Anda di halaman 1dari 3

UPZIS RSUD KARAWANG mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” .


(MENUJU AMANAH UMMAT)
Apabila ada dana di luar zakat, maka kebutuhan distribusi dapat
dialokasikan, sekalipun tidak pada Ashnaf Tsamaniyah tersebut di atas. Begitu pun
Unit Pengelola Zakat di RSUD Karawang atau yang dikenal dengan apabila ada jenis-jenis atau bentuk-bentuk pendaya gunaan di luar fungsi substansi
singkatan UPZ ini, lebih dari setengah dekade sempat terhenti dalam dari zakat, maka peranan Infaq dan shadaqah ini mampu mengambil alih peranan
mempublikasikan keseluruhan aktivitasnya melalui penerbitan buletin. Di dalamnya, tersebut. Seperti pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana keagamaan
tidak hanya ajang apresiasi sebuah karya tulis religi, lebih dari itu dalam buletin ini yang tidak hanya ditujukan bagi Ashnaf Tsamaniyah saja. Maka dengan adanya
juga dijadikan sebagai sarana sosialisasi dan komunikasi antar komponen ummat pengembangan ini, UPZIS bisa lebih leluasa berkiprah mengentaskan masalah-
Islam yang ada di lingkungan RSUD Karawang. Last but not list, laporan keuangan masalah yang ada.
hasil pengumpulan dan pendistribusian dana zakat— yang nota bene, berasal dari Namun demikian, tidak kalah pentingnya adalah tuntutan profesionalitas bagi
para pegawai (Muzakki)1 RSUD Karawang—pun senantiasa dilampirkan. seluruh jajaran pengurus—selanjutnya disebut Amil zakat (bentuk tunggal dari
Dalam perjalanannya, Organisasi intern yang secara hirarki berada di Amilin)—dalam menyikapi perkembangan ini. Alih-alih atas nama kepentingan umat
lingkungan RSUD Karawang ini—yang bergerak khusus menerima, menghimpun dan yang lebih luas, akan tetapi melupakan dan menutup mata serta telinga terhadap
mengelola termasuk di dalamnya mendaya gunakan dana zakat tersebut —kini “jeritan” para Mustahiq (penerima zakat) yang terdekat dengan para muzakki
berupaya mengepakkan sayapnya dengan menerima dan mengelola Infaq dan (pembayar zakat) itu sendiri, yakni lingkungan RSUD Karawang. Tempat dimana para
shadaqah. Sebelumnya Infaq dan shadaqah yang ada, dimasukkan pada kas DTM muzakki ini bekerja dan menghasilkan harta. Pendaya gunaan dana zakat ini
Asy-Syifa RSUD Karawang. Hal ini dibuktikan dengan telah dicantumkannya seyogyanya dilakukan kepada Ashnaf Tsamaniyah yang terdekat dengan Muzakki
penambahan nama organisasi ini menjadi UPZIS, yang merupakan kependekan dari tersebut, hal ini sesuai dengan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor D-291 Th. 2000
Unit Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah. Dengan niat dan harapan, semoga Allah Pasal 13 ayat (5) jo. Kepmenag No. 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-
SWT memberikan kekuatan dan kemampuan kepada organisasi keagamaan ini untuk undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Bab V, Persyaratan
lebih meningkatkan jangkauan pendaya gunaannya dalam pengentasan berbagai Prosedur Pendayagunaan Hasil Pengumpulan Zakat, Pasal 28 ayat (1) yang
masalah ekonomoni, sosial, dan spiritual umat di dalam dan sekitar RSUD Karawang; berbunyi :
yang sebelumnya masih terbentur masalah legalitas formal; seperti adanya 1) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan
kebutuhan distribusi yang tidak dapat dilakukan, terkait batasan Ashnaf berdasarkan persyaratan sebagai berikut:
Tsamaniyah (8 Kelompok yang berhak menerima zakat)2. a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan ashnaf
Ashnaf Tsamaniyah ini, termaktub dengan penjelasan Pasal 16 ayat (2) yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan
Undang-undang No. 38 tahun 1999 sebagai hasil qanun atau kodifikasi dari Al-Quran ibnussabil;
surat At-Taubah ayat 60 berikut ini : b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
        kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan;
c. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.
            Makna “dekat” itu sendiri tentunya tidak sebatas dekat secara teritori akan
      tetapi dekat dalam pengertian yang lebih luas dan dalam dari sebatas teritori; yakni
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang masalah ekonomi yang ada di sekitar tempat Muzakki bekerja, masalah kebutuhan
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk dasar yang dekat dengan keseharian yang ditemui muzakki, bahkan juga masalah
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk seputar peningkatan spiritual mustahiq yang ada di sekitar Muzakki. Dalam hal ini
adalah lingkungan RSUD Karawang, baik teritori maupun bentuk-bentuk masalahnya.
1
Orang yang diwajibkan membayar zakat menurut Syariat Islam. Timbul pertanyaan: “Kenapa di lingkungan dalam dan sekitar RSUD Karawang ?”
2
Istilah Ashnaaf dipakai untuk menyebut kelompok yang berhak menerima zakat. Karena harta yang dihimpun pun di RSUD Karawang dan diambil dari para pegawai
Sedangkan istilah Mustahiq dipakai untuk menyebut individu yang berhak menerima zakat. RSUD karawang (yang telah masuk katagori Muzakki ). Bukan di tempat domisili
dimana para pegawai tersebut tinggal. Padahal bisa saja para pegawai tersebut tanggungannya6. Karena harta zakat itu adalah hartanya, bukan harta titipan atau
membayar zakatnya di UPZ wilayah domisilinya masing-masing. pun himpunan muzakki lain. Akan tetapi jika seorang Amil zakat melakukan pendaya
Alur berpikir seperti ini yang logis serta objektif dan seyogyanya dijadikan gunaan zakat, maka prosedurnya harus mengacu kepada ketentuan seorang Amil
acuan dasar bagi Amil zakat (pengurus) dalam mencari dan menentukan program- zakat, sebagai seorang yang diangkat oleh penguasa (pemerintah/negara) dengan
program distribusi yang akan digulirkan. Seandainya, alur berpikir ini tidak segala tugas dan tanggung jawabnya yang diatur dalam aturan perundang-undangan
diindahkan, maka sudah dapat dipastikan masing-masing Muzakki bahkan Amil zakat yang berlaku.
sekalipun, sama-sama berkeinginan untuk mendayagunakan harta zakatnya ke
Sebagai bahan perbandingan, berikut Firman Allah SWT :
tempat atau jenis masalah yang ada di wilayah domisilinya (tempat tinggal) masing-
masing. Kalau ini yang terjadi, maka eksistensi UPZIS di RSUD Karawang tentunya           
tidak menjadi wadah ummat yang didambakan kehadirannya. Karena tidak ada yang
           
