BAB II - Encopresis
BAB II - Encopresis
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Enkopresis berasal dari bahasa Yunani en- dan kopros, yang berarti
“feses”. Enkopresis adalah kurangnya kontrol terhadap keinginan buang air besar
pada anak-anak, yang bukan disebabkan oleh penyakit atau kelainan fisik.1
sebagai pelepasan tinja secara langsung dan tidak langsung di tempar-tempat yang
kurang sesuai. 1 Pola harus ditemukan sekurangnya tiga bulan dan usia kronologis
perkembangan anak berusia 4 tahun. Perilaku ini tidak disebabkan karena adanya
memoleskan tinja pada seluruh tubuh sendiri atau pada lingkungan sekitar.
Terkadang bisa juga terdapat perilaku mencongkel dubur dengan jari walau
perilaku seperti ini jarang terjadi. Tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara
lain dengah enkopresis sebagai gejala sampingan. Enkopresis ada kalanya timbul
menyusul suatu kondisi organik, seperti fisura ani atau infeksi gastrointestinal. 1
8
2.2 Etiologi
nya seperti gangguan organic maupun retardasi mental. Selain itu penyebab
- Latihan yang salah : Ibu yang tergesa-gesa melatih anaknya sebelum waktu
sfingter ani nya), sehingga menjadi kebingungan dan takut. Bisa juga
training.
- Adanya gangguan emosional, misalnya rasa iri hati terhadap adik yang baru
lahir
Tidak adanya latihan toilet yang tepat atau latihan yang tidak adekuat dapat
beberapa anak enkopretik menderita pengendalian sfingter yang tidak efisien dan
tidak afektif seumur hidup. Kedua faktor tersebut tetapi terutama kombinasi
orang tua tentang masalah otonomi dan kontrol; dan peperangan tersebut sering
Tetapi , banyak anak enkopretik tidak memiliki masalah perilaku. Jika masalah
adekuat dan yang menampung feses dengan konsistensi yang relatif normal di
9
mungkin disertai dengan masalah perkembangan neurologi lain, termasuk
distraktibilitas yang mudah, rentang atensi yang pendek, toleransi frustrasi yang
oleh peristiwa kehidupan seperti kelahiran adik atau pindah ke rumah baru.
merupakan suatu regresi stres tertentu seperti perpisahan dari orangtua (parental
menjadi konstipasi baik secara disengaja atau sekunder akibat defekasi yang sakit.
Pada kasus tersebut tersebut tidak ada bukti yang jelas menunjukkan bahwa
Distensi rektal kronis yang dihasilkan dari masa fekal yang besar dan keras dapat
Jadi banyak anak menjadi tidak menyadari kebutuhan untuk defekasi dan
kecil cairan atau feses lunak yang bocor ke luar. Akomodasi olfaktorius mungkin
- Stres
Anak yang mengalami beban pikiran yang tak terselesaikan, baik itu
encopresis.
10
- Kurang aktivitas fisik
Misalnya, anak yang terlalu asik melakukan suatu kegiatan atau merasa
jijik dengan toilet umum. Namun karena rangsangan untuk BAB begitu kuat
- Makanan/Minuman
Enkopresis juga bisa dipicu oleh asupan makanan yang kurang baik yang
- Trauma
Lama-kelamaan anak menjadi trauma karena setiap kali BAB merasa sakit.
