Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

Liquor Albus

Disusun Oleh :

Lady Lafinda Dwi N (2018.02.025)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

Program Studi S1 Keperawatan

Banyuwangi

2020

1
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan anak
pada pasien Liquor Albus yang disusun oleh :

Nama : Lady Lafinda Dwi Nurjannah


NIM : 2018.02.025
` Prodi : S1 Keperawatan

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas Praktik Laboratorium Klinik (PLKK) Daring sistem
Keperawatan Anak yang dilaksanakan padal 20 Juli-1 Agustus 2020

Laporan pendahuluan ini telah disetujui


Pada tanggal

Oleh
Pembimbing

(Nur Hidayatin, S.Kep.,Ns)

2
LEMBAR KONSUL

NO TANGGAL KETERANGAN TTD

3
LAPORAN PENDAHULUAN

FLUOR ALBUS

A. Definisi keputihan
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita (
Wijayanti, 2009). Keputihan adalah semacam slim yang keluar terlalu banyak,
warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika slim atau
lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Sasmiyanti & Handayani,
2008). Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di
keluarkan dari alat–alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005).

Keputihan merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dialami.


Keputihan yang normal tidak berwarna atau bening, tidak berbau, tidak berlebihan
dan tidak menimbulkan keluhan. Pada keadaan ini, sekret meningkat utamanya masa
menjelang ovulasi, stress emosional dan saat terangsang secara seksual. Keputihan
yang harus diwaspadai adalah jika sekret berwarna kuning atau hijau keabu-abuan,
berbau tidak enak, jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa
terbakar pada daerah intim, kadang-kadang terasa panas dan nyeri sesudah buang air
kecil dan pada saat bersetubuh. Hal ini disebabkan oleh infeksi jamur Candida
albicans (Widarti, 2010).Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang
sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuandan perawatan yang baik
merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.
Salah satu terjadinya kelainan atau penyakit pada organ reproduksi adalah keputihan
(Ayuningtyas, 2011). Keputihan salah satu permasalahan yang meresahkan kaum
wanita, karena jamur ini merupakan flora normal pada vagina, yang pada kondisi
kekebalan tidak baik dapat menyebabkan pathogen. Jamur penyebab keputihan
adalah Candida albicans dan merupakan spesies Candida yang paling pathogen
(Dewi, 2010).Akibat keputihan ini sangat fatal bila lambat ditangani. Tidak hanya
bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan dikarenakan

4
penyumbatan pada saluran tuba, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari
kanker leher rahim yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita dengan
angka insiden kanker serviks diperkirakan mencapai 100 per 100.000 penduduk per
tahun yang bisa berujung pada kematian (Iskandar, 2002)

B. Klasifikasi Keputihan
Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan tidak
normal (patologis).
1. Keputihan normal (fisiologis)
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang– kadang berupa mukus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, keputihan
fisiologis ditemukan pada:
- Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
- Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen
keputihan disini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan
pada orang tuanya.
- Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
- Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjarkelenjar serviks uteri
menjadi lebih encer.
- Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri jiga bertambah pada
wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan
ektropion porsionis uteri (Sarwono, 2005)

Menurut Wijayanti (2009) keputihan normal ciricirinya ialah : warnanya


kuning, kadang-kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai keluhan
(misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb), keluar pada saat menjelang dan
sesudah menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan.

Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan
tidak menunjukan bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini

5
berfungsi sebagai sistem pelindung alami saat terjadi gesekan di dinding vagina
saat anda berjalan dan saat anda meakukan hubungan seksual.

Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri
yang menjaga kadar keasaman pH wanita. Cairan ini selalu berada di dalam alat
genital tersebut. Keasaman pada vagina wanita harus berkisar antara 3,8 sampai
4,2, maka sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri menguntungkan.
Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95% sedangkan yang lain adalah
bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (patogen).

Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan


yang membuat keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang
menimbulkan penyakit tersebut tidak akan mengganggu (Iswati, 2010).

2. Keputihan tidak normal (patologis)


Penyebab paling penting dari keputihan patologi ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai
hijau, seringkali lebih kental dan berbau (Sarwono, 2005).
Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri : jumlahnya
banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-
abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas,
nyeri) serta berbau (apek, amis, dsb) (Wijayanti, 2009).
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di
dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan
keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga parasit. Infeksi ini dapat
menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kencing (Wijayanti, 2009).
Menurut Boyke (2009), hampir semua wanita di Indonesia pernah mengalami
keputihan patologis seumur hidupnya minimal satu sampai dua kali. Oleh karena
itu di dalam bukunya, Iswati (2010) mengatakan bahwa wanita perlu mengenal
lebih jauh tentang keputihan tersebut, yaitu:

6
- Keputihan yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau keputih-
putihan, berbau busuk dengan rasa gatal. Keputihan semacam ini akan
memberi dampak bagi tubuh wanita, diantaranya wanita akan merasa seperti
terbakar di daerah kemaluan saat buang air kecil. Jika tidak cepat ditangani,
lambat laun kemaluan akan terasa sakit dan membengkak.
- Cairan keputihan yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau seperti
jamur atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang disebabkan
jamur atau ragi yang di kemaluan seorang wanita. Penderita akan merasakan
efek gatal yang hebat. Bibir kemaluan sering terlihat merah terang dan terasa
sangat sakit. Selain itu, saat buang air kecil terasa seperti terbakar. Hal yang
harus dicegah adalah menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi ini.
Antibiotik sebenarnya akan membuat infeksi jamur semakin parah. Penderita
pun jangan mamakai pil KB. Jika sedang menggunakan pil KB, hentikan
secepatnya.
- Cairan keputihan yang kental seperti susu dengan bau yang amis/anyir.
Keadaan ini dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Hemophilus. Diperlukan pemeriksaan khusus untuk membedakannya dengan
infeksi trichomonas.
- Cairan keputihan yang encer seperti air, berwarna coklat atau keabu-abuan
dengan bercak-bercak darah, dan berbau busuk. Janganlah bersantai dan tidak
mempedulikan kelainan ini. Hal ini merupakan tanda-tanda infeksi yang lebih
parah, dapat kanker atau penyakit menular seksual lainnya.

Keputihan penyakit, apapun penyebabnya, perlu diobati sebelum hari


perkawinan, agar tidak menulari pasangan hidup nantinya. Selain itu, komplikasi
yang mungkin akan timbul, bisa buruk dampaknya terhadap kesuburan. Bisa jadi
infeksi akan menjalar sampai ke bagian organ reproduksi yang lebih atas, yakni
ke rahim dan saluran telur.

Jika masih juga keputihan saat memasuki hari perkawinan, sering lebih sukar
menyembuhkannya sebab kemungkinan akan terjadi apa yang disebut sebagai
“fenomena pingpong”. Artinya setelah diobati, dan pihak istri sembuh, namun

7
bila suami tak diobati, sewaktu berhubungan seks, suami yang sudah tertular istri
akan menulari kembali istri yang sudah diobati dan sembuh. Dan begitu juga
seterusnya sehingga keputihan istri tak kunjung selesai sembuh.

Maka, jika istri kedapatan keputihan, suami pun sekaligus perlu diobati juga
kalu terbukti positif. Gejala keputihan pada pria tidak senyata pada wanita.
Mungkin hanya titik lendir, dan keluhan gatal di ujung lian kemih saja. Dengan
cara pemeriksaan lendir yang mungkin keluar dari liang kemih kemaluan, dapat
dipastikan apakah memang sudah terjadi penularan keputihan pada pihak suami.

Selama istri dalam pengobatan keputihan, dianjurkan tidak bersetubuh dulu


sampai keduanya betul-betul sudah dinyatakan sembuh. Tandanya keputihan
sudah sembuh, keluhan dan gejala keputihannya sudah mereda dan selain
lendirnya sudah kering sama sekali.

Seringnya keputihan kambuh, lantaran pengobatan belum tuntas sama sekali


sedang obat sudah di hentikan. Mestinya obat belum boleh dihentikan selama
keputihannya masih ada sebagaimana mungkin tampak masih keluar lendir
abnormalnya yang mungkin membercak di pakaian dalam, selain masih ada
keluhan gatal dan berbau.

Keputihan jenis penyakit yang dibiarkan tanpa pengobatan akan berkembang


semakin hebat. Keputihan membuat vagina lebih masam. Jika dibiarkan dapat
menjalar terus ke organ reproduksi.

Pada wanita yang belum pernah menikah, belum pernah berhubungan seks,
obat keputihan hanya dalam bentuk obat minum saja. Sedang untuk wanita yang
sudah menikah, bisa juga diberikan obat yang dimasukan ke liang vagina
(vaginal suppositoria) selain obat minum.

Penyakit kelamin kencing nanah pun gejalanya mirip keputihan juga.


Mungkin menyerupai keputihan yang disebabkan oleh jamur atau parasit, namun
tidak gatal, dan tidak pula berbau. Keputihan kencing nanah muncul pagi hari
pada pria. Namun, pada wanita sering samar-samar, dan baru kelihatan jika
dilakukan pemeriksaan dalam oleh dokter.

8
Apabila merasa punya riwayat pernah berhubungan seks dengan pria lain
sebelum menikah, lalu muncul keputihan beberapa hari kemudian, waspadalah
siapa tahu benar sudah tertular kencing nanah GO (gonorrhoe). Untuk
memastikan betul kalau itu kencing nanah, lendir keputihannya di ambil di
laboratorium untuk dibiak. Kalau hasilnya ternyata positif GO, sebaiknya diobati
sampai tuntas sebelum malam pengantin.

Kencing nanah yang tidak diobati bisa berkomplikasi sampai kedalam


kelenjar yang berada di sekitar vagina (bisul vagina) selain kemungkinan
menembus memasuki organ reproduksi bagian yang lebih atas, memasuki saluran
telur, seperti yang sering menjadi akibat penyakit menular seksual lain (oleh
kuman chlamydia). Kedua penyebab itu sama-sama 16 bisa berakhir dengan
kemandulan juga (Nadesul, 2009).

C. Penyebab Keputihan
Menurut Wijayanti (2009) dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang
dapat diketahui penyebab keputihan. Penyebab keputihan tersebut antara lain:
1. Infeksi Gonore, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna
kuning kehijauan.
2. Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer
berwarna kuning kelabu.
3. Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker.
4. Kelelahan yang sangat.

Di dalam bukunya, Hendrik (2006) menjelaskan bahwa keluhan keputihan dari


seorang wanita menjelang terjadinya haid secara statistik cenderung dapat
menyebabkan keadaan daerah kemaluan (terutama vagina, uterus, dan vulva)
menjadi mudah terjangkit suatu penyakit dan menularkannya ke tubuhnya sendiri
atau ketubuh orang lain yang melakukan persetubuhan dengannya. Hal ini
disebabkan oleh hal-hal berikut:

9
1. Banyaknya bakteri-bakteri yang senantiasa berada di dalamnya (flora normal),
yang telah berubah sifatnya menjadi bakteri-bakteri patogen disamping adanya
mikroorganisme lainnya yang bersifat patogen potensial.
2. Adanya perubahan pengaruh hormon-hormon seks steroid, terutama hormon
estrogen dan progesteron, secara fluktuatif menjelang terjadinya perdarahan haid
akan menimbulkan kerentanan pada dinding vagina terhadap terjadinya infeksi,
terutama infeksi Candida sp.
3. Adanya hubungan langsung yang dekat dengan lingkungan luar tubuh yang dapat
memungkinkan masuknya bakteri dan mikroorganisme lainnya yang bersifat
patogen potensial ke vagina.
4. Kurangnya perhatian hygiene (kebersihan) di daerah kemaluan.
5. Terjadinya benturan atau gesekan di daerah vaginanya ketika melakukan
persetubuhan sebelumnya.
6. Adanya infeksi lain atau proses lainnya berupa keganasan di dalam tubuh.

