Anda di halaman 1dari 3

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI SAKSI PELAPOR

(WHISTLEBLOWER) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN


TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

I PENDAHULUAN
Tindak pidana korupsi merupakan suatu kejahatan yang
merugikan keuangan negara sehingga harus diberantas, karena
dapat berdampak pada perekonomian negara, menghambat
pertumbuhan pembangunan nasional. Tindak pidana korupsi
merupakan tindak pidana khusus di luar KUHP, yang memuat
ketentuan di luar ketentuan pidana umum dan menyangkut
sekelompok orang atau perbuatan-perbuatan tertentu. Tindak pidana
korupsi digolongkan sebagai kejahatan luar biasa, oleh karena itu
maka diperlukan penegakan hukum yang luar biasa dan
komprehensif. Upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak
pidana korupsi harus dilaksanakan secara benar, adil, tidak
sewenang-wenang, tidak ada penyalahgunaan kekuasaan.

Untuk dapat mengungkap pelaku tindak pidana korupsi yang


memiliki kekuatan dan kekuasaan politik memerlukan keberanian
dari seorang saksi yang secara langsung mengetahui perbuatan
tindak pidana korupsi tersebut. Keberadaan saksi merupakan unsur
yang sangat menentukan dalam suatu proses peradilan pidana. Jika
melihat isi Pasal 184 ayat (2) dan (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana, bahwa keterangan lebih dari satu orang saksi tanpa
disertai dengan alat bukti lainnya, dapat dianggap cukup untuk
membuktikan apakah seorang terdakwa bersalah atau tidak. Pada
saat memberikan keterangannya, saksi harus dapat memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya. Peran saksi dalam proses
penyelesaian perkara tidak mendapat perhatian masyarakat dan
penegak hukum. Keengganan saksi untuk memberikan keterangan
kepada penegak hukum dikarenakan mendapatkan tekanan serta
ancaman dari pihak-pihak tertentu.

Dalam penanganan tindak pidana korupsi, terkait dengan saksi,


kini muncul istilah Whistleblower. Quentin Dempster menyebut
Whistleblower sebagai orang yang mengungkap fakta kepada publik
mengenai sebuah skandal, bahaya malpraktik, atau korupsi. 1
Whistleblower merupakan suatu fenomena yang menarik dalam
konsep legalisasi maupun regulasinya dan dapat berperan besar
untuk mengungkap praktik-praktik koruptif lembaga publik,
pemerintahan maupun perusahaan swasta. Whistleblower
sesungguhnya merupakan tindakan yang sangat mulia dan berani.
Keberadaan seorang Whistleblower akan membuat para koruptor
menjadi gigit jari, karena akan menjadi duri dalam daging yang
sewaktu-waktu dapat menusuk baik dari depan maupun belakang.

Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa


(extraordinary crime) sehingga memerlukan penanganan yang
luar biasa. Kejahatan korupsi tergolong dalam tindak pidana yang
terorganisir, para pelakunya memiliki kekuatan ekonomi dan
politik yang sangat besar di dalam ruang lingkup kekuasaan
pemerintah. Penanganan tindak pidana korupsi yang luar biasa
secara tidak langsung memunculkan istilah baru yang disebut

1
Firman Wijaya, 2012, Whistleblower dan Justice Collaborator dalam Perspektif Hukum,
Penaku, Jakarta, h.7
sebagai Whistleblower. Upaya pemberantasan korupsi
memerlukan suatu metode baru dan alat bantu dalam hukum
pidana karena cara-cara konvensional dirasa sulit untuk
mengungkap kejahatan ini.

Anda mungkin juga menyukai