Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Demam thypoid adalah penyakit infekasi akut usus halus yang disebabkan oleh
bakteri salmonella thypi atau salmonella parathypi A, B dan C. Penularan demam thypoid
melalui fecal dan oral yang masuk dalam tubuh manusia melalu makanan dan minuman yang
terkontaminasi. (Widoyono, 2011).

Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus
yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype thypi (Salmonella thypi). Demam thypoid
ditandai dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran
pencernaan, (Purnia, 2013).

Salmonella enteretica serovar typhi merupakan salah satu spesies bakteri Salmonella
yang berbentuk basil, Gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel peritrich, mudah
tumbuh pada pembenihan biasa dan tumbuh baik pada pembenihan yang mengandung
empedu yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan dapat menyebaban penyakit
infeksi S. Typhi dan mengarah kepengembangan tifus atau demam enterik. Salmonella typhi
menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri kedalam
pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi.
(Herliani Dian, 2015).

2.2 Etiologi

Etiologi Typhoid adalah Salmonella Thyphi. Salmonella Parathypoid A, B dan C.


penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa/ Eberthella Typhosa yang
merupakan kuman negative, motif dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik
sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu
70˚ C maupun oleh antiseptic. Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang
manusia.
SalmonellaTyphosa mempunyai 3 macam anti gen yaitu:
 Antigen O : Ohne Hauch = somatik antigen (tidak menyerap).
 Antigen H : Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabic.
 Antigen Vi. : Virulen = kapsul merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis. (Andra, 2013)
2.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala thypoid yang timbul bervariasi, pada minggu pertama keluhan
dan gejala berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak diperut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh. Dalam minggu kedua gejala-gejala lebih jelas
berupa demam, bradikardi relatif, lidah thypoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah
dan tremor). Hepatomegali, splenomegali, meteorisme, gangguan kesadaran berupa
compo smentis, sedangkan residopi jarang ditemukan pada orang indonesia. (Junaidi.p
2011 dalam dalam riyadi, 2011)

2.4 Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian
kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil
salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia
dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar
getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).

Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus
dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang,
dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan
gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).

Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat
berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan
organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri,
di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri. pada
mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan
ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella
thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
(Lestari Titik, 2016).

2.5 Phatway

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut (Padila, 2013)


adalah, yang terdiri dari :

1) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT
(Serum Glutamic Pyruvic Transminase). SGOT dan SPGT pada demam
typhoid sering kali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya
typhoid.
b. Biakan darah
Bila biakan darah positif, bila antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih dan
antigen H bernilai 1/320, hal itu menandakan Demam Thypoid, tetapi bila
biakan darah negatif, tidak menutup kemungkinan akan terjadi Demam
Thypoid. Hal ini dikarena hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor.

2) Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara Antigen dan Antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien
dengan Typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
digunakan pada uji Widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan, dan
diolah di laboratorium, tujuan dari uji Widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita thypoid. Akibat infeksi oleh
Salmonella Thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
 Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
 Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagella
kuman).
 Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga Aglutinin tersebut hanya Aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya, untuk di diagnosa, makin tinggi titernya makin besar kemungkinan pasien
menderita Demam Thypoid. Pada infeksi yang aktif titer widal akan meningkat pada
pemeriksaan ulang yang dilakukan selang sedikit 5 hari.

3) Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada
akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua hingga minggu
ketiga.

4) Anti Salmonella typhi IgM


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya
demam.

2.7 Komplikasi
1. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan
tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat
disertai nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen
tegang, dan nyeri tekan.
4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,
yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013)

2.8 Penatalaksanaan
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:
1. Medis
Antibiotik umum digunakan untuk mengatasi penyakit demam thypoid.
Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotik,
seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin
sering digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-
obatan antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol
Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat kontra
indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena saat belum
dapat minum obat, selama 21 hari.
b. Amoksisilin
Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4
kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
c. Kotrimoksasol
Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
d. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena
selama 5-7 hari.

2. Keperawatan

a. Observasi dan pengobatan


b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi perforasi usus
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
juga dekubitus
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
f. Diet
- Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein
- Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
- Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari

Anda mungkin juga menyukai