Anda di halaman 1dari 18

Metode(M3-Methode)

1) Aplikasi MPKP
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara di ruang IRNA III
B RSUD Kota Mataram yang dilakukan pada tanggal 29
juli 2019, metode keperawatan yang digunakan adalah
metode MPKP modular yaitu perpaduan antara Tim dan
primer, metode ini sudah diterapkan dengan baik. Di
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram menerapkan 1
orang yang menjadi kepala ruangan, 1 wakil karu,2 PP
(PP1 dan PP2), 4 orang penanggung jawab shif dan di
masing-masing penanggung jawab shif terdapat 3 atau
4 orang Perawat Asosiatif (perawat pelaksana)
dengan total perawat aktif diruanagan 22 orang.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram sudah menerapkan
MPKP Modifikasi Tim Primer (Modul) yang sudah
berjalan dengan cukup baik, namun belum
dimaksimalkan pada saat operan/timbang, supervise,
maupun discharge paling.
Struktur organisasi ruang IRNA III B
KARU
WAKIL KARU

PP I PP II

PA PA

PA PA

PA PA

PA PA

PA PA

PA PA

PA
PA
PA
PA
PA

PA
c) Kajian Pustaka
Menurut Grant and Massey dan Marquis & Huston,
jenis metode pemberian asuhan keperawatan telah
dijabarkan sebagai berikut:
1. Metode Kasus
Metode ini merupakan metode tertua (tahun
1880) dimana seorang klien dirawat oleh seorang
perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif dan tidak ada jaminan
bahawa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanankan untuk perawat Privat atau
untuk keperawatan khusus seperti di Ruang rawat
intensif.
 Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Sederhana dan langsung
2) Garis pertanggung jawaban jelas
3) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
4) Memudahkan perencanaan tugas
 Kekurangan dari metode ini adalah:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama
3) Tak dapat dilakukan oleh perawatt baru atau
kurang pengalaman
4) Mahal, perawat professional termasuk
melakukan tugas non professional

2. Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar
klien.Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas
yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang
berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap
tugas.Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat,
perawatan luka.Metode ini merupakan manajemen klasik
yang menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang lebih mudah.Semua prosedur
ditentukan untuk dipakai sebagai standar.Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada
perawat junior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan
secara fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang
dilakukan. Seecara kerja yang diawasi membosankan
perawat karena berorientasi pada tugas dan sisitem
ini baik dan berguna untuk situasi dimana Rumah
Sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain
asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada
masalah klien.
 Keuntugan dari metode ini adalah:
1) Lebih sedikit membutuhkan perawat
2) Efisien
3) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
5) Tunggu cepat selesai
 Kerugian dari metode ini adalah
1) Tidak efektif
2) Fragmentasi pelayanan
3) Membosankan
4) Komunikasi minimal
5) Tidak holistic
6) Tidak professional
7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat

3. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuahan
keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi
asuahan keperawatan untuk semua klien yang ada di
bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai
perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujun
perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan
yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff
yang tersedia.

 Keuntungan dari metode ini adalah:


1) Berikan kepuasan bagi perawat dan klien
2) Kemampuan anggota tim dikenal dan di
manfaatkan secara optimal
3) Komperehensip dan holitik
4) Produktif, kerjasama, komunikasi, dan moral
 Kerugian dari metode ini adalah:
1) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
2) Membutuhkan banyak kerja sama dan komunikasi
3) Membingungkan bila komposisi tim sering di
ubah
4) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh
perawat non professional
4. Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan
kerja terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua
staff keperawatan yang professional.Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab
penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari
pasien masuk sampe keluar dari rumah sakit,
mendorong peraktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana.
Penangung jawab dilaksanakan oleh perawat
primer (Primary/Nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6
klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24
jam dari klien masuk sampe dengan pulang.
 Kelebihan dari modal primer ini adalah:
1) Model ini bersipat kontinu dan komprehensif
dalam melakukan proses keperawatan kepada klien
2) Perawat primer mendapat akutabilitas yang
tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri
3) Pasien merasa di manusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
4) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan
tercpai pelayanan yang efektif terhadap
perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi.
 Kelemahan dari modal ini adalah model ini hanya
dapat dilaksankan oleh perawat yang dimiliki
pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan
kriteria:
1) Asertif
2) Mampu mengatur diri sendiri
3) Kempuan pengambilan keputusan yang tepat
4) Penguasaan klinik
5) Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan berbagai disiplin
5. Metode Modifikasi: MAKP Tim-Primer (Moduler)
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara
kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sitoris (2002)
penetapan system model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan berikut:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,
karena perawat primer harus mempunyai latar
belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni,
karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas
asuhan keperawatam terdapat pada primer, karena
saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D-3 Keperawatan, bimbingan tentang
asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer/ketua tim.

 Standar timbang terima:


1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
pasien (PP/Katim).
3)Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
4)Informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat,sistematis dan menggambarkan kondisi pasien
saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5)Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien
6)Pada saat overan di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu
yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara lansung didekat klien
7)Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu:
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan tanggung jawab. Meliputi factor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan dating melakukan pertukaran informasi.
Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang mungkin adanya komunikasi
dua arah anatar perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien lansung.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan
pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam.
2002):
a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan.
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi:
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampain operan di atas (point c) harus dilakukan
secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara lansung melihat keadaan klien.
 Efek Shift Kerja atau Operan
Shift kerja atau operan memiliki efek-efek yang
sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai
pemberi pelayanan kepada pasien. Efek-efek dari shift
kerja atau operan:
a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak
seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya
diperlukan waktu istirahat umtuk menebus kurang
tidur selama kerja malam.Menurunnya kapasitas fisik
kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan
lelah.Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang,
kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam
masyarat.Saksonno (1991) mengemukakan pekerjaan
malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang
biasanya dilakukan pada siang atau sore
hari.Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atai tidur, sehinggga
tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikologis. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilau kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali pemantauan.
d) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi pada
usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
maalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah
bagi penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift erja terhadap kesehatan
dan keselamatan krja yang dilakukan Smith et. Al
(dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi
shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kcelakaan 0,69% pertenaga kerja. Tetapi tidak semua
penilaian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industry terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cendrung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.

1) RONDE KEPERAWATAN
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, di
IRNA III Bjarang dilakukan ronde keperawatan
dikarenakan adanya beberapa kendala seperti jadwal
visite dokter yang tidak menentu dan kesiapan dari
tenaga medis maupun paramedis lainnya
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3
hari di ruang IRNA III BJarang dilakukan ronde
keperawatan.
c) Kajian Teori
Ronde keperawatan merupakan metode untuk
menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dengan melibatkan
tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan
melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan.

4) PROGRAM SENTRALISASI OBAT


a) Kajian data
Berdasarkan observasi dan wawancara alur
sentralisasi obat yang terdapat di Ruang IRNA III B
RSUD Kota Mataram berawal dari adanya resep yang
dibuat oleh dokter yang kemudian diberikan kepada
keluarga selanjutnya obat diambil ke bagian farmasi
setelah obat didapatkan, obat tersebut diserahkan ke
tenaga kesehatan (perawat) diruangan, kemudian
perawat ruangan menerima obat dan disimpan dilemari
obat (loker), kecuali obat oral langsung diberikan ke
keluarga pasien oleh bagian farmasi (apoteker) dan
telah dijelaskan dosis, kegunaan, dan efek dari obat.
b) Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2002). Tujuan penggelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah
beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal
obat standar yang lebih murah dengan mutu yang
terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang
sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat
“hanya untuk mencoba”
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa
untuk minum
6. Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan,
sehingga banyak yang tersisa sesudah batas
kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan
obat menjadi tidak efektif
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena
cahaya ataupanas
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan)
terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai
berlebihan atau dicuri(Mc. Mahon, 1990).
Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi):
1. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat.
2. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan
kepada staf yang ditunjuk
3. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
menggontrol penggunaan obat
4. Penerimaan obat
5. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada
perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
obat.
6. Perawat menuliskan nama pasien, register jenis
obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu
kontrol, dan diketahui (ditanda tangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluar
pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan
atau bila obat tersebut akan habis, serta
penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis, waktu, pasien
dan cara pemberian).
7. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan
salinan obat yang harus diminum beserta kartu
sediaan obat
8. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan
oleh perawat dalam kontak obat.
Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Farmasi/apotik

Pasien/keluarga
- Surat perstujuan
setralisasi obat
dari perawat
PP/Perawat yang menerima - Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat
Pengaturan & pengelolaan
obat oleh perawat

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga
Pembagian Obat Perawat

Bagan 2.1 sentralisasi obat


a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan
oleh perawat dengan memperhatikan aluryang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih
dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan
dokter dan kartu obat yang ada pada pasien
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap
pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk
kepada dokter penanggung jawab pasien.
 Penambahan Obat Baru
a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,
dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka
informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat
dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan
obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu
saja)
 Obat Khusus
a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki
harga, yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian
yang cukup, besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu/sewaktu saja.
b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim
c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga,
nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek
samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga
setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat.
 Menyimpan Persediaan Obat
a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat,
jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien
pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur
dengan baik merupakan bagian penting dari manejemen
obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
b) Sistem kartu persediaan.
Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-
kadang digunakan untuk menggantikan buku besar
persediaan.Kartu ini berfungsi seperti seperti buku
besar persediaan, yakni neraca dikeseirnbangkan dengan
menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan
jumlah barang ditempatkan pada, halaman yang terpisah,
tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-msing
barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c) Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan
penerangan lemari obat serta lemari pendingin.Periksa
persediaan obat, pemisahan antara, obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar (pedoman,
1990).Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan
manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai
salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak
dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan
tertentu.Obat harus ada, dalam persediaan setiap rumah
sakit sebagi bahan utama dalam rangka mencapai misi
utamanya sebagai health provider.Menejemen farmasi
rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang
dilaksanakan di bidang farmasi sebagi salah satu
penunjang untuk tercapainya tujuan. Upaya dan kegiatan
ini meliputi: penetapan standart obat, perencanaan,
pengadaan obat, penyimpanan,
pendistribusian/saran/informasi tentang obat,
monitoring efek camping obat. Faktor kunci yang perlu
diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien meliputi:
pelayanan yang cepat, ramah yang baik (Yoga, 2003).
Obat akan memberi manfaat kepada para pengguna dan juga
bermanfaat dalam pengendalian biaya runah sakit.
Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume,
harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping
seperti kadaluarsa dan rusak, tujuan obat adalah
penggunaan obat yang tepat untuk pasien yang memerlukan
penggobatan.Obat-obatan dikeluarkan dari tempat
penyimpanan yang terkunci atau dari lemari penyimpanan,
oleh orang bertugas menangani persediaan obat kepada
bagian yang menggunakan. Obat digunakan secara teratur
dan dalam jumlah yang diketahui: hal ini memungkinkan
pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan obat.
Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi pengeluaran
obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan
melakukan pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat
dengan pengobatan pasien, segera sadar akan
ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa
perubahan pemakaian obat.

5) SUPERVISI
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruang IRNA IIIB yang dilakukan pada tanggal 29
Juli 2019, kepala ruangan mengatakan supervisi
keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan standart
keperawatan, Namun supervisi yang dilakukan di
Ruang IRNA III B hanya bersifat tidak langsung
sesuai dengan keadaan ruangan dan tidak ada
penjadwalan yang rutin tentang kegiatan supervisi
karna apabila terjadwal perawat bisa menyiapkan
dirinya, supervisi yang dilakukan biasanya
dilakukan dengan sitem razia dan kapanpun bisa
dilakukan baik itu pagi, siang maupun tengah
malam, selain itu tidak ada pendokumentasian
kegiatan yang sudah di supervisi, rumah sakit juga
memiliki seksi keperawatan yang setiap hari
melakukan supervisi ke setiap ruangan
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi supervisi sudah
dilakukan dengan system razia dