Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR RESIKO PREEKLAMPSIA DI RSU TANGERANG

Restu Octasila, Rivianty Yosalina, Reni Nofita


Prodi Diploma 3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten
restu.octasila@gmail.com 081284238383

ABSTRAK
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi proteinuria dan edema
yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Preeklamsi merupakan salah
satu penyebab langsung kematian ibu. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab
preeklampsia. Penelitian ini menggunakan metode analitik case control study dengan
perbandingan 1:1 yaitu pengambilan sample sebanyak 54 pada kasus dan 54 pada kontrol,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiko kejadian preeklamsia di RSU Kabupaten
Tangerang tahun 2013. Hasil analisis diperoleh resiko preeklamsi meningkat 5.2 kali pada usia
< 20 th dan 35 th dibandingkan usia ibu 20-35 tahun, 3.4 kali lebih tinggi pada primi gravida
dibanding multigravida, 2.7 kali lebih tinggi pada ibu yang obesitas, 7.8 kali lebih pada ibu
dengan riwayat hipertensi. Simpulan yang diperoleh yaitu faktor umur, faktor gravida, faktor
obesitas dan faktor riwayat hipertensi meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia di RSU
Kabupaten Tangerang tahun 2013. Saran bagi kesehatan diharapkan dapat mengantisipasi
kejadian preeklampsia pada ibu primigravida terutama primigravida muda, ibu hamil yang
memiliki riwayat hipertensi dan ibu hamil obesitas dengan melakukan pengawasan ketat pada
antenatal care.
Kata kunci: preeklampsia, faktor-faktor yang mempengaruhi, case control study
ABSTRACT

Preeclampsia is a disease characterized by hypertension, proteinuria and edema that occurs


during pregnancy or up to 48 hours of postpartum, Preeclampsia is one of the direct causes of
maternal death. The cause of preeclampsia is not certainly known yet up to this moment. This
study uses the analytical case control study with a ratio of 1: 1 by taking 54 method samples
for the cases and 54 samples for the controls, this study aims this study aims to determine the
risk of the incidence of preeclampsia occurred in RSU Tangerang in 2013. The results obtained
by analysis of the risk of preeclampsia increased 5.2 times at the age <20 th and 35 th compared
to mothers aged 20-35 years, 3.4 times higher than multigravida primi gravida, 2.7 times higher
in women who are obese, 7.8 times higher in women with a history of hypertension. The
conclusions obtained by the factors of age , gravida factors , factors of obesity and history of
hypertension factors increase the risk of preeclampsia in RSU Tangerang in 2013. Suggetions
of health, it is expected to anticipate the occurrences of preeclampsia on the primigravida
mother especially young primigravida, pregnant women who have a history of hypertension
and obese pregnant women with a tight control on antenatal care.

Keywords : preeclampsia , the factors that affect , case control study


PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan di suatu negara dapat diukur melalui angka kematian ibu
(AKI) yang menjadi salah satu indikator yang digunakan seluruh dunia. Dimana angka
kematian ibu atau Maternal Mortality Ratio (MMR) adalah jumlah kematian ibuakibat dari
proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan dalam suatu periode (tahun) per 100.000
kelahiran hidup (KH). penurunan angka kematian AKI sebagai salah satu target atau sasaran
yang harus dicapai oleh negara-negara di dunia yang tertuang dalam tujuan Millenium
Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan AKI dari 380 menjadi 102 per 100.000
KH (Kemenkes 2013).
Secara global, MMR mengalami penurunansebesar 45% dari tahun 1990 yaitu
dari380kematian ibuper 100.000 kelahiran hidup menjadi 210 kematian ibu per 100.000 KH
pada tahun 2013, artinya dengan melihat kondisi ini pencapaian penurunan AKI masih jauh
dari target pencapain MDGs. Salah satu penyebab masih tinggginya AKI adalah akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Sekitar 800 wanita meninggal perhari karena
komplikasikehamilan atau persalinan. Komplikasi utama yang menjelaskan hampir 75% dari
seluruh kematian ibu adalah perdarahan 27%, preeklampsi dan eklmapsi 14%, infeksi 11%,
partus macet 9% dan komplikasi abortus 8%.
Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per
100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007
yang mencapai 228 per 100 ribu Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat
memalukan pemerintahan yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per
100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Selain AKI, angka kematian bayi (AKB)
masih jauh dari target MDG. SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup,
turun sedikit dibandingkan 2007, yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup. Target MDG AKB 23 per
1.000 kelahiran hidup.
Masih tingginya AKI di Indonesia di sebabkan oleh komplikasi pada saat kehamilan
maupun persalinan, dimana kematian ibu akibat perdarahan 30%, preeklampsia dan eklampsi
25%, infeksi (6%), partus macet (1%), abortus (1%) dan penyebab lain sebesar (34,6%),
(Kemenkes, 2014). Berdasarkan dari beberapa data diatas menunjukan bahwa penyebab
kematian ibu akibat preeklampsi dan eklampsi di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan
dengan proporsi di Asia Tenggara.
Preeklampsia-eklampsia merupakan gangguan dengan etiologi yang tidak diketahui
secara khusus pada wanita hamil. Bentuk sindrom ini ditandai oleh hipertensi, edema
menyeluruh dan proteinuria yang terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan, derajat Preeklampsi
yang paling berbahaya ditandai oleh kejang atau koma yang disebut dengan eklampsi, jika hal
ini tidak dapat dikendalikan dengan baik maka dapat mengakibatkan kecacatan menetap atau
bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi (Cunninghan, 2009).
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra
dan postpartum. Insidensi preeklampsi sering mencapai sekitar 5% meskipun angkanya sangat
bervariasi dalam berbagai laporan (Cunningham: 2009)
Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat. Preeklampsia berat ialah preeplampsia dengan tekanan darah sistolik
≥160mmHg dan tekanan darah diastoik ≥110mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam
(Prawiroharjo, 2012). Penyebab pasti terjadinya pre-eklamsi masih belum diketahui. Penyakit
ini dianggap sebagai sesuatu “Maladaptation syndrome” dengan akibat suatu vasospasme
general dengan segala akibatnya.
Faktor resiko terjadinya preeklampsia yaitu preeklampsia terjadi pada primigravida,
kehamilan ganda, obestitas, riwayat hipertensi, diabetes mellitus (Chapman Vicky 2006) Selain
faktor yang dapat menambah resiko terjadinya pre eklampsia diatas ada pula karakteristik
terjadinya pre eklampsia yaitu dari segi umur, seseorang yang memiliki umur < 20 tahun atau
> 35 tahun memiliki resiko yang lebih besar mengalami pre eklampsia (Manuaba 2010)
Penyebab kematian ibu yaitu perdarahan, preeklampsia/eklampsia, komplikasi
abortus, partus macet dan sepsis. Perdarahan yang bertanggung jawab sekitar 28% kematian
ibu. Preelamsia/Eklampsia merupakan penyebab nomor 2, yaitu sebanyak 13% kematian ibu.
Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11% kematian ibu. Penyebab kematian ibu
lainnya adalah sepsis, merupakan kontibutor 10% kematian ibu di Indonesia. Partus macet
berkontribusi sekitar 9% kematian ibu. Resiko kematian ibu dapat ditambah dengan adanya
anemia, penyakit infeksi seperti malaria, TBC, atau HIV/AIDS (Prawirohardjo, 2012).
Menurut data statistik RSUD Tangerang jumlah kematian ibu di RS tersebut pada
tahun 2010 sebanyak 35 kasus, dengan penyebab utama yaitu PEB (22,8%), Eklampsia (20%),
Syok Hipovolemik (17%), Sepsis (11,4%), lain-lain (28,7). Sedangkan angka kejadian
preeklampsia di RSUD Tangerang pada tahun 2010, sebanyak 817 kasus (16,5%). (Data
Statistik RSUD Tangerang)

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan case control. Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu yang bersalin selama tahun 2013. Adapun kasus pada
penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami preeklampsia dan ibu hamil yang tidak
mengalami preeklampsia sebagai control, sebanyak 54 orang.

Variabel P1 P2 Oro N Jurnal


Usia 0,42 0,71 1.00 54 Idil Fitriani, 2009
Gravida 0,42 0,14 1.00 39 Apri dkk, 2012
Kehamilan Ganda 0,25 0,75 1.00 16 Rahmadani dkk, 2012
Riwayat Hipertensi 0,36 0,06 1.00 21 Sri Rejeki, 2008
Diabetes Melitus 0,12 0,87 1.00 5 Nurmalihatun, 2013

Tekhnik pengambilan kasus adalah seluruh ibu yang memenuhi kriteria inklusi,
sedangkan pengambilan kontrol dengan secara simple random sampling dengan jumlah
perbandingan kasus dan kontrol 1:1 Adapun kriteria inklusi penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
pasien yang datang ke RSU Tangerang bulan bersalin pada tahun 2013 dan mengalami
preeklampsia (kasus) atau yang tidak preeklamisi (Kontrol).
b. Kriteria Eksklusi :
pasien preeklampsia berat yang datang ke rumah sakit dalam kondisi mati. Atau pasien
preeklampsia berat yang datang ke rumah sakit dalam kondisi nifas (sudah melahirkan).