Untuk menghindari rasa sakit itu, ia jadi sering menahan untuk tidak BAB
- Obat-obatan
11
- Kegagalan toilet training
Pengajaran atau pelatihan buang air (toilet training) yang dilakukan dengan
memaksa anak, cepat atau lambat akan menjadi tidak efektif. Begitu pula
kalau misalnya anak yang BAB dicelana lantas dimarahi orang tua
kelainan organik yang sering dilaporkan sebagai penyebab konstipasi pada anak,
antara lain kelainan neurologis (penyakit Parkinson, multiple sclerosis, spinal cord
hipokalemia). Selain itu, gangguan pada kolon dan dasar pelvis seperti kelainan
2.3 Epidemiologi
dan Belanda , didapatkan prevalensi enkopresis adalah 4,1% pada kelompok umur
5 sampai 6 tahun dan 1,6% pada kelompok usia 11 sampai 12 tahun. Enkopresis
lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan anak-anak dari daerah kota dengan
tingkat ekonomi yang kurang. Frekuensi buang air besar kurang dari tiga kali per
minggu ditemukan pada 3,8% anak usia 5-6 tahun dan 10,1% anak usia 11-12
12
tahun dengan enkopresis. Hanya 37,7% anak usia 5-6 tahun dan 27,4% anak usia
11-12 tahun yang pernah menderita enkopresis pernah dibawa ke dokter untuk
masalah ini. Masalah psikososial jauh lebih umum (sering terjadi) di antara anak-
enkopresis telah dilakukan di Amerika Utara dan Eropa. Dalam satu penelitian
tersebut dilakukan di Belanda, 4,1% dari anak usia 5-6 tahun dan 1,6% dari anak
usia 11-12 tahun mengalami enkopresis setidaknya sekali per bulan. Penelitian
yang dilakukan di Swedia dan Inggris melaporkan nomor yang sama. Pada
22,6%, 4,4% untuk inkontinensia feses dan 10,5% untuk inkontinensia urin di
prevalensi yang lebih tinggi untuk inkontinensia feses dan urin dibandingkan
memiliki tingkat inkontinensia feses yang lebih tinggi daripada anak perempuan
dengan konstipasi. 5
Dalam kebanyakan penelitian, sekitar 80% dari anak-anak yang terkena dampak
adalah anak laki-laki. 4 Enkopresis lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan, sekitar 17% pada usia 3 tahunan dan 1% pada usia 4 tahunan.
Enkopresis jarang terjadi pada remaja usia pertengahan kecuali mereka yang
mengalami retardasi mental yang parah atau intens. Pada sebuah penelitian 4,4%
13
dari 482 anak yang berusia 4-17 tahun, dalam 6 bulan diobservasi dan didapatkan
2.4 Klasifikasi
dengan konstipasi dan enkopresis bukan konstipasi. Ciri- ciri enkopresis dengan
kostipasi adalah: 7
obstruksi.
Jika terdapat dua atau lebih daripada ciri ini pada anak 4 tahun dan keatas
Kriteria ini harus dipenuhi selama dua bulan dan harus terjadi pada umur 4
tahun.
14
Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi
diberikan karena adanya usaha anak untuk menahan buang air besar akibat adanya
rasa takut untuk berdefekasi. Retensi tinja fungsional umumnya mempunyai dua
puncak kejadian, yaitu pada saat latihan berhajat dan pada saat anak mulai
bersekolah.
penyebab dasar keluhan tersebut. Penyakit sistemik dan efek samping pemakaian
dilaporkan. Klasifikasi lain yang perlu dibedakan pula adalah apakah keluhan
tersebut bersifat akut atau kronis. Konstipasi akut bila kejadian baru berlangsung
selama 1-4 minggu, sedangkan konstipasi kronis bila keluhan telah berlangsung
15
2.5 Faktor Risiko
- Laki-laki
(3,7% berbanding 2,4%) dan lebih jarang pada anak usia 11 dan 12 tahun
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan, sekitar 17% pada usia 3
tahunan dan 1% pada usia 4 tahunan. Enkopresis jarang terjadi pada remaja
parah atau intens. Pada sebuah penelitian 4,4% dari 482 anak yang berusia
konstipasi adalah 22,6%, 4,4% untuk inkontinensia feses dan 10,5% untuk
16
Enkopresis lebih umum terjadi di antara anak-anak dari daerah dengan
Menurut penelitian dari Olaru et al, pendidikan orang tua dilaporkan sebagai
bulan
penekan batuk
2.6 Patofisiologi
Mekanisme yang berperan dalam proses buang air besar sangat kompleks.
Buang air besar dirangsang oleh gerakan peristaltik akibat adanya masa tinja di
dalam rektum. Rangsangan sensori pada kanal anus akan menurunkan tonus
sfingter anus internus, sehingga terjadilah proses defekasi. Proses tersebut diawali
17
dengan adanya relaksasi otot puborektal yang menyebabkan sudut anorektal
melebar, diikuti oleh relaksasi otot levator yang menyebabkan pembukaan kanal
anus. Buang air besar terjadi akibat adanya bantuan dari tekanan intra-abdominal
yang meningkat akibat penutupan glottis, fiksasi diafragma, dan kontraksi otot
abdomen.
