BAB I
PENDAHULUAN
perempuan. Pada umur 20-30 tahun, prevalensi akne vulgaris sebesar 50,9%
pada perempuan dan 42,5% pada laki-laki, kemudian menurun sesuai dengan
bertambahnya umur. Puncak keparahan akne vulgaris terjadi lebih dini pada
perempuan daripada laki-laki, namun apabila terjadi pada laki-laki cenderung
lebih parah. Hingga saat ini belum dapat diketahui penyebab dari akne
vulgaris, tetapi diduga banyak faktor lain yang turut mempengaruhi
timbulnya akne vulgaris, antara lain jenis kulit, kondisi psikologis, kebersihan
wajah, hormonal, input makanan, dan lingkungan.(3)
Kebersihan wajah bertujuan mengurangi bakteri atau mikroorganisme
dari permukaan kulit wajah dengan cara mengurangi sebum dan kotoran
tanpa menghilangkan lipid barrier kulit. Lipid barrier kulit berfungsi
menjaga homeostasis air, mencegah transepidermal water loss dan evaporasi
air pada lapisan epidermis sehingga dapat terjadi dehidrasi. Selain itu
berfungsi mencegah mikroorganisme atau bahan kimia masuk ke dalam kulit.
(4)
Kebersihan wajah itu sendiri meliputi pengetahuan seseorang tentang
kebersihan wajah dan perilaku membersihkan wajah. Oleh karena itu,
pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang.(3)
Kebanyakan masyarakat, khususnya usia remaja seringkali
mengabaikan tentang kebersihan wajah mereka dan lebih mementingkan
kegiatan pribadi. Saat beraktivitas di luar ruangan, ekskresi keringat dan
sebum meningkat ditambah terkena paparan debu, kotoran dan polusi
menyebabkan kulit wajah menjadi kotor dan berminyak. Jika tidak diimbangi
dengan pengetahuan dan perilaku yang baik dalam hal kebersihan wajah,
maka wajah dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri penyebab akne
vulgaris.(2),(3)
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka peneliti tertarik pada
permasalahan tersebut dan memandang perlu dilakukan studi kasus tentang
pengetahuan dan perilaku membersihkan wajah terhadap kejadian akne
vulgaris.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang meningkat tidak hanya terjadi pada akne vulgaris, tetapi dapat
juga pada penyakit parkinson dan akromegali.(7)
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne vulgaris
adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan
Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting
yakni Propionibacterium acnes. Bakteri ini merupakan bakteri
komensal pada kulit. Pada keadaan patologik, bakteri ini
membentuk koloni pada duktus pilosebasea yang menstimulasi
trigliserida untuk melepas asam lemak bebas, memproduksi
substansi kemotaktik pada sel-sel inflamasi, dan menginduksi
duktus epitel untuk mensekresi sitokin pro-inflamasi.(7)
2. Herediter
Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan
aktivitas kelenjar palit (sebasea). Apabila kedua orang tua
mempunyai parut bekas akne vulgaris, kemungkinan besar anaknya
akan menderita akne vulgaris juga.(7)
3. Hormon
Hormon androgen berasal dari testis, ovarium, dan kelenjar
adrenal. Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah
besar dan produksi sebum meningkat pada remaja laki-laki dan
perempuan.
Hormon androgen merupakan stimulus utama pada sekresi
sebum oleh kelenjar sebasea. Pada penderita akne vulgaris,
kelenjar sebasea berespon sangat cepat pada peningkatan kadar
hormon ini di atas normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh
peningkatan aktivitas 5α-reductase yang lebih tinggi pada kelenjar
sebasea dibanding kelenjar lain dalam tubuh.(7)
4. Psikis
Akne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang
dihubungkan dengan faktor psikologis penderitanya. Akne vulgaris
sendiri adalah penyakit kulit yang paling sering ditemukan dan
9
saat remaja. Akne vulgaris ini kebanyakan memiliki ciri-ciri sebagai papul,
pustul, dan nodul dalam persisten yang nyeri pada daerah dagu dan leher
bagian atas.(8)
2.1.1.5 Klasifikasi
Tidak terdapat sistem grading yang seragam dan terstandarisasi
untuk beratnya akne vulgaris yang diderita. akne vulgaris pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan tipe (komedoal/papular, pustular/nodulokisitk)
dan/atau beratnya penyakit (ringan/sedang/sedang-berat/berat). Lesi kulit
dapat digambarkan sebagai inflamasi dan non-inflamasi.(14)
Klasifikasi sederhana untuk akne vulgaris adalah:
- Akne ringan (Mild acne)
Komedo merupakan lesi utama. Papul dan pustul mungkin ada tetapi
memiliki ukuran yang kecil serta jumlah yang sedikit (umumnya kurang
dari 10).(8)
- Akne sedang (Moderate acne)
Jumlah papul dan pustul yang cukup banyak (sekitar 10-40). Jumlah
komedo yang cukup banyak juga ada. Kadang-kadang disertai penyakit
yang ringan pada badan.(8)
- Akne sedang berat (Moderately severe acne)
Jumlah papul dan pustul yang sangat banyak (40-100), biasanya dengan
banyak komedo dan kadang-kadang terdapat lesi nodular dalam yang
besar dan terinflamasi (mencapai 5). Area yang luas biasanya melibatkan
wajah, dada, dan punggung.(8)
- Akne sangat berat (Very severe acne)
Akne dengan lesi yang parah; banyak lesi nodular/pustular yang besar dan
nyeri bersama dengan banyak komedo, papul, pustul, dan komedo yang
lebih kecil.(8)
12
1. Pengetahuan tentang
kebersihan wajah*
5. Ketidakpuasan akan
tubuh
*= yang diteliti.
2.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh pengetahuan tentang kebersihan wajah dengan kejadian
akne vulgaris.
2. Terdapat pengaruh perilaku membersihkan wajah dengan kejadian akne
vulgaris.
BAB III
14
METODE PENELITIAN
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)
Jumlah siswa terpilih sebanyak 318 maka didapatkan:
n= 318
1+318(0,052)
n = 177
Jadi, n = 177 siswa
Berdasarkan rumus tersebut, maka sampel yang didapat dari populasi
untuk penelitian ini adalah 177 siswa.
Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan sampel,
yaitu: representatif, adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada.
Syarat kedua adalah sampel harus cukup. Dalam pemilihan sampel, peneliti
harus menetapkan kriteria sampel sebagai berikut:
3.4.2.1 Kriteria inklusi
1. Siswa laki-laki dan perempuan kelas 2 SMAN 2 Kuningan
2. Siswa laki-laki dan perempuan kelas 2 SMAN 2 Kuningan yang
pernah dan/atau sedang mengalami akne vulgaris
3.4.2.2 Kriteria eksklusi
1. Siswa yang menolak berpartisipasi dalam penelitian
Mengumpulkan data
c. Informed consent
d. Pengisian kuesioner
e. Hasil data
3. Tahap penyelesaian
a. Analisis data
b. Simpulan dan saran
c. Penyusunan laporan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
22
BAB V
PEMBAHASAN
26
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
29
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti
lakukan mengenai pengaruh pengetahuan dan perilaku tentang kebersihan
wajah terhadap kejadian akne vulgaris di SMA Negeri 2 Kuningan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang kebersihan wajah berpengaruh terhadap kejadian
akne vulgaris
2. Perilaku membersihkan wajah berpengaruh terhadap kejadian akne
vulgaris.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang
telah dipaparkan, maka saran-saran yang diajukan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas di beberapa
sekolah sehingga mewakili populasi yang lebih luas terutama pada
kalangan remaja.
2. Untuk meneliti hubungan antara faktor-faktor risiko terhadap kejadian
akne vulgaris, sebaiknya dilakukan pada populasi yang lebih spesifik.
3. Untuk penelitian menggunakan kuesioner, sebaiknya pengisian kuesioner
lebih diawasi dengan ketat, karena pada umumnya siswa saat mengisi
kuesioner dapat terpengaruh oleh jawaban temannya dan waktu yang
diberikan untuk mengisi kuesioner cukup singkat.
DAFTAR PUSTAKA
30