Anda di halaman 1dari 2

International Food and Agribusiness Management Review

Volume 14, Issue 1, 2011


Market Access for Local Food through the Conventional Food Supply Chain
Getachew Abatekassa dan H. Christopher Peterson
Pasar makananan meningkat seiring berkembangnya globalisasi. Selama satu
dekade belakngan ini, rantai suplai makanan globlal telah berubah dari yang
awalnya retail-retail kecil yang berdiri sendiri kini telah berubah menjadi retail besar
yang memiliki operasi dengan sekala besar. Hal ini menekankan bahwa jangkuan
luas dari globalisasi kini di rasakan oleh beberapa sektor antara lain sektor sosial,
ekonomi dan lingkungan. Akibatnya sejumlah konsumen memilih makanan lokal dari
adanya dampak globalisasi ini. Munculnya sistem panganan lokal ini membuat
sekotor-sektor seperti sektor produksi, sektor pengelolaan dan sektor distribusi serta
sektor konsumsi menierima dampak dari pemilihan produk lokal ini. Para ahli
(Purcell, 2006) sempat menanyakan apakah tren menggunakan produk panganan
lokal ini akan bertahan lama ataukah ini hanya tren sosial masyarakat jaman
sekarang belaka.
Produksi panganan pada saat ini telah dikelola oleh pemerintah hingga pada tingkat
multinasional. Atau lebih tepatnya untuk dikhususkan kepada industri besar dan
bisnis-bisnis makanan besar. Sebaliknya pemerintah kurang begitu melirik produksi
panganan pada tingkat yang lebih kecil seperti grosisir dan pengecer. Atau tingkat
produksi panganan yang lebih alternatif seperti pasar petani, dan koperasi. Akibat
kecilnya daya beli dan dukungan dari pemerintah pada produksi panganan tingkat
menengah kebawah, para peneliti (Ilbery and Maye, 2005a; Morris and Buller, 2003;
Guptill and Wilkins, 2002) menyarankan agar pemerintah memberikan perhatian
lebih kepada sektor menengah ke bawah, agar sistem perekonomian tidak hanya
sistem produksi panganan saja melainkan semua sektor. Dapat berjalan semaksimal
mungkin sehingga swasembada pada tingkat level multinasional dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan.
Dibandingkan dengan supermarket dan grosir, pengecer lebih lokal yang
independen lebih banyak memiliki pengalaman dalam pengaaksesan dan sumber
mengenai makanan lokal. Jumlah produk makanan lokal yang dibeli oleh pengecer
ini, bagaimanapun juga tampaknya memang sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh
sejumlah faktor termasuk ukuran toko, kewajiban dan kekhawatiran keamanan
pangan, serta kualitas produk dan masalah logistik oleh pemasok terkait. Selain itu,
hubungan jangka panjang mereka saat ini dengan para pemasok regional dipandang
sebagai kendala utama untuk menciptakan hubungan yang baru dengan produsen
makanan lokal. Selain itu untuk supermarket, supermarket tentu membutuhkan
banyak sekali produk makanan lokal, dan tentu saja beberapa suplier produk
makanan lokal ada yang tidak bisa memenuhi permasalahan tersebut. Namun
beberapa hubungan antara produsen panganan lokal dengan beberapa supermarket
ada yang masih terbilang aman, hal ini karena asas kepercayaan. Seperti yang ada
pada literatur, kepercayaan merupakan kunci utama antara penjual dan pembeli.
Beberapa penulis menggambarkan kepercayaan sebagai mekanisme koordinasi
penting yang mengurangi ketidakpastian, dan sebagai prasyarat untuk mencapai
kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif (e.g., Cox et al., 2007). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan pasar makanan lokal dalam rantai
pasokan pangan konvensional tidak hanya tergantung pada kriteria pemilihan
supplier tradisional seperti harga, volume dan kualitas. Tetapi juga pada faktor-faktor
seperti kepercayaan, keandalan dan saling berbagi informasi (koneksi) yang
mempengaruhi hubungan jangka panjang. Dengan demikian bisa dikatakan dan
hipotesis bahwa menciptakan akses pasar yang layak untuk produk makanan lokal
melalui rantai pasokan konvensional terutama akan membutuhkan peningkatan
kemampuan berbagi informasi dari produsen makanan lokal dan pembentukan
hubungan berbasis kepercayaan dan keterkaitan dengan pembeli mereka . Hal ini
juga dapat dihipotesiskan dari temuan ini bahwa, dalam perbandingan, setidaknya di
daerah penelitian, makanan lokal memiliki akses pasar yang lebih baik melalui toko-
toko ritel lokal independen dari supermarket besar dan grosir. Makanan lokal dapat
digunakan oleh pengecer konvensional dan grosir untuk memenuhi tuntutan dari
beberapa basis pelanggan setia mereka.
Dalam rangka membangun saluran pasar jangka panjang yang berkelanjutan untuk
produk mereka dan hubungan yang lebih baik dengan pengecer, produsen makanan
lokal dan pemasok perlu mendapatkan kepercayaan dan reputasi dari pembeli
mereka. Produsen dapat membangun momentum dengan menjadi proaktif,
mengembangkan hubungan berbasis kepercayaan, dan memberikan informasi tepat
waktu dan valid pada pasokan dan pengiriman produk panganan. Produsen
makanan lokal khususnya dapat meningkatkan pangsa pasar mereka melalui
saluran ritel lokal dengan mengambil alih beberapa fungsi nilai tambah (misalnya,
menyortir produk awal, peningkatan mutu dan pengemasan yang menarik).
Dalam jangka panjang, produsen makanan lokal mungkin perlu saling berkolaborasi
untuk menyediakan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen
mereka. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah membentuk sebuah
asosiasi, mengikuti atau membentuk suatu koperasi atau ikut terjun dalam suatu
jaringan yang membantu mereka dalam sumber daya untuk memasarkan produk
mereka melalui jalur-jalur yang berbeda. Membeli dari organisasi pertanian atau
panca usaha tani atau koperasi akan membantu pembeli untuk mengurangi waktu
dan sumber daya yang dihabiskan untuk berbagai biaya tambahan lainnya. Rincian
pedoman dapat mencakup daftar persyaratan pembeli tertentu yang harus dipenuhi
oleh masing-masing produsen (misalnya, formalitas dan prosedur pada perjanjian
kontrak, penawaran, kualitas produk, harga, keamanan pangan, kewajiban,
pengaturan pengiriman) ketika memasok produk makanan lokal ke toko-toko
independen atau suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai