Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK MENINGITIS

Dosen pembimbing : Tri Ratna Ningsih,S.Kep,Ns,M.Kes

Disusun oleh kelompok 13 :

1. Seh Roni (201701189)


2. Dina Rohmadoni (201701202)
3. Vira Aisah (201701217)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Jln. Raya jabon km. 06, mojoanyar, Gayaman, mojoanyar, mojokerto, jawa
timur 61363, Indonesia
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah " Asuhan
Keperawatan pada Anak Meningitis "

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan pengetahuan baru terhadap pembaca.

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................2

Daftar Isi..................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................4

C. Tujuan..................................................................................................................4

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................5

A. Definisi................................................................................................................5

B. Etiologi................................................................................................................5

C. Klasifikasi............................................................................................................6

D. Patofisiologi........................................................................................................7

E. Pathway...............................................................................................................9

F. Manifestasi Klinis..............................................................................................10

G. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................10

H. Komplikasi........................................................................................................12

I. Penatalaksanaan..................................................................................................12

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................14

1. Pengkajian..........................................................................................................14

2. Diagnosa Keperawatan......................................................................................16

3. Rencana Tindakan..............................................................................................16

4. Evaluasi..............................................................................................................19

BAB IV PENUTUP...............................................................................................20

Kesimpulan............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya
dekat dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali
gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan
cairan otak. Daerah “Sabuk Meningitis” di Afrika terbentang dari Senegal di barat
Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia. Pada 1996
terjadi wabah meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000
korban jiwa. Meningitis bacterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap
tahunnya di Negara-negara barat. Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa
meningitis virus lebih sering terjadi sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering
terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8
per 100.000 orang setiap tahun.

Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis semakin
hari semakin meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut mengenai penyakit
Meningitis melalui makalah yang berisi laporan pendahuluan serta asuhan keperawatan
teori.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan pada penyakit meningitis?
2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan meningitis?
3. Apa saja intervensi yang diberikan pada pasien dengan meningitis?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagian-bagian pada laporan pendahuluan pada penyakit meningitis.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.
3. Mengetahui intervensi yang diberikan pada pasien dengan meningitis.

4
5
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang tipis/encer

yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh

bakteri, virus, riketsia, atau protozoa yang dapat terjadi secara akut dan kronis.

(Harsono, 2000)

Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis

berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat

berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara

tersebut. (Kozier, 2005)

Meningitis adalah peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meninges) termasuk

duramater, arachnoid dan piamater yang melapisi otak dan medulla spinalis yang

dapat disebabkan oleh beberapa etiologi (infeksi dan noninfeksi) dan dapat

diidentifikasi oleh peningkatan kadar leukosit dalam likour cerebrospinal. (Lippincott

Williams & Wilkins, 2003)

B. ETIOLOGI

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien

dengan meningitis mepunyai faktor prediposisi seperti fraktur tulang tengkorak,

infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. (Erathenurse, 2007)

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas: Pneumococcus, Meningococcus,

Hemophi influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Suriadi, 2006)

Penyebab tersering dari meningitis adalah mikroorganisme seperti bakteri, virus,

parasit dan jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi darah dan likour serebrospinal.

Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi, seperti pada penyakit

6
AIDS, keganasan, diabetes mellitus, cedera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat

melemahkan sistem imun (imunopresif). (Lewis, 2005)

Menurut Kozier (2005), meningitis dapat terjadi karena terinfeksi oleh virus, bakteri,

jamur maupun parasit.

a.       Virus

Meningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh secara alami tanpa

pengobatan spesifik.

b.      Bakteri

Salah satu penyebab utama meningitis bakteri pada anak-anak dan orang dewasa

muda di Amerika Serikat adalah bakteri Neisseria meningitidis.

c.       Jamur

Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari 2 kelompok yaitu, jamur patogenik dan

opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat menginfeksi

manusia normal setela inhalasi atau inflantasi spora. Secara alamiah, manusia dengan

penyakit kronis atau keadaan gangguan imunitas lainnya lebi rentan terserang infeksi

jamur dibandingkan manusia normal. Jamur patogenik menyebabkan histiplasmosis,

blastoycosis, coccidiodomycosis dan paracoccidiodomycosis. Kelompok kedua adalah

kelompok jamur opportunistik. Kelompok ini tidak menginfeksi orang normal.


Penyakit yang termasuk disini adala aspergilosis, candidiasis, cryptococcosis,

mucormycosis (phycomycosis) dan nocardiosis. (Saunders, 2005)

C. KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :

1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta

7
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa.

D. PATOFISIOLOGI

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau

jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke

selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,

Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara

perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,

misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan

Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur

terbuka atau komplikasi bedah otak.23 Invasi kuman-kuman ke dalam ruang

subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan

Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi;

dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear

ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari

terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua selsel plasma.

Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit

polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat

menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuronneuron.

Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan

kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal

tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

 Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat

menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.

8
Dengan demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial.

Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino – purulen menyebabkan

kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang

subaraknoid superfisial dapat menghambat aliran dan absorbsi CSS sehingga

mengakibatkan hidrosefalus komunikans.  (Harsono : 2000)

Menurut Suriadi pada tahun 2006, mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai

membran meningen dengan berbagai cara antara lain : 

a.     Hematogen atau limpatik

b.     Perkontuinitatum

c.     Retograd melalui saraf perifer

d.    Langsung masuk cairan serebrospinal

Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang

berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini

disebut meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :

a.     Hyperemia Meningens

b.     Edema jaringan otak

c.     Eksudasi

Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan


tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila

eksudat (lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan

cerebrospinal juga eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan

abses otak.

9
E. PATHWAY

10
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering terjadi)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan
koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang
berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-
tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler
diseminata

G. PEMERIKSAAN FISIK

1.      Peperiksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi

kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada

pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat

disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi

kepala.

11
2.      Pemeriksaan Tanda Kerning

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi panggul

kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri.

Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki

tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa

nyeri.

3.      Pemeriksaan Bruduzinski I

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala

dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat

kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan

terjadi fleksi involunter pada leher.

4.      Pemeriksaan Bruduzinski II

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul

(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada

pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :


a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap
beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
1. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
2. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
3. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )

12
4. Elektrolit darah : Abnormal .
5. ESR/LED : meningkat pada meningitis
6. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
7. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
8. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

H. KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barier
darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat
atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih
efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

13
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama
1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6


mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-
7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS PADA ANAK

1. Pengkajian

1. Biodata

Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan sampai 2 tahun ( Nelson:1993:33) . Laki-laki

lebih banyak dari perempuaan.

2. Keluhan Utama : kejang

3. Riwayat Penyakit Sekarang

a. pada neonatus : kaji adnya perilaku menolak untuk makan, reflek mengisap kurang,

muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang tegak, dan menangis.

b. pada bayi dan anak-anak ( usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas

makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang menangis dengan merintih, ubun-ubun

menonjol, kaku kuduk dan tanda kernig dan budzinsky positif.

c. pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi sakit kepala, muntah yang di

ikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, foto fobia,

delirium, halusinasi, perilaku agresif, penurunsn kesadaran, kaku kuduk, tanda kernig

dan brudzinsky, reflek fisiologis hiperaktif, pruritus.


d. Gejala tekanan intra kranial: anak sering muntah, nyeri kapala (pada orang dewasa),

pada neonatus kesadaran menurun dari apatis sampai koma, kejang

4. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Antenatal: adanya defisiensi konginental 3 kelas imunoglobin utama yaitu fungsi

limfosit T, Kelainan gabungan dari sel T dan B (Nelson:1993:34)

b. Natal: -

c. Post natal : anak yang mempunyai antibodi terhadap polibosefosfat mempunyai

kekebalan terhadap infeksi H, influensa yang biasanya terbentuk pada anak berusia

dibawah 1 tahun (Nelson:1993:35)

5. Riwayat Penyakit Keluarga

15
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen

tuberkulosis

6. ADL

a. Nutrisi : menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami

kesukaran/tidak dapat menelan, dampak dari penurunan kesadaran

b. Aktivitas : mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang mengakibatkan gerak

serta ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan

c. Istirahat : terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami.

d. Eleminasi : terjadi obstipasi

e. Personal hygiene : tergantung perawatan diri sehubungan dengan penurunan

kesadaran dan kelumpuhan.