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. :Karakteristik sampel pada kasus di RSUD Kabupaten Tangerang pada tahun 2013
Karateristik Reponden Jumlah %
Umur < 20 - > 35 tahun 39 72,2
20 – 35 tahun 15 28,2
Gravida Primigravida 36 66,7
Multigravida 18 33,3
Gemeli Ya 3 5,6
Tidak 51 94,4
Obesitas Ya 25 46,3
Tidak 29 53,7
Riw. Hipertensi Ya 29 53,7
Tidak 25 46,3
Riw. Diabetes Melitus Ya 4 3,7
Tidak 50 96,3

Berdasarkan tabel diatas untuk variabel umur, proposi umur ibu hamil yang mengalami
preeklampsia yang paling banyak adalah umur < 20 - >35 tahun yaitu berjumlah 39 (72,2%)
sedangkan yang berumur 20 – 35 tahun berjumlah 15 (28,2%).Untuk variabel gravida, proporsi
graviditas ibu hamil yang mengalami preeklampsia yang paling banyak adalah primigravida
yaitu berjumlah 36 (66,7%) sedangkan pada multigravida berjumlah 18 (33,3%). Untuk
variabel gemeli, proporsi gemeli ibu hamil yang mengalami preeklampsia didominasi oleh ibu
hamil dengan kehamilan tunggal atau tidak gemeli yaitu sebanyak 51 (94,4%) sedangkan pada
kehamilan ganda atau gemeli berjumlah 3 (5,6%). Untuk variabel obesitas, proporsi obesitas
ibu hamil yang mengalami preeklampsia yang paling banyak adalah yang tidak obesitas yaitu
berjumlah 29 (53,7%) sedangkan yang oebsitas berjumlah 25 (46,3%). Untuk variabel riwayat
hipertensi, proporsi riwayat hipertensi ibu hamil yang mengalami preeklampsia yang paling
banyak adalah yang memiliki riwayat hipertensi yaitu berjumlah 29 (53,7%) sedangkan yang
tidak memiliki riwayat hipertensi berjumlah 25 (46,3%). untuk variabel riwayat diabetes
melitus, proporsi riwayat diabetes melitus ibu hamil yang mengalami preeklampsia yang paling
banyak adalah yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus yaitu berjumlah 50 (92,6%)
sedangkan yang memiliki riwayat diabetes mellitus berjumlah 4 (7,4%).

Tabel 2. :Karakteristik sampel pada kontrol di RSUD Kabupaten Tangerang pada tahun 2013
Karateristik Reponden Jumlah %
Umur < 20 - > 35 tahun 18 33,3
20 – 35 tahun 36 66,7
Gravida Primigravida 20 37
Multigravida 34 63
Gemeli Ya 2 3,7
Tidak 52 96,3
Obesitas Ya 13 24,1
Tidak 41 75,9
Riw. Ya 7 13
Hipertensi Tidak 47 87
Riw. Diabetes Ya 0 0
Melitus Tidak 54 100
Menurut hasil data yang tertera diatas untuk variabel umur, proporsi kontrol yakni ibu
yang tidak mengalami preeklampsia yang paling banyak adalah umur 20 – 35 tahun yaitu
berjumlah 36 (66,7%) dan umur <20 - >35 tahun berjumlah 18 (33,3). Untuk variabel gravida
yang paling banyak adalah multigrvida yaitu berjumlah 34 (63%) dan pada primigravida
berjumlah 20 (37%). Untuk variabel gemeli didominasi oleh kehamilan tunggal atau tidak
gemeli yaitu berjumlah 52 (96,3%) dan kehamilan ganda atau gemeli berjumlah 2 (3,7%).
Untuk variabel obesitas yang paling banyak adalah yang tidak obesitas yaitu berjumlah 41
(75,9%) dan yang obesitas berjumlah 13 (24,1%). Untuk variabel Riwayat hipertensi yang
paling banyak adalah yang tidak memiliki riwayat hipertensi yaitu berjumlah 47 (87%) dan
yang memiliki riwayat hipertensi berjumlah 7 (13%). Untuk variabel Riwayat diabetes mellitus
yang paling banyak adalah yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus yaitu berjumlah 54
(100%) dan yang memiliki riwayat diabetes melitus berjumlah 0 (0%)

Tabel 3: Hubungan antara Usia, Gravida, Gemili, Obersitas, Riwayat Hipertensi, Riwayat
DM dengan preeklampsia di RSUD Kabupaten Tangerang pada tahun 2013

Kejadian Preeklampsia
OR
P
Kasus Kontrol (95% CI)
n % N %
Usia < 20 - > 35 tahun 39 72,2 18 33,3 5,200
0,0001
20 – 35 tahun 15 27,8 36 66,7 (2,287-11,283)
Gravida Primi 36 66,7 19 35,2 3,400
0,004
Multi 18 33,3 35 64,8 (1,542-7,597)
Gemeli Ya 3 5,1 2 3,7 1,529
1,000
Tidak 51 94,4 52 96,3 (0,245-9,538)
Obesitas Ya 25 46,3 13 24,1 2,719
0,027
Tidak 29 53,7 41 75,9 (1,195-6,184)
Riwayat Ya 29 53,7 7 13,0 7,789
0,000
Hipertensi Tidak 25 46,3 47 87,0 (2,990-20,289)
Riwayat Ya 4 7,4 0 0 2,080
0,118
DM Tidak 50 92,6 54 100 (1,703-2,450)
Jumlah 54 100,0 54 100,0

Berdasarkan tabel 3 menurut usia ibu hamil yang mengalami preeklampsia diumur <20
- >35 tahun lebih banyak pada kelompok kasus yaitu berjumlah 39 (72,2%) daripada kelompok
kontrol yang berjumlah 18 (33,3%). Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,0001, artinya ada
hubungan yang signifikan antara kelimpok usia <20 - >35 tahun terjadinya preeklampsia di
RSUD Kabupaten Tangerang tahun 2013. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 5,2 artinya ibu
yang berusia <20 - >35 tahun memiliki resiko 5,2 kali mengalami preeklampsia dibanding
dengan ibu hamil yang berusia 20 – 35 tahun.

Berdasarkan gravida, ibu hamil yang mengalami preeklampsia pada primigravida lebih
banyak pada kelompok kasus yaitu berjumlah 36 (66,7%) daripada kelompok kontrol yang
berjumlah 19 (35,2%). Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,004, artinya ada hubungan
yang signifikan antara gravida dengan terjadinya preeklampsia di RSUD Kabupaten Tangerang
tahun 2013. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,400 artinya ibu pada priigravida memiliki
resiko 3,4 kali mengalami preeklampsia dibanding pada ibu multigravida.

Berdasarkan jumlah janin bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia pada
kehamilan ganda lebih banyak pada kelompok kasus yaitu berjumlah 3 (5,1%) daripada
kelompok kontrol yang berjumlah 2 (3,7%). Hasil uji statistic didapatakan p value = 1,000
artinya ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan gemeli atau kehamilan ganda dengan
terjadinya preeklampsia namun ibu dengan gemeli atau kehamilan ganda memiliki resiko
sebesar 1,529 kali mengalami preeklampsia dibanding ibu yang dengan kehamilan tunggal

Berdasarkan obesitas bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia dengan obesitas
lebih banyak pada kelompok kasus yaitu berjumlah 25 (46,3%) daripada kelompok kontrol
yang berjumlah 13 (24,1%). Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,027, artinya ada hubungan
yang signifikan antara obsesitas dengan terjadinya preeklampsia di RSUD Kabupaten
Tangerang tahun 2013. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 2,719 artinya ibu yang obesitas
memiliki resiko 2,7 kali mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu hamil yang tidak
obesitas

Berdasarkan riwayat hipertensi bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia dan
memiliki Riwayat hipertensi lebih banyak pada kelompok kasus yaitu berjumlah 29 (53,7%)
daripada kelompok kontrol yang berjumlah 7 (13,0%). Hasil uji statistic didapatkan p value =
0,000, artinya ada hubungan yang signifikan antara Riwayat hipertensi dengan terjadinya
preeklampsia di RSUD Kabupaten Tangerang tahun 2013. Hasil analisis diperoleh nilai OR =
7,789 artinya ibu yang memiliki Riwayat hipertensi memiliki resiko 7,8 kali mengalami
preeklampsia dibanding dengan ibu hamil yang yang tidak memiliki Riwayat hipertensi.

Berdasarkan Riwayat DM bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia dan


memiliki Riwayat diabetes melitus lebih banyak pada kelompok kasus yaitu berjumlah 4
(7,4%) daripada kelompok kontrol yang berjumlah 0 (0%). Hasil uji statistik didapatkan p
value = 0,118 artinya ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan riwayat hipertensi dengan
terjadinya preeklampsia namun ibu yang memiliki riwayat diabetes melitus memiliki resiko
sebesar 2,080 kali mengalami preeklampsia dibanding ibu yang tidak memilii Riwayat diabetes
mellitus

PEMBAHASAN
Preeklamsia/eklamsia lebih sering terjadi pada usia muda dan nulipara diduga karena
adanya suatu mekanisme imunologi disamping endokrin dan genetik dan pada kehamilan
pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta belum sempurna, yang
makin sempurna pada kehamilan berikutnya. Dan didapat pula hal yang sama pada penelitian
yang dilakukan Nanien Indriyani pada tahun 2011 yaitu terdapat hubungan yang signifikan
antara faktor umur ibu dengan kejadian preeklampsia dengan nilai OR 3,4 yaitu berarti usia
<20 - >35 tahun beresiko 3,4 kali lebih besar dengan kejadian preeklampsia (P=0,002).

Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,004 menunjukan kesesuain dengan teori yang
mengatakan pada primigravida frekuensi preeklampsi lebih tinggi bila dibandingkan
multigravida, terutama primigravida muda. (Wiknjosastro, 2007). Pada wanita sehat yang
pertama kali hamil, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsivitas
vaskular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan
resistensi perifer total berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada
wanita dengan preeklamsia/eklamsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap
vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah langsung
meningkatkan curah jantung dan tekanan darah inilah yang menyebabkan preeklampsia pada
primigravida. Ditemukan pula hal yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani,
dkk bahwa terdapat hubungan antara primigravida dengan terjadinya preeklampsia-eklampsia
di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi tahun 2012 dan ibu yang primigravida memiliki
resiko 4,3 kali mengalami terjadinya preeklampsia-eklampsia dibandingkan dengan ibu yang
multigravida.
Hasil uji statistic didapatkan p value = 1,000 menunjukan ketidak sesuain dengan teori
yang menyebutkan bahwa penyulit kehamilan kembar dari ibu adalah: anemia,
preeklampsia/eklampsia, persalinan prematur, perjalanan persalinan lebih lama, postpartum
atonia uteri dapat disertai perdarahan. (Manuaba, 2010).Kehamilan ganda (Gemelli)
memperlihatkan kejadian preeklampsia 13% yang secara bermakna tinggi. Selain itu wanita
dengan kehamilan ganda dan hipertensi akibat kehamilan memperlihatkan prognosis neonatus
yang lebih buruk dari pada mereka dengan janin tunggal (Chuningham: 2009). Tidak
berhubungannya gemeli atau kehamilan ganda dengan preeklampsia juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan Rahmadani, dkk bahwa tidak terdapat hubungan antara kehamilan
ganda dengan terjadinya preeklampsia-eklampsia di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2012
(p=0,620).

Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,027 menunjukan kesesuain teori yang
mengatakan bahwa wantia obesitas mempunyai resiko mengalami preeklampsia/eklampsia 3
½ kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berat badannya ideal dan kurus.
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja
jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat
badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam
tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat
menyumbangkan terjadinya preeklampsian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Almira di RSUD DR. Soetomo pada tahun 2010 ada hubungan bermakna antara ibu yang
obesitas dengan kejadian preeclampsia dengan p = 0,001; OR = 4,350; 95% CI = 1,901-9,953
yang berarti ibu yang obesitas memiliki resiko 1,55 kali mengalami preeklampsia.
Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,000menunjukan kesesuain dengan teori yang
mengatakan bahwa salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia-eklampsia adalah
riwayat hipertensi. Bahaya yang spesifik pada kehamilan yang disertai oleh hipertensi adalah
resiko timbulnya preeklampsia yang mungkin hampir dijumpai 25% pada wanita ini.
(Cunningham: 2009). Hipertensi dapat menyebabkan hipertropi ventrikel dan dekompensatio
kordis, cedera serebrovaskular, atau kerusakan intrinsik ginjal. Hasil ini ditemukan pula hal
yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani, dkk bahwa ibu yang memiliki
riwayat hipertensi akan resiko 17,697 kali mengalami terjadinya preeklampsia-eklampsia
dibandingkan dengan ibuyang tidak ada riwayat hipertensi (p=0,000, OR=17,697)

Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,118 menunjukan ketidak sesuain dengan teori
yang menyebutkan bahwa Peningkatan resiko preeklampsia dapat terjadi pada ibu yang
memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat preeklampsia/eklampsia
sebelumnya. Pada Diabetes Melitus Gestasional (DMG), terjadi suatu keadaan dimana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya komposisi sumber energi dalam plasenta ibu bertambah
(kadar gula tinggi, kadar insulin tetap tinggi).melalui difusi terfasilitasi dalam membran
plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal
(meyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Salah satu komplikasi maternalnya
adalah preeclampsia. Tidak berhubungannya riwayat diabetes melitus dengan preeklampsia
juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Wulandari dkk 2012 bahwa tidak terdapat
hubungan antara riwayat diabetes melitus dengan terjadinya preeklampsia RSUD Dr.
Moewardi Surakarta (p = 1,000. O R= 1,000).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulkan sebagai berikut:

1) Prevalensi umur ibu dengan preeklampsia di RSUD Kabupaten Tangerang tahun 2013
dengan umur <20 - >35 tahun yaitu 72,2%, prevalensi gravida yang mengalami
preeklampsia ditemukan lebih banyak pada primigravida yaitu sebanyak 66,7%,
prevalensi kehamilan ganda yang mengalami preeklampsia yaitu sebanyak 5,6%,
prevalensi obesitas yang mengalami preeklampsia yaitus ebanyak 46,3%, prvelensi
riwayat hipertensi yang mengalami preeklampsia yaitu sebanyak 53,7%, prevalensi
riwayat DM yang mengalami preeklampsia yaitu sebanyak 3,7%.
2) Resiko preeklamsi meningkat 5.2 kali pada usia < 20 th dan 35 th dibandingkan usia ibu
20-35 tahun, 3.4 kali lebih tinggi pada primi gravida dibanding multigravida, 2.7 kali
lebih tinggi pada ibu yang obesitas, 7.8 kali lebih pada ibu dengan riwayat hipertensi.

SARAN
1) Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat mengantisipasi kejadian preeklampsia pada ibu primigravida terutama
primigravida muda, pada ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi dan riwayat diabetes
melitus dengan melakukan pengawasan ketat pada antenatal care, dan meningkatkan
kesadaran pada ibu hamil akan pentingnya memeriksakan kehamilannya secara rutin
sehingga dapat mendeteksi kemungkinan adanya komplikasi yang dapat terjadi salah
satunya preeklampsia
2) Bagi Institusi
Diharapkan institusi dapat menambah kepustakaan serta jurnal jurnal yang dapat menjadi
bahan materi bagi mahasiswa yang sedang melakukan penelitian terutama jurnal dan
kepustakaan mengenai preeklampsia
3) Bagi peneliti
Diharapkan bagi peneliti yang nanti akan melakukan penelitian serupa dapat menemukan
faktor faktor lain yang mungkin berhubungan atau beresiko terhadap terjadinya
preeklampsia.
DAFTAR PUSTAKA

Almira, Aulia. 2010. Hubungan Derajat Indeks Tubuh (IMT) dengan Prevalensi
Timbulnya Preeklampsa Pada Wanita Dr RSUD Dr, Soetomo, Surabaya
Chapman, Vicky. (2006). “Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran”. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Cunningham, F G, dkk. 2009. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial, Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Misnadierly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Berbagai penyakit. Jakarta :
Nanien, Indriyani 2011. Analisis Faktor- Faktor yang berhubungan dengan
Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di RSUD Kardinah Kota Tegal. Skripsi Kesmas
Manuaba, 2010. Ilmu kebidanan: Yayasan Bina Pustaka Sarwana Prawirohardjo, Jakarta

Rahmadani Apri, dkk. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadiny


Preeklampsia/Eklampsia di RSUD Raden Mattaher Jambi.
Prawirohardjo. 2012. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwana Prawirohardjo, Jakarta

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan.

Wiknjosastro, 2007. Imu Bedah kebidanan: Yayasan Bina Pustaka Sarwana

Wulandari, dkk. 2012. Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Berat pada Ibu Hamil di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai