Anda di halaman 1dari 5

Jenis-jenis pupuk kompos

 Redaksi Alam Tani

Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara
menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup.
Untuk membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku berupa material organik
dan organisme pengurai. Organisme pengurainya bisa berupa mikroorganisme
ataupun makroorganisme.

Teknologi pengomposan dikembangkan dari proses penguraian material organik


yang terjadi di alam bebas. Terbentuknya humus di hutan merupakan salah satu
contoh pengomposan secara alami. Prosesnya berjalan sangat lambat, bisa sampai
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Kemudian umat manusia memodifikasi
proses penguraian material organik tersebut. Sehingga pengomposan yang dikelola
manusia bisa dilakukan dalam tempo yang lebih singkat.

Pupuk kompos mudah dibuat dan teknologinya sederhana. Semua orang bisa
mengerjakannya, baik untuk skala pertanian maupun sekadar keperluan
pekarangan. Silahkan baca cara membuat kompos untuk skala pertanian dan rumah
tangga.
Jenis-jenis pupuk kompos
Pengelompokan jenis-jenis pupuk kompos bisa dilihat dari tiga aspek. Pertama,
dilihat dari proses pembuatannya, yaitu ada kompos aerob dan anaerob. Kedua,
dilihat dari dekomposernya, ada kompos yang menggunakan mikroorganisme ada
juga yang memanfaatkan aktivitas makroorganisme. Ketiga, dilihat dari bentuknya
ada yang berbentuk padat dan ada juga yang cair. Berikut ini beberapa contoh dari
jenis-jenis pupuk kompos yang umum dipakai.

1. Pupuk kompos aerob


Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan oksigen.
Bahan baku utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa tanaman, kotoran
hewan atau campuran keduanya. Proses pembuatannya memakan waktu 40-50
hari, untuk lebih jelasnya silahkan baca cara membuat kompos. Lamanya waktu
dekomposisi tergantung dari jenis dekomposer dan bahan baku pupuk.

2. Pupuk bokashi
Pupuk bokashi merupakan salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang paling
terkenal. Ciri khas pupuk bokashi terletak pada jenis inokulan yang digunakan
sebagai starter-nya, yaitu  efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan ini terdiri dari
campuran berbagai macam mikroorganisme pilihan yang bisa mendekomposisi
bahan organik dengan cepat dan efektif. Untuk mengetahui cara membuatnya,
silahkan baca artikel cara membuat pupuk bokashi.

3. Vermikompos
Vermikompos merupakan salah satu produk kompos yang memanfaatkan
makroorganisme sebagai pengurai. Makroorganisme yang digunakan adalah cacing
tanah dari jenis Lumbricus atau jenis lainnya. Vermikompos dibuat dengan cara
memberikan bahan organik sebagai pakan kepada cacing tanah. Kotoran yang
dihasilkan cacing tanah inilah yang dinamakan vermikompos. Jenis organisme lain
yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah belatung (maggot black
soldier fly).

4. Pupuk organik cair


Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara
pengomposan basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun anaerob. Pupuk
organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari beberapa
praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan pada daun dibanding pada akar
(kecuali pada sistem hidroponik). Penyemprotan pupuk organik cair pada daun
harus menggunakan takaran atau dosis yang tepat. Pemberian dosis yang
berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan cepat. Untuk mengetahui
cara membuatnya silahkan baca cara membuat pupuk organik cair.
Karakteristik pupuk kompos
Selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, pupuk kompos bekerja dengan cara
memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik, kompos
meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air sebagai cadangan di saat
kekeringan. Kompos juga membuat tanah menjadi gembur dan cocok sebagai
media tumbuh akar tanaman. Pada tanah tipe pasir sekalipun, material kompos
berguna menjadi perekat sehingga tanah menjadi lebih solid. Sedangkan pada
tanah liat atau tanah lempung, kompos berfungsi menggemburkan tanah agar tidak
terlalu solid.

Secara kimiawi, pupuk kompos bisa meningkatkan kapasitas tukar kation dalam
tanah. Karena semakin banyak kandungan organik dalam tanah, semakin baik
kapasitas tukar kationnya. Kapasitas tukar kation berfungsi melepaskan unsur-
unsur penting agar bisa diserap dengan mudah oleh tanaman.

Secara biologi, pupuk kompos adalah media yang baik bagi organisme tanah untuk
berkembang biak. Baik itu dari jenis mikroorganisme maupun satwa tanah lainnya.
Aktivitas mikroorganisme dan satwa tanah akan memperkaya tanah dengan zat
hara penting bagi tanaman.

Pupuk kompos yang baik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: (1) Baunya
sama dengan tanah, tidak berbau busuk, (2) Warna coklat kehitaman, berbentuk
butiran gembur seperti tanah, (3) Jika dimasukkan ke dalam air seluruhnya
tenggelam, dan air tetap jernih tidak berubah warna, (4) Jika diaplikasikan pada
tanah tidak memicu tumbuhnya gulma.

a. Proses pembentukan kompos


Material organik jenis apapun secara alami akan mengalami pelapukan dan
penguraian oleh ratusan jenis mikroorganisme (bakteri, jamur, ragi) dan satwa
tanah lainnya. Proses penguraiannya berjalan dengan reaksi aerob dan anaerob silih
berganti.

Pada proses aerob, selama proses pengomposan tidak timbul bau busuk dan akan
melepaskan energi dalam bentuk panas. Kenaikan suhu akibat panas yang dilepas
sangat menguntungkan bagi lingkungan mikroba aerob. Namun apabila panas
melebihi 65oC kebanyakan mikroba akan mati dan proses pengomposan berjalan
lambat. Sehingga perlu penurunan suhu dengan cara diaduk atau dibalik.

Pada proses anaerob reaksi berlangsung secara bertahap. Tahap pertama, beberapa
jenis bakteri fakultatif akan menguraikan bahan organik menjadi asam lemak.
Kemudian diikuti tahap kedua, dimana kelompok mikroba lain akan mengubah
asam lemak menjadi amoniak, metan, karbondioksida dan hidrogen. Panas yang
dihasilkan dalam proses anaerobik lebih rendah dibanding aerobik.

Secara umum tahapan pengomposan dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama
merupakan dekomposisi bahan organik yang mudah terurai, menghasilkan panas
yang tinggi dan berlangsung singkat. Kemudian diikuti fase kedua yaitu
penguraian bahan organik yang sulit terurai. Kedua fase tersebut menghasilkan
kompos segar. Kemudian fase ketiga berupa pematangan kompos menjadi ikatan
komplek lempung-humus yang hasilnya berupa kompos matang. Cirinya, tidak
berbau, remah, warna kehitaman, mengandung hara dan memiliki kemampuan
mengikat air.

b. Bahan baku pupuk kompos


Bahan baku kompos bisa diambil dari sisa-sisa tanaman dan atau kotoran hewan.
Masing-masing bahan memiliki kandungan unsur-unsur yang berbeda. Unsur-
unsur tersebut berfungsi sebagai zat hara yang diperlukan tanaman.

Sebelum membuat pupuk kompos, sebaiknya kita mengetahui tujuan pemupukan


terlebih dahulu. Kita harus tahu zat apa yang paling dibutuhkan oleh tanaman yang
sedang kita rawat. Misalnya, tanaman yang baru tumbuh membutuhkan unsur
nitrogen (N) yang lebih, sedangkan tanaman yang akan berbuah membutuhkan
unsur kalium (K) yang lebih.

Setelah kita tahu tujuan pemupukannya, baru ditentukan pupuk kompos seperti apa
yang butuhkan. Pupuk kompos tidak seperti pupuk kimia sintetis, dimana zat hara
yang terkandung dalam pupuk sudah jelas komposisinya. Pada pupuk kompos zat
hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam komposisi yang berbeda-beda.
Komposisinya tergantung pada bahan baku yang digunakan.

Meskipun begitu, kita bisa membuat pupuk kompos dengan komposisi zat hara
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kita bisa membuatnya dengan melakukan
pendekatan bahan baku. Setiap material organik memiliki kekhasan kandungan
unsur-unsur. Misalnya, jerami, hijauan dan kotoran ayam memiliki kandungan N
yang besar. Nah, bahan-bahan tersebut bisa kita jadikan kompos yang kaya akan
unsur N.

Berikut ini kompilasi kandungan unsur-unsur dari bahan organik yang biasa
dipakai untuk membuat kompos:

Anda mungkin juga menyukai