menitipkan harta zakatnya ke UPZIS RSUD Karawang.
Pendaya gunaan yang dimaksud tentunya seiring dan sejalan dengan jenis-  
jenis mustahiq yang ada di lingkungan Rumah sakit. Sebut salah satu di antaranya “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta
adalah para pasien dan keluarganya yang terbukti jelas faqir atau miskinnya 3. Maka
kebutuhan yang mendesak selain pelayanan-pelayanan yang ada di rumah sakit— yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-
setelah ada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) —adalah biaya keseharian selama anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan."
dalam perawatan. Pendayagunaan zakat bisa membantu saudara-saudara seiman
kita yang jelas faqir atau miskinnya; meliputi kebutuhan makan, minum dan dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha
keperluan harian lainnya yang tidak dapat mereka penuhi selama di rumah sakit. mengetahuinya.” (al-Baqarah: 215).
Masih banyak bentuk-bentuk bantuan yang patut kita berikan yang sesuai dengan Firman Allah SWT di atas hanya cocok bagi Muzakki yang berniat
syari’at Islam dan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. menyalurkan zakat/sadaqahnya langsung. Akan tetapi ayat ini tidak menjadi
Di samping itu, kaitannya dengan prosedur pendaya gunaan zakat sering pegangan seorang Amil zakat untuk melegitimasi pendistribusian tersebut dengan
disalah artikan dengan istilah “ Dekat” tersebut identik dengan mustahiq dari mengutamakan kepada saudara-saudara Amil zakat tersebut, yang dekat dengan
“kerabat pengurus”, “yang diketahui pengurus”, “yang ada dalam tanggungan rumah tinggalnya, yayasan-yayasan yang didirikannya, teman-teman seprofesinya
pengurus”, “bawaan pengurus” dan hal-hal yang semakna lainnya. Dengan alasan yang dia kenal, orang tuanya sendiri, kerabatnya sendiri dan sebagainya. Kecuali, ia
“yang terdekat dengan kita” . Padahal harus dibedakan seorang Amil zakat dengan seorang Muzakki atas nama pribadi dan hartanya sendiri. Hal ini perlu diwaspadai
Muzakki sekalipun orangnya yang sama. Dilihat dari terminologi, menurut Syeikh karena harta zakat itu bukan milik amil zakat itu sendiri. Harta zakat itu milik
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin; Amil zakat adalah orang-orang yang diangkat umat dan lembaga yang diakui oleh negara dan agama. Sekalipun atas nama
oleh penguasa untuk mengambil zakat dari orang-orang yang berkewajiban untuk “membantu saudara” yang konon dalam Islam pun di anjurkan bahkan diperintahkan
menunaikannya lalu menjaga dan mendistribusikannya 4. Maka tentu peran dan seperti firman Allah SWT tersebut. Namun, apabila penafsirannya seperti itu maka
tanggung jawabnya akan berbeda. Jika seseorang atas nama Muzakki tidak jadi tidak tepat, bagi seorang amil zakat yang mendapat kepercayaan dari negara dan
masalah mendaya gunakan langsung5 kepada kerabat terdekat yang bukan agama. Sehingga pada gilirannya, tidak heran jika sebuah kementrian yang dulunya
departemen berlabelkan Agama di Republik ini, sempat mendapat peringkat pertama
3
Para Fuqoha membedakan antara faqir dan miskin. Berbeda dengan istilah dalam bahasa sebagai departemen/kementrian “Terkorup” di Indonesia. Hal ini terjadi karena salah
Indonesia; yang selalu disatukan, sehingga diartikan sama. Kriteria faqir dan miskin dalam menafsirkan ajaran-ajaran agama yang ada, bahkan sengaja “Mengakali” ilmu
menurut al- Mazdahib al- Arba’ah, dalam tulisan yang lain. pengetahuan agama yang mereka kuasai untuk sebesar-besarnya meraup
4
Majalis Syahri Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, cetakan Darul Hadits keuntungan duniawi semata, kepentingan dirinya, keluarganya dan kelompoknya.
Kairo, hal 163-164. Sehingga tidak heran memandang wajar atau baik, terhadap hal yang salah ataupun
5
Jumhur ulama tidak melarang seorang Muzakki menyalurkan langsung zakatnya, sekalipun
6
anjurannya adalah melalui amil zakat. Pembahasan status zakat pada kerabat keluarga, dalam tulisan yang lain.
buruk. Nepotisme dianggap “silaturahmi keluarga besar”, korupsi dianggap “rizki
tak terduga” dan kolusi dianggap “hadiah untuk menjalin persaudaraan” dan lain
sebagainya. nau‘udzu billah tsumma na’udzubillah . Semua itu tentunya bukan sebuah
kebenaran, akan tetapi lebih tepatnya adalah sebuah pembenaran; yakni usaha
“Mengakali” sebuah nilai keburukan menjadi bernilai baik, “mengakali” perbuatan
salah supaya dianggap benar, sebuah perbuatan sesuka hawa nafsunya.
Padahal jika kita menyadari betul nilai hakikinya dari harta zakat, maka kita
akan berpikir lebih dari sekali untuk memberikan harta zakat milik atau titipan ummat
itu, kepada keluarga atau kerabat kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ِ ٍ ‫ِ آِل‬
ُ ‫الص َدقَةَ اَل َتْنبَغي ِل حُمَ َّمد إِمَّنَا ه َي أ َْو َس‬
ِ ‫اخ الن‬
‫َّاس‬ َّ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya zakat tidak boleh zakat diberikan kepada keluarga Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, zakat adalah kotoran manusia.” 7.

UPZIS RSUD Karawang periode ini sebagai organisasi yang secara langsung
mengurus uang atau harta ummat, didambakan menjadi organisasi pertama yang
diridhai Allah SWT dan amanah yakni dipercaya ummat, dengan mengulirkan
program-progran distribusi yang aspiratif dan solutif serta objektif.

_________________________
Penulis adalah Dewan Pertimbangan UPZIS RSUD Karawang dan Penanggung jawab Pelayanan
Kerohanian Islam RSUD Karawang

7
(HR. Muslim 1072, An-Nasai 2609, dan yang lainnya)

Anda mungkin juga menyukai