7. Pemeriksaan

A. pemeriksaan umum

Suhu : lebih dari 38 ° C

Nadi : tachicardi, tetapi jika terjadi peningkatan intrakranial nadi menjadi

cepat.

Pernapasan : lebih dari 24 x/ menit

B. pemeriksaan fisik
Kepala dan leher : ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan stignasmus,

pada wajah terdapat ptichiae, lesi purpura, bibir kering, sianosis dan pada leher

terjadi kaku kuduk.

Thorak/ dada : bentuk simetris, pernapasan tachipnue, bila koma pernapasan

chyne stroke, adanya tarikan otot-otot pernapasan, jantung S1-S2

Abdomen : turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun

Ekstremitas : pada kulit petiachae, lesi purpura

Genetalia : inkontensia urie pada stadium lanjut

C. pemeriksaan penunjang

a. Fungsi Lumbal

b. kultur darah

16
c. CT scan

d. Kultur swab hidung dan tenggorokan

2. Diagnosis Keperawatan

1) Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan

edema serebral,hipovolemia

2) Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

3) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses infeksi,toksin dalam sirkulasi

3. Rencana Tindakan

1) Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan berhubungan

dengan edema serebral, hipovolemia

Tujuan :

 Pasien kembali pada, keadaan status neurologis sebelum sakit

 Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil :

 TTV dalam batas normal

 Kesadaran meningkat

 Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan

intrakranial yang meningkat


Intervensi :

1. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

2. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.

3. Monitor intake dan output

4. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada

hipertensi sistolik

5. Bantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.

Kolaborasi

6. Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.

7. Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen

8. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika

17
Rasional :

1. Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya

herniasi otak

2. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut

3. Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik

berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan

vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti

oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat

menggambarkan perjalanan infeksi.

4. Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi

terutama pada pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake per oral

5. Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen.

Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari

efek valsava

6. Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan
dan cairan dapat menurunkan edema cerebral

7. Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel

dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral

8. Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema

serebri Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang

2) Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

Tujuan :

 Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hipertermi

Kriteria hasil :

 Tidak terjadi serangan kejang ulang.

18
 Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

 Nadi 110 – 120 x/menit (bayi), 100-110 x/menit (anak)

 Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi), 24 – 28 x/menit (anak)

 Kesadaran composmentis

Intervensi :

1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat

2. Berikan kompres dingin

3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)

4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam

5. Batasi aktivitas selama anak panas

6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis

Rasional :

1. proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.

2. perpindahan panas secara konduksi

3. saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat

4. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan

5. aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas


Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

3) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses infeksi , toksin dalam sirkulasi

Tujuan : mengurangi nyeri

Kriteria Hasil : nyeri berkurang

Intervensi :

a. berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau

pasif dan masage otot leher.

b. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)

c. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.

d. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul

19
Kolaborasi

e. Berikan analgesik, asetaminofen, codein

4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan

a. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen

atau keterlibatan orang lain.

b. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,

mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.

c. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.

d. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu

tidur/istirahat dengan tepat.

e. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.

f. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

g. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan

pengetahuan tentang situasi.

20
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin antara
lain :

1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada


meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan
disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri;
Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki
laki lebih sering dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain
ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
Sedangkan faktor imunologinya adalah defisiensi mekanisme imun,
defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau
injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis
serosa dan Meningitis purulenta.
5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis
antara lain:
a. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi
kepala datar.
b. Pantau adanya kejang
c. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata,
berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan
rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.

21
d. Kaji derajat imobilisasi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Harsono, DSS, dr, Kapita Selekta Neurologi, cetakan ketiga, Gajah Mada Univercity Press,
Yogyakarta, 2005

Kozier, Technique In Chemical Nursing, a nursing approach, Addision Werky publising

compani health science, Menlo Park, california, 2005

22

Anda mungkin juga menyukai