Menurut Maulana (2008) keputihan yang keluar dari mulut rahim dikenal dengan
serviks sensitis atau radang mulut rahim. Hal ini sering menyerang wanita usia
reproduktif dan biasanya diakibatkan oleh :

1. Jamur (candidiasis), biasanya bukan karena ditularkan oleh hubungan seksual,


meskipun hal itu bisa saja terjadi. Seringnya, hal itu disebabkan karena
ketidakseimbangan flora di vagina. Normalnya, vagina terdiri atas sedikit jamur
dan bakteri perusak. Namun, jika keduanya tidak seimbang, akan menyebabkan
peradangan vagina (vaginistis). Keputihan yang disebabkan oleh jamur ini
terlihat agak tebal dan kental atau bisa juga terlihat lebih tipis dan seperti susu
putih yang basi. Keputihan ini bisa jadi kehijauan, jika yang bersangkutan telah
menderita infeksi sekunder. Ini juga bisa menimbulkan gatal. Kemaluan bisa
berwarna kemerahan dan bengkak. Kulit mungkin juga sensitif untuk disentuh
dan wanita biasanya akan merasakan sakit saat berhubungan seks.
2. Bakteri (vaginosis), gejala bakterial vaginosis biasanya dicirikan dengan adanya
noda (keputihan) hingga kekuningan dengan bau kurang sedap. Noda ini hampir

10
selalu ada dan lebih nyata saat setelah berhubungan seksual. Wanita pun
mungkin akan merasa gatal di sekitar kemaluan.
3. Parasit (trikomoniasis), keputihan karena parasit seperti Trichomonas vaginalis
bisa menyerang wanita maupun pria. Trichomonas biasanya berpindah melalui
hubungan seksual, juga dapat berpindah, jika seseorang bergantian menggunakan
handuk, underwear, atau benda basah/lembab lainnya. Biasanya keputihan
terlihat seperti busa dan berbau tidak sedap. Mungkin ada sedikit rasa gatal dan
kemerahan di sekitar vagina. Kasus keputihan yang tak kunjung menyembuh
kendati sudah berkali-kali diobati, bisa jadi sebab keputihan yang komplet
(disebabkan oleh lebih dari satu dari ketiga penyebab), namun tidak diberi obat
yang komplet untuk membasmi lebih dari satu jenis penyebabnya. Atau mungkin
juga karena masa pemberian obatnya belum tuntas menumpas bibit penyakitnya,
selain karena pilihan obatnya tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihannya
(Nadesul, 2009).

D. Patofisiologi
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang
keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan
mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan,
penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis
antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH
vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen
peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada
epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat
yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain.

11
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida
sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina.
Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal
yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang
berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan,
diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan
frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan
produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan
progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada
sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans
berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis
atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan
juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri
patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres
dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan
bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat
menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus
acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.
Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH
vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab
timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan
keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering
menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat (Amiruddin, 2003).

12
E. Pathway

Faktor resiko: gangguan hormon, infeksi (jamur, bakteri, parasit), kanker, kurang
perhatian hygiene alat kelamin

Terganggunya keseimbangan ekosistem dalam vagina

Tumbuh jamur & kuman (patogen)

Tingkat keasaman dalam vagina terganggu

Flora normal dalam vagina mati

Timbul keputihan abnormal: leukorea patologis Kurangnya terpapar informasi


mengenai penyakit

Cairan keputihan berbau Gatal pada kemaluan Ansietas

Gangguan rasa nyaman


Iritasi pada kulit Resiko Pola istirahat
infeksi terganggu
Tidak mengetahui cara
perawatannya Kerusakan
integritas kulit Gangguan
pola tidur
Defisit
pengetahuan

13
F. Manifestasi Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering
kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan
memberikan beberapa gejala fluor albus (Wiknjosastro, 1999):
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
- Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah
setelah hubungan seksual
- Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa
dan berbau amis.
- Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga
berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada
komplikasi yang serius
- Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
2. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
3. Sitologi vagina
4. Kultur sekret vagina

14
5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
6. Ultrasonografi (USG) abdomen
7. Vaginoskopi
8. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
9. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
10. Pemeriksaan PH vagina.
11. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10
%.
12. Pulasan dengan pewarnaan gram .
13. Pap smear.
14. Biopsi.
15. Test biru metilen. (Manoe, 1999)

H. Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga
memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri
atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol
untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal
seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga
diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan.

15
Tujuan pengobatan:
- Menghilangkan gejala
- Memberantas penyebabrnya
- Mencegah terjadinya infeksi ulang
- Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :


1. Candida albicans
a. Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari
b. Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
4. Neisseria gonorhoeae

16
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im
5. Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral

6. Virus herpeks simpleks


- Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi
sekunder
7. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative
inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.

I. Pencegahan Keputihan
Menurut Wijayanti (2009) bila ingin terhindar dari keputihan, anda mesti menjaga
kebersihan daerah sensitif itu. Kebersihan organ kewanitaan hendaknya sejak bangun
tidur dan mandi pagi. Berikut tip yang dapat dilakukan :
1. Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak menggangu kestabilan pH di
sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar
susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH sekaligus
meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang
tak bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan terdapat flora
normal di vagina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka
panjang.
2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina
harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang

17
mudah terselip di sana sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri
bersarang di tempat itu.
3. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
4. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan
cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya anda
membawa cadangan celana dalam untuk berjaga-jaga manakala perlu
menggantinya.
5. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana
dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana di sekitar organ intim
panas dan lembab.
6. Pakaian luar juga diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya
sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar sirkulasi udara
di sekitar organ intim bergerak leluasa.
7. Ketika haid sering-seringlah berganti pembalut.
8. Gunakan panty liner di saat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat
bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya anda di rumah.

Selain itu untuk mencegah keputihan, wanita pun harus selalu menjaga kebersihan
dan kesehatan daerah kewanitaannya. Antara lain adalah :

1. Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya
di seka dengan tisu. Membersihkannya pun musti dilakukan dengan cara yang
benar yaitu dari depan ke belakang, agar kotoran dari anus tidak masuk ke
vagina. Hindari pemakaian sabun vagina berlebihan karena justru dapat
mengganggu keseimbangan flora normal vagina.
2. Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hal ini karena kelembapan dapat memicu
tumbuhnya bakteri dan jamur. Selalu keringkan daerah tersebut dengan tisu atau
handuk bersih setelah dibersihkan. Karena tidak semua toilet menyediakan tisu,
bawalah tisu kemana pun anda pergi. Selain itu buatlah celana dalam yang
terbuat dari katun agar dapat menyerap keringat dan gantilah secara teratur untuk
menjaga kebersihan.

18
3. Bila sedang mengalami keputihan atau menstruasi tinggal sedikit, boleh saja
menggunakan pelapis celana panty liner. Tetapi sebaiknya tidak digunakan setiap
hari. Panty liner justru dapat memicu kelembapan karena bagian dasarnya terbuat
dari plastik. Pilih panty liner yang tidk mengandung parfum, terutama buat yang
berkulit sensitif.
4. Hindari bertukar celana dalam dan handuk dengan teman atau bahkan saudara
kita sendiri karena berganti-ganti celana bisa menularkan penyakit.
5. Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila dibiarkan
terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara berkala bulu di
sekitar kemaluan dengan gunting atau mencukurnya dengan hati-hati (Salika,
2010).

J. Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon
terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Usia
Biodata : Mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi : Nama,
Umur , Jenis Kelamin, Agama, Suku/Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status
Perkawinan, Alamat.
1. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya pasien mengalami keluar cairan pada vagina dan bau tidak
sedap
2. Riwayat Penyakit Sekarang

19
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai gatal atau rasa tidak
nayaman dikarenakan keluar cairan putih dari vagina
3. Riwayat Penyakit Masalalu
Penyakit yang sekiranya menular atau menahun seperti hiv.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular,menahun, atau menurun
5. Riwayat Psikologis dan Status Spiritual
a. Status Psikologis
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologi klien dengan timbul gejala-
gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penerimaan terhadap
penyakitnya.
b. Status Sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah
yang mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya ?
c. Aspek Spiritual/Sistem Nilai Kepercayaan
6. Kaji tentang pandangan pasien terhadap pemilik kehidupan ini dan kepada siapa ia
menggantungkan harapannya, serta kaji pula kegiatan keagamaan apa yang bermakna,
berarti, dan diharapkan saat iniPola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Pada pasien liquor albus biasanya terjadi penurunan nafsu makan dikarenkan
anisetas penyakit yang dialaminya
b. Pola Eliminasi
Pada pasien liquor albus biasanya kurang teratur dalam pola eliminasi
Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain
Pada pasien liquor albus biasanya terjadi gangguan rasa tidak nyaman, dikarenakan
dalam beraktivitas atau bekerja mengeluarkan cairan kental dari vagina.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pada pasien liquor albus biasanya pola tidur yang kurang efektif karena liquor albus
salah satunya gejalanya gatal dikarenakan cairan yang kental dan berbau.

20
7. Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar
serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian
IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks menjadi
meningkat.
8. Kontak seksual
Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma
Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak
seksual terakhir dan dengan siapa melakukan.
9. Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama temannya kemungkinan tertular
penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh:
kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat mandi atau handuk.
10. Sifat fluor albus
Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian
tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan
mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
11. Hamil atau menstruasi
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada
keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.
12. Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh
rangsangan fisik:
a. Penyakit yang diderita
b. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.
13. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe Assessment):
Keadaan Umum : Keadaan umum tampak kurang nyaman dan ansietas
Tanda-tanda Vital : tampak gelisah atau ansietas. Gangguan rasa nyaman pada vagina
akibat kemerahan atau cairan putih kental yang keluar dari vagina.
1. Kepala dan Rambut

21
Inspeksi : Periksa kesimetrisan, periksa adanya benjolan/ masa, kebersihan rambut,
Palpasi : Periksa adanya nyeri tekan, benjolan, odema, masa
2. Hidung
Inspeksi : Periksa warna kulit, pernafasan cuping hidung, sumbatan jalan nafas,
3. Telinga
Inspeksi : Periksa kebersihan telinga, adanya benjolan, masa atau tidak
Palpasi : Periksa adanya nyeri tekan, periksa adanya benjolan
4. Mata
Inspeksi : Periksa pupil mata , konjungtiva, sclera, kelopak mata, kesimetrisan
antara kanan dan kiri, periksa kemungkinan adanya jejas.
Palpasi : Periksa adanya nyeri tekan, adanya benjolan
5. Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, dan Pharing
Inspeksi : Periksa mukosa bibir , periksa kebersihan, periksa adanya pembengkakan
pada tonsil maupun pharing atau tidak, periksa apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya dan jumlahnya
Palpasi : Periksa adanya benjolan, adanya nyeri tekan, adanya masa
6. Leher dan Tenggorokan
Inspeksi : Periksa adanya pembesaran, adanya lesi/tidak, warna sama dengan
sekitar/tidak.
Palpasi : Periksa adanya nyeri tekan, masa, kaji adanya distensi vena junggularis,
arteri karotis & kelenjar limfe/tiroid.
7. Dada/Thorak
a. Pemeriksaan Paru
Inspeksi : Periksa bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
Palpasi : Periksa kemungkinan adanya nyeri tekan, benjolan
Perkusi : Dada kanan (ICS I – VIII: Sonor; Dada kiri (ICS I – II: sonor; ICS
III – V: Pekak (jantung); ICS VI – VII: Sonor
Auskultasi : Suara nafas, pola nafas, periksa kemungkinan adanya suara nafas
tambahan.
b. Pemeriksaan Jantung

22
Periksa bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya, adakah bunyi
tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.
8. Abdomen
Inspeksi : Periksa adanya distensi abdomen/tidak
Auskultasi : Periksa peristaltik usus
Palpasi : Periksa adanya nyeri tekan/tidak
Perkusi : Terdapat bunyi timpani

14. Pemeriksaan Fisik Genetalia


Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang
mungkin berkaitan dengan fluor albus.
Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genetalia
yaitu meliputi:
- Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
- Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks
- Pemeriksaan pelvis bimanual
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lendir vagina.
Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan(bau tidak sedap)
2. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
3. Ansietas b/d kurangnya terpapar nya informasi
4. Defisit pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi
5. gangguan integritas kulit/jaringan b/d kelembapan
6. resiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(kerusakan integritas kulit)

3. Intervensi Keperawatan

23
1.Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan(bau tidak sedap)
Tujuan : agar pola tidur normal
Kriteria hasil :
a. Status kenyamanan
b. Tingkat depresi
c. Tingkat keletihan

Intervensi :
a. Pengaturan posisi (I.01019)
Observasi : -monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah
posisi.
Terapeutik : -atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi
-ubah podid setiap 2 jam
b. Reduksi ansietas (I.09314)
Observasi :-identifikasi saat tingkat ansietas berubah (kondisi,waktu)
-monitor tanda tanda ansietas(verbal dan non verbal )
Terapeutik:-ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
-motivasi mengidentifiaksi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi:-informasika secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,dan
prognosis
-anjurkan keluarga tetap bersama pasien, jika perlu
Kolaborasi:-kolaborasi pemberian obat antiansietas,jika perlu

2 . Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit


Tujuan : agar pasien menjadi nyaman atau lebih nyaman lagi
Kriteria hasil :
a. Pola tidur
b. Tingkat ansietas
c. Tingkat keletihan

24
Intervensi :
a. Perawatan kenyamanan (I.08245)
Observasi: - identifikasi pemahaman tentang kondisi,situasi dan
perasaanya
-identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik :- berikan posisi nyaman
-ciptakan lingkungan yang nyaman
Edukasi : -jelaskan mengenal kondisi dan pilihan terapi/pengobatan
Kolaborasi:kolaborasi pemberian analgesikk,jika perlu

3.Ansietas b/d kurangnya terpapar nya informasi


Tujuan : pasien paham tentang penyakit keputihan dan tidak mengalami
kecemasan pada penyakit yang dialami
Kriteria hasil:
a. Proses informasi
b. Tingkat pengetahuan
Intervensi :
a. Teknik menenangkan (I.082448)
Observasi :- identifikasi masalah yang dialami
Terapeutik : - ciptakan ruangan aman dan nyaman
Edukasi : - anjurkan berdoa,berziki,ibadah dan sesuai agama yang dianut
-anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga perasaan tenang
b. Dukungan keyakinan
4. Defisit pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi
Tujuan : pasien paham tentang penyakitnya
Kriteria hasil :
a. Tingkat pengetahuan
b. Proses informasi
c. Tingkat kepatuhan
Intervensi :
a. Edukasi proses penyakit (I.12444)

25
Observasi : - identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik : -sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
-jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
-berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi : - jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
-jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
-ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yg dirasakan
-informasikan kondisi pasien saat ini
-anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat
Atau tidak biasa

5.gangguan integritas kulit/jaringan b/d kelembapan


Tj : gangguan integrits kulit teratasi
Kriteria hasil:
-perfusi perifer
-status sirkulasi
-termogulasi

Intervensi :
a. Edukasi perawatan diri (I.12421)
Observasi : - identifikasi pengetahuan tentang perawatan diri
-identifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang dialami
Terapeutik : - rencanakan strategi edukasi, termasuk tujuan realistis
-sediakan lingkungan yang kondufsif pembelajaran secara optimal
-berikan penguatan positif terhadap kemampuan yang didapat
Edukasi : - anjurkan perawatan diri ,praktik perawatan diri,dan aktivitas
kehidupan sehari hari

b. Edukasi pola perilaku kebersihan (I.12439)


Tj: supaya pasien lebih mengerti tentan perilaku kebersihan

26
Observasi : - monitor kemampuan melakukan dan mempertahankan
kebersihan dan lingkungan
Terapeutik: - sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
-jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
-berikan kesempatan untuk bertanya
-praktekkan bersama keluarga cara menjaga kebersihan
Diri dri lingkungan.
Edukasi : - jelaskan masalah yg dpt timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
-ajarkan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan

6.resiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh


primer (kerusakan integritas kulit)
Tj: untuk mengurangi resiko infeksi
Kriteria hasil : - tingkat infeksi
-kontrol risiko
-status imun
Intervensi :
a.dukungan perawatan diri: mandi (I.11352)
observasi : -identifikasi usia dan budaya dlm membantu kebersihan diri
-identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
-monitor kebersihan tubuh
Terapeutik : -sediakan peralatan mandi
-sediakan lingkungan aman dan nyaman
-pertahankan kebiasaan kebersihan diri
-berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
Edukasi : -jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap
Kesehatan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. 2003. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. Yogyakarta : LKIS.

Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany, H. 1999. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi. Ujung Pandang : Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Unhas RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.

Maulana. 2008. Buku Pegangan Ibu Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta : Kata
Hati.

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Wijayanti. 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta :


Book Marks.

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. 1999. Radang dan Beberapa


penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. Edisi kedua , Cetakan
Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.

28

Anda mungkin juga menyukai