Anak-anak dengan frekuensi BAB kurang dari 4 kali seminggu memiliki waktu
transit lebih dari 33 jam. Keadaan ini lebih rendah secara bermakna dibandingkan
Frekuensi BAB pada anak menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada
minggu-minggu pertama kehidupan, bayi dapat BAB rata-rata lebih dari 4 kali
sehari, kemudian menurun menjadi 2 kali sehari pada usia 4 bulan dan 1 kali
sehari pada usia 4 tahun.6 Sembilan puluh lima persen anak berusia 1 sampai 4
tahun mengalami BAB 3 kali sehari hingga dua hari sekali atau tiga kali
tertentu. Latihan (toilet training) dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kapasitas
intelektual anak dan maturitas sosial, determinan kultural dan interaksi psikologis
antara anak dan orang tua. Urutan normal dari perkembangan pengendalian fungsi
mungkin bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya enkopresis. Teori yang
18
dikemukakan oleh Sigmund Freud adalah teori perkembangan berdasarkan
psikoseksual (teori naluri). Libido sebagai naluri adalah suatu daya yang
melambangkan naluri seksual. Libido ini berkembang sejak bayi sampai dewasa.
Pemilihan objek cinta serta hubungan cinta itu sendiri dan hubungan dengan
objek-objek lain dalam bidang-bidanglain sangat tergantung pada sifat dasar dan
Perkembangan kepribadian itu menurut Freud dibagi atas beberapa fase yaitu :
Fase pertama yang menunjukan bahwa bayi itu mendapat kepuasan melalui
Bila dalam fase oral bayi sangat pasif dan bergantung pada ibunya, maka
dalam fase ini ia dituntut agar melepaskan salah satu aspek kebebasannya
3. Fase Falik
Fase falik dilalui dengan pergolakan mencari objek cinta. Dalam fase ini
19
Jika perkembangan dalam fase anal terganggu atau tidak berjalan dengan
ataupun enuresis seperti ini. Hal ini juga bisa ditambah dengan faktor kurangnya
dukungan untuk toilet training untuk mengajarkan dimana mereka harus buang air
besar maupun buang air kecil dan diajarkan juga tentang bagaimana mereka harus
bisa menggunakan toilet dengan baik dan benar agar menjadi suatu kebiasaan
Menurut teori psikososial dari Erik Erikson, pada umur 18 bulan sampai 3
tahun anak berada pada tahap autonomy versus shame and doubt (kemandirian,
rasa malu, dan ragu). Jika toilet training tidak dilakukan atau ketidaksuksesan
toilet training pada tahap ini dapat menyebabkan anak mengembangkan perasaan
malu atau ragu-ragu dalam melihat kompetensinya. Apabila pada usia ini anak
mendapat kesempatan dan dorongan untuk melakukan yang diinginkan dan sesuai
dengan waktu tapi dengan pengawasan yang bijaksana, maka anak akan
Rugolotto (2004, dalam Hidayat, 2010), berhasil atau tidaknya fase toilet training
usus yang lama dengan jumlah tinja yang banyak dan konsistensi yang sering
berubah sama ada terlalu lembut atau keras. Anak-anak biasanya ada rasa nyeri
20
ketika pengeluaran tinja. Mereka ada nyeri perut dan kekurangan nafsu makan.
abdomen serta rektum dapat dirasakan apabila dipalpasi. Pada pagi hari gejala
yang timbul adalah inkontinensia urin dan enuresis. Gangguan emosi dan perilaku
membantu.
mempunyai gejala-gejala ini. Pergerakan usus normal dan konsistensi tinja juga
normal. Nyeri tidak sering dan nafsu makannya bagus. Pengeluaran tinja
mengambil masa yang singkat dan massa tinja tidak dapat dirasakan apabila
dipalpasi. Gejala enuresis dan inkontinensi urin tidak ada. Namun, pengobatan
Sebagian besar anak dengan enkopresis mengalami sembelit atau buang air
besar yang menyakitkan di masa lalu. Dalam banyak kasus, sembelit atau sakit
memiliki dorongan untuk buang air besar sebelum mereka mengotori celana
dalamnya.
- Episode biasanya terjadi pada siang hari, sedangkan anak terjaga dan aktif.
Banyak anak usia sekolah setelah pulang dari sekolah. Jarang pada malam
hari.
- Beberapa anak dengan encopresis di bak mandi, shower, atau kolam renang
21
- Pengeluaran feses dalam bentuk cair (biasanya di celana)
- Sakit perut
2.8 Diagnosis
makan dan gaya hidupnya; obat-obatan yang sedang ia pakai; hingga pola
perilakunya sehari-hari.
kesehatan tubuh anak secara keseluruhan, termasuk kondisi usus, rektum, dan
dalam anus anak untuk memeriksa feses, dan memeriksa apakah otot-otot anus
menjalani rontgen perut dan panggul untuk menentukan seberapa banyak feses
yang menumpuk di usus, sekaligus untuk memeriksa apakah usus dan rektumnya
membengkak.
22
Kadang, enema barium juga dapat dilakukan. Enema barium adalah tes
diagnosis mirip rontgen, dengan memasukkan selang tipis ke dalam rektum anak
untuk melihat apakah ada area perut yang bermasalah (misalnya usus terbelit atau
manometri. Dokter akan memasukkan selang tipis ke dalam rektum anak. Selang
anak menggunakan otot-otot perut dan rektumnya selama BAB. Kebanyakan anak
yang memiliki sembelit kronis dan/atau encopresis tidak dapat menggunakan otot-
Hirschsprung, kondisi yang amant jarang penyebab sembelit kronis. Jika dokter
akan mengambil sampel jaringan rektum untuk melihat apakah ada fungsi saraf
yang hilang. Hilangnya fungsi saraf di rektum adalah ciri khas dari penyakit
Hirschsprung.
sebaik mungkin dan harus melibatkan orang tua. Langkah pertama adalah
23
soalan-soalan yang dapat dilhat kembali jika terlupa. Soalan-soalan yang
disediakan ini mejimatkan masa dan mengarahkan kepada diagnosa yang baik.
tinja terkisar antara tinja yang keras seperti kacang yang sulit dikeluarkan yaitu
skala 1 sehingga tinja yang berisi cairan dan tidak ada gumpalan yaitu skala 7.
24
Setiap anak-anak harus melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan pediatric
kandung kemih. Rektal yang berdiameter besar sekitar 25-30 mm dijumpai pada
anak-anak dengan konstipasi. Pada kasus-kasus ini, pemeriksaan rektal tidak perlu
dilakukan.
Yang terakhir subtipe jauh kurang umum dan paling sering terjadi dalam
- Satu kejadian seperti ini terjadi setiap bulan selama minimal 3 bulan
25
- Terjadi pada anak setidaknya usia 4 tahun (atau tingkat perkembangan yang
setara)
- Perilaku ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi
ialah pengeluaran tinja secara tak layak. Kondisi ini dapat timbul dengan berbagai
cara :
fisiologis buang air besar normal, tetapi karena suatu alasan, terdapat
tempat yang tidak layak. Retensi seperti itu mungkin timbul sebagai akibat
pertentangan antara orang tua dan anak mengenai latihan buang air besar,
atau akibat menahan tinja karena nyeri saat buang air besar (misalnya akibat
sebagai berikut. Dalam menentukan adanya konstipasi terdapat tiga aspek yang
26
1. Frekuensi BAB
2. Konsistensi tinja
Pada anak berusia sama atau kurang dari 4 tahun adanya konstipasi
3. Impaksi rektum
Kriteria untuk anak berusia di atas 4 tahun agak berbeda, digunakan kriteria
sebagai berikut
1. Frekuensi BAB kurang atau sama dengan dua kali seminggu tanpa
menggunakan laksatif
Konsistensi tinja dan nyeri pada saat BAB merupakan gejala klinis yang
BAB lebih dari 3 kali seminggu. Soiling yang terjadi pada konstipasi dapat
disebabkan oleh :
27
Soiling sering terjadi pada saat flatus akibat ketidakmampuan anak
diartikan sebagai keluarnya tinja (di pakaian dalam) baik secara volunter maupun
involunter pada anak berusia di atas 4 tahun. Semua keluhan tersebut dapat
pada anak. Dalam melakukan anamnesis terdapat tiga hal penting yang perlu
diketahui, yaitu:
1. Pola buang air besar seperti frekuensi BAB, ukuran tinja, konsistensi tinja,
konsistensi tinja pada ampula rektum. Masa tinja pada abdomen dapat ditemukan
pada kuadran kiri bawah abdomen, sedangkan pada keadaan konstipasi berat
harus dilakukan pada setiap anak yang mengalami konstipasi karena dapat
menggambarkan ada tidaknya fisura ani, nyeri pada anus, adanya tinja dan
konsistensi tinja di dalam rektum, ada tidaknya darah pada tinja, tonus, dan
28
Beberapa pemeriksaan penunjang di bidang pencitraan dapat membantu
abdomen yang berguna untuk menilai adanya skibala dan kelainan pada tulang
anak normal, sebagian besar kapsul dapat dikeluarkan pada hari ke lima. Enema
antara daerah sempit pada bagian distal segmen yang tidak memiliki sel ganglion
