.

2. Bagi Kelurahan Klender

Hendaknya pihak Kelurahan klender menggerakkan kegiatan pijat refleksi

kaki dalam program kegiatan posbindu agar lansia dapat memeriksakan

kesehatan dan lansia dapat mencegah penyakitnya dengan pengobatan

komplementer seperti pijat refleksi kaki

3. Bagi Puskesmas Kelurahan Klender

Perawat atau tenaga kesehatan diharapkan memberikan motivasi

semaksimal mungkin kepada warga. Motivasi tersebut dapat berupa

preventif serta komunikasi terapetik untuk setiap informasi yang diberikan

kepada warga dapat berupa pengobatan dan pencegahan serta

menyemangati pasien untuk tetap menjalani pola hidup sehat.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai