Anda di halaman 1dari 2

Kuliah Umum di ITB, Gubernur Lemhanas Sampaikan Tantangan Ketahanan Nasional

di Era Globalisasi dan Era Post Truth

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung kembali menyelenggarakan


Studium Generale KU-4078 di Aula Barat ITB, Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Rabu
(26/2/2020) lalu. Studium Generale kali ini menghadirkan Letnan Jenderal TNI (Purn.)
Agus Widjojo, selaku Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia,
dengan tema “Wawasan Kebangsaaan: Tantangan Ketahanan Nasional di Era
Globalisasi dan Era”.

“Mahasiswa yang berada dalam lembaga pendidikan merupakan komponen strategis.


Karena kalau kita lihat dari sejarah, kebesaran sebuah bangsa dan peradaban itu
berasal dari ilmu pengetahuan,” ungkapnya di awal penyampaian materi. Pada sesi
awal tersebut, ia mengajak seluruh peserta yang hadir untuk memiliki semangat dalam
menimba ilmu sebagai salah satu fondasi yang penting bagi pembangunan bangsa
dan negara di masa mendatang.

Ketahanan Nasional Secara Konseptual


Agus mengilustrasikan arti ketahanan sebagai suatu benda yang mendapatkan
tekanan, tarikan, dan upaya untuk merubah bentuk. Tekanan tersebut jika bisa diatasi,
maka benda tersebut akan kembali kepada bentuk aslinya. Begitupun dengan
Indonesia, dalam menghadapi tekanan serta tantangan yang ada, kita harus dapat
kembali fokus ke tujuan nasional yakni cita-cita bangsa Indonesia. “Cita-cita luhur
dalam UUD 1945 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” kata Agus. Ia juga menjelaskan, berbicara
ketahanan nasional sangat penting juga memahami maksud dari wawasan nusantara.

Agus melanjutkan, kondisi Indonesia saat ini sedang mengalami empat masa transisi
yakni, transisi politik, transisi kultural, transisi revolusi industri 4.0, dan transisi
antargenerasi. Hal tersebut menjadi salah satu tantangan tersendiri terhadap
ketahanan nasional. Selain itu, masih ada tantangan lainnya yang sedang dihadapi
seperti tantangan arus globalisasi dan tantangan karakter bangsa. Ia menegaskan,
pada masa ini sudah seharusnya masyarakat Indonesia dapat berpikir secara kritis
untuk menjaga persatuan agar dapat menjaga ketahanan negara.

Era Globalisasi dan Post Truth


Era globalisasi dan post truth juga menjadi tantangan besar bagi ketahanan nasional.
Ia mengatakan, post truth dikenal sebagai masa di mana banyaknya berita bohong
yang beredar dan menyebabkan perpecahan antarkalangan. Belum lagi, di era
globalisasi ini, berita dapat sangat cepat dapat menyebar. Dampak yang
mengkhawatirkan dari hal tersebut menurutnya adalah perang saudara dalam bangsa
sendiri. Tentunya, hal tersebut dapat menyebabkan kehancuran ketahanan nasional.
“Mahasiswa yang termasuk ke dalam elemen pendidikan di Indonesia harus dapat
berpikir kritis dalam menanggapi setiap isu yang beredar. Karena tidak sedikit
kalangan berpendidikan yang juga terjerumus ke dalam berita yang belum tentu
kebenarannya,” ujarnya.
Secara umum, ia menyebutkan terdapat tiga poin utama yang menjadi ancaman post
truth terhadap ketahanan nasional. Pertama, memperlemah persatuan dan kesatuan
bangsa. Kedua ancaman post truth ini tidak dapat dilihat secara kasat mata seperti
invansi militer melainkan serangan terhadap pikiran masyarakat. Dan keempat, hal ini
juga berpotensi memecah persatuan melalui polarisasi yang pada akhirnya dapat
mengarahkan menuju negara gagal.

“Ada beberapa langkah yang dapat digunakan untuk menghadapi era  post truth di
antaranya, memupuk rasa kebangsaan melalui berbagai bentuk pelaksanaannya,
meningkatkan kemampuan literasi media dan literasi digital serta menjaga konten
dalam tema-tema yang dibawa ke dalam berbagai forum yang melibatkan
masyarakat,” jelasnya.

Reporter: Irfan Ibrahim (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2016)

Anda mungkin juga menyukai