dengan bagian proksimal yang berdilatasi. Keadaan ini umumnya terdapat pada
anorektal ini berguna untuk menilai tekanan rektum dan sfingter anus, serta
Beberapa gejala dan tanda dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
M. Hirschsprung. Gejala dan tanda tersebut tertera pada tabel dibawah ini
29
Gambar 2.2 Tabel perbedaan gejala dan tanda pada konstipasi fungsional dan penyakit
hirschprung
suatu kriteria yang lebih sederhana untuk menegakkan konstipasi fungsional, yang
dikenal dengan kriteria Roma. Meskipun masih terus dalam pengkajian, tetapi
adanya konstipasi fungsional. Kriteria Roma yang digunakan saat ini adalah
(SARI PEDIA)
30
Gambar 2.3 Tabel kriteria Roma II untuk menentukan adanya konstipasi fungsional
dapat mulai pada tahun pertama anak, memuncak antara tahun kedua dan
keempat. Pengeluaran feses biasanya dimulai pada usia 4 tahun. Feses yang sering
cair dan massa feses yang keras ditemukan di kolon dan rektum pada palpasi
abdomen dan pemeriksaan rektal. Komplikasi adalah megakolon dan fisura anal.
oleh nutrisi yang buruk; penyakit struktural pada anus, rektum dan kolon; efek
atau penyakit Hirsgsprung, dimana pasien mungkin memiliki rektum yang kosong
dan tidak ingin berdefekasi tetapi mungkin masih mengalami pengaliran feses.
Penyakit terjadi pada 1 dari 5,000 anak; tanda tampak segera setelah lahir. 3
- Konstipasi
31
- Spina bifida
- Meningomyelocele
2.10 Tatalaksana
Prinsip terapi pada penderita enkopresis adalah konseling atau edukasi pada
anak mengenai BAB. Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain:
32
- Jika masalah psikologis anak tampak berat, sampai stres atau trauma
misalnya, ada baiknya orang tua dan anak duduk bersama membahas
- Kepada anak yang selalu merasa nyeri saat mau BAB bisa diberikan obat-
- Ajarkan untuk melakukan BAB secara teratur, misalnya pagi atau malam
hari.
33
- Jangan menyalahkan atau mencemooh anak yang mengalami encopresis.
Orang tua harus selalu mendukung dan membantu kesulitan anak. Usaha
enkopresis adalah :
tekanan fisik dan emosional yang terkait dengan buang air besar, untuk
positif, dan mendorong anak dan orang tua untuk mengambil peran aktif selama
perawatan. 1
Jika seorang anak tidak mengalami perbaikan klinis yang signifikan setelah
2-4 bulan terapi, program terapi yang berbeda dapat diindikasikan. Dengan
demikian, tepat untuk menilai kemajuan setelah 2-4 bulan pengobatan. Jika anak
Tidak ada intervensi bedah memiliki peran yang terbukti dalam pengelolaan
keluarga yang cukup besar sering ditemukan. Ketegangan keluarga tentang gejala
34
harus diturunkan, dan lingkungan yang tidak menghukum harus diciptakan. Usaha
yang serupa harus dilakukan untuk menurunkan rasa malu anak di sekolah.
rendah diri dan isolasi sosial) untuk menjawab penyebab psikodinamika pada
anak-anak tersebut yang memiliki kontrol usus tetapi terus mengumpulkan feses
mereka di tempat yang tidak sesuai dan untuk mengobati kasus enkopresis
tersebut setelah periode kontinensia fekal yang lama yamg merupakan reaksi
terhadap stresor psikologis. Hasil akhir yang baik terjadi jika anak merasa
akhir buruk.
konstipasi dan inkontinensia limpah. Pertama, usus anak harus dibersihkan, dan
selanjutnya gerakan feses harus harus dipertahankan dengan pelunak feses atau
laksatif. Kebiasaan usus yang baik harus diajarkan. Teknik biofeedback sering
kali menolong.2
- Toilet training yang terdiri dari yang dijadwalkan secara rutin ke toilet,
pemeliharaan buku harian gejala, dan skema insentif yang sesuai dengan
usia.
35
Perubahan gaya hidup berikut dapat membantu anak mengatasi enkopresis
melembutkan feses.
- Batasi asupan susu sapi. Pada beberapa kasus, susu sapi dapat menyebabkan
melakukan ini.
- Buat waktu khusus untuk BAB. Minta anak untuk setidaknya duduk dulu
selama 5-10 menit di atas toilet, di waktu yang sama setiap hari. Rutinitas
ini sebaiknya dilakukan setiap makan, karena gerak usus akan lebih aktif
setelah makan. Jangan lupa berikan motivasi dan pujian bagi anak selama
posisi duduk. Kadang, ekstra tekanan dari kaki akan menekan perut, yang
- Pahami kondisi anak. Perlu diingat bahwa menahan BAB atau BAB di
celana karena encopresis bukanlah suatu hal yang dikehendaki anak. Jangan
konstipasi dan soiling. Hal ini perlu untuk menjalin kerjasama antara dokter,
36
orangtua dan pasien serta untuk mengurangi rasa bersalah dan saling
yang baik. Mereka harus masuk ke dalam suatu ikatan informal dan dokter
terhadap kepatuhan anak, menyediakan rasa aman bagi anak, serta menyediakan
waktu untuk anak berdefekasi dengan nyaman. Anak sendiri harus mempunyai
rasa tanggung jawab untuk menjalankan pengobatan dan harus selalu melakukan
usaha untuk BAB. Catatan harian tentang BAB pasien merupakan salah satu
tahapan tata laksana yang penting. Catatan mengenai frekuensi dan konsistensi
BAB dibuat oleh pasien setiap hari. Dengan melihat catatan harian, anak dapat
progresifitas terapi. Disamping itu, cara ini dapat menimbulkan motivasi anak
Latihan BAB (toilet training) sering dianjurkan sebagai salah satu terapi
konstipasi pada anak. Anak diminta untuk duduk di toilet sedikitnya dua kali
sehari setengah jam setelah makan, selama 5-10 menit setiap kalinya dan
sebaiknya diberi pujian untuk setiap usahanya mencoba melakukan BAB. Peran
latihan fisis dalam meningkatkan peristaltik kolon dan frekuensi BAB masih
dengan gaya hidup sedentary. Oleh sebab itu, stimulasi dalam bentuk olah raga
37
Makanan berserat sangat dianjurkan pada anak yang menderita konstipasi.
dalam usus, makanan berserat dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu insoluble
fibre dan soluble fibre. Serat dapat meningkatkan retensi air sehingga dapat
frekuensi BAB.
besar laksatif oral dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu laksatif
Pada dasarnya, terapi konstipasi pada anak terbagi dalam dua fase
2. Terapi pemeliharaan.
Konsistensi masa tinja dapat dikurangi dengan pemberian mineral oil atau
paling tidak setiap hari selama 3 hari sebelum diberikan laksatif oral. Salah satu
38
menggunakan suposutoria atau enema. Bila usaha pengeluaran masa tinja tersebut
gagal, maka dapat diupayakan pengeluaran tinja secara manual. Apabila masa
tinja telah berhasil dikeluarkan, maka harus segera dimulai dengan fase terapi
pemeliharaan. Pasien perlu diberikan pengertian dan keyakinan bahwa BAB tidak
akan terasa sakit selama ia patuh pada petunjuk pengobatan, mengkonsumsi obat
yang diberikan secara teratur, dan tidak menahan setiap keinginan untuk BAB.
memuaskan.
laksana konstipasi pada anak. Anak dilatih untuk meningkatkan sensasi rektum,
kontraksi dan relaksasi otot secara benar. Beberapa penulis mengemukakan bahwa
latihan ini berguna untuk konstipasi kronis dan enkopresis, namun berapa laporan
terakhir meragukan keefektifan cara ini, karena mereka tidak menemukan hasil
yang berbeda dengan terapi konvensional. Pada anak dengan soiling akibat
nonretensi tinja, penambahan laksatif pada terapi biofeedback training juga tidak
Peran pembedahan pada kasus konstipasi pada anak hanya pada kasus tertentu,
39
Dalam menghadapi kasus dengan konstipasi fungsional harus pula
psikiater antara lain (1) kecurigaan kearah psikopatologi primer, (2) psikopatologi
sekunder yang berhubungan dengan konstipasi, dan (3) tidak responsif terhadap
terapi yang telah diberikan dengan alasan yang tidak jelas. (SARI PEDIA)
Menurut peneltian Kadim et al, pada penelitian ini diteliti apakah terapi pijat
daerah perut tiga kali 15 menit setiap hari, sedangkan kelompok kontrol hanya
dilakukan dengan mengisi kuesioner catatan harian selama dua bulan. Perubahan
yang mengalami kicipirit, tinja berkonsistensi keras, berkurang lebih banyak pada
40
kelompok yang mendapat terapi pijat dibandingkan kelompok kontrol. Jarak
terlama antara BAB, lama BAB kelompok yang diberikan terapi pijat mengalami
2.11 Komplikasi
enkopresis memiliki ketidakmampuan belajar dan kinerja sekolah yang buruk dan
lebih sering melewatkan hari-hari sekolah. Hubungan antara status kesehatan dan
prestasi akademik lebih kompleks daripada yang terlihat pada pandangan pertama.
sekolah karena sakit, tetap kinerja dan kemampuan anak di sekolah memilki
banyak faktor penentu lainnya. Faktor-faktor penentu ini termasuk sikap dan
keyakinan orang tua, pola interaksi anak, pendidikan ibu, status sosial ekonomi,
41
penuh tekanan, dan fungsi kognitif anak. Terbukti ada faktor psikososial yang
terpapar faktor-faktor ini berisiko tinggi untuk masalah emosi dan perilaku serta
kegagalan akademik yang tinggi sesuai dengan kebutuhan akan evaluasi dan
terpapar pada risiko sosial dalam hal kehilangan rasa percaya diri mereka baik
dengan enkopresis sering distigma oleh orang tua, teman sebaya, tetangga, dan
yang membutuhkan toleransi, komunikasi antar individu yang baik, dan banyak
dengan enkopresis memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang lebih buruk
dibandingkan pada anak-anak normal. Menurut Landman et al, rendah nya harga
yang di temukan pada anak dengan enkopresis yang didapatkan dari penelitian
Olaru et al
42
Gambar 2.4 Tabel evaluasi pemeriksaan psikologis pada anak dengan enkopresis
Kegagalan terapi terjadi pada 20% anak dengan konstipasi fungsional. Anak
yang cenderung mengalami kegagalan terapi umumnya adalah mereka yang telah
2.12 Pencegahan
- Hindari sembelit
seimbang yang tinggi serat. Jangan lupa, dorong anak Anda untuk minum
43
- Pelajari teknik latihan toilet yang efektif
Hindari memulai latihan menggunakan toilet terlalu dini atau terlalu keras.
Tunggu sampai anak Anda siap, dan kemudian gunakan dorongan positif
kebutuhan.
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Toilet
training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak umur 18 bulan sampai 2
tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan air besar pada anak
secara fisik sudah kuat dan mampu sehingga memudahkan anak untuk dilatih
buang air besar dan kecil. Sedangkan kesiapan psikologis keadaan dimana anak
dalam merangsang untuk buang air besar dan air kecil. Persiapan intelektual pada
anak juga dapat membantu dalam proses toilet training, hal ini dapat ditunjukkan
44
apabila anak memahami arti buang air besar dan air kecil sehingga anak dapat
mengetahui kapan saatnya harus buang air besar dan kapan saatnya harus buang
air kecil.
buang air paling mudah adalah ketika anak siap melaksanakan tahapan ini dan dia
mau bekerja sama. Memulai sebelum anak siap hanya akan mengundang masalah
buang air besar dicelana biasanya merupakan akibat dari ketidakmampuan anak
mengenali dorongan untuk pergi ke toilet atau mengatur otot-otot pelepasan. Ini
bukan usaha untuk melawan atau tanda ketidakpatuhan. Tampaknya anak juga
akan frustasi jika dia tidak dapat melakukan seperti yang diharapkan.
Belajar menggunakan toilet tidak bisa dilakukan sampai anak mampu dan
ingin. Anak harus belajar mengenali kebutuhan tersebut, belajar menahan air
besar atau kecil sampai dia berada di toilet, dan kemudian melepaskannya.
Kebanyakan anak tidak siap baik secara fisiologis maupun psikologis untuk
mencapai tahap tersebut sampai paling tidak pertengahan tahun kedua. Sebagian
toilet, mampu melakukannya dengan benar pada usia dua setengah hingga tiga
tahun. Semakin awal melatihnya bukan berarti akan lebih cepat berhasil, tetapi
Menurut Subagyo & Siti (2010, p.136) kejadian masih buang air kecil
secara tidak sengaja terjadi pada sekitar 30% anak berumur 4 tahun, 10% anak
45
berumur 6 tahun, 3% anak berumur 12 tahun dan 1% anak berumur 18 tahun.
Mengatasi hal ini, pengenalan kamar mandi dan toilet seharusnya dilakukan
orangtua sejak usia lebih dini yaitu mulai umur 16-18 bulan. Sedangkan menurut
IDAI, tidak ada usia yang pasti untuk memulai toilet training pada seorang anak.
Kesiapannya dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang secara umum
Berikut adalah beberapa tanda anak sudah siap untuk melakukan toilet
training, yaitu :
ataupun tidak.
- Anak mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar).
juga disepakati seluruh pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak, seperti
anggota keluarga besar atau petugas tempat penitipan anak. Penting untuk
yang kira-kira tepat untuk mulai berkenalan dengan penggunaan toilet, serta
46
dukungan yang ia perlukan setiap saat. Dokter dapat membantu menentukan
pakaian atau celana, buang air di toilet, membersihkan bagian tubuh sekitar
tempat buang air, mengenakan pakaian kembali, menyiram toilet, dan mencuci
tangan. Buatlah pengalaman belajar ini sebagai kegiatan yang bersifat alami
dalam hidup sehari-hari. Dorong rasa percaya diri anak bahwa ia mampu
Pendekatan yang baik akan membuat anak tidak merasa dipaksa buang air di
toilet. Apabila anak merasa tertekan atau tidak nyaman, ia mungkin akan menahan
Pada waktu-waktu tertentu, sesekali anak masih akan buang air di celana.
Saat sedang sakit atau mengalami perubahan besar dalam hidup sehari-hari,
kemajuan yang dicapai mungkin akan berkurang. Hal ini wajar terjadi, dan sikap
terbaik adalah tetap mendukung seperti biasa. Hindari reaksi berlebihan atau
normal, anak akan segera kembali pada kemampuan yang sudah dicapainya.
Setelah buang air besar, jangan lupa melihat apakah kotoran yang
dikeluarkan anak padat dan keras. Hal ini menyebabkan rasa sakit saat buang air
dan menghambat proses belajar, karena anak akan menahan buang airnya. Ketika
hal ini terjadi, perbanyak serat dalam asupan makanan anak serta minum air dalam
47
jumlah yang cukup. Yakinkan anak bahwa buang air besar tidak menyakitkan lagi
Beberapa hal lain yang mungkin perlu diingat ketika anak sedang dalam
- Biasakan mengenali isyarat ketika anak akan buang air, seperti ekspresi
wajah, perilaku, atau posisi tertentu. Tanyakan apakah ia ingin ke toilet saat
- Selalu berikan contoh, baik tentang cara duduk di toilet maupun dalam
- Pada awal toilet training, anak laki-laki perlu belajar buang air kecil dalam
posisi duduk dulu. Belajar buang air kecil langsung dalam posisi berdiri
mungkin dapat menyulitkan proses belajar duduk di toilet untuk buang air
besar. Anak laki-laki juga umumnya butuh waktu lebih lama dalam proses
belajar ini.
- Latihan buang air dapat dimulai satu kali sehari pada waktu yang sama,
seperti setelah makan atau saat mandi, ketika anak tidak berpakaian.
kenakan celana kain biasa pada siang hari ketika anak bangun dan bermain.
Kendali buang air saat tidur mungkin baru akan timbul setahun setelah anak
48
- Ajari anak untuk buang air di malam hari sebelum tidur. Apabila ia masih
sering buang air kecil di malam hari, mungkin orangtua perlu mengajaknya
berlanjut lewat masa remaja pertengahan. Anak- anak yang memiliki faktor
untuk mengendurkan otot sfingter anal, lebih sulit untuk diobati dibandingkan
49
Enkopresis adalah gangguan yang cukup menjijikan bagi sebagian besar
orang, termasuk anggota keluarga; jadi, ketegangan keluarga sering kali tinggi.
Teman sebaya anak juga peka terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan
Banyak anak enkopretik memiliki harga diri rendah dan menyadari penolakan diri
peduli terhadap gejala, atau mereka mungkin terlibat dalam pola enkopresis
kemampuan keluarga untuk berperan serta dalam terapi tanpa terlalu menghukum
dan oleh kesadaran anak tentang kapan pengeluaran feses kira-kira akan terjadi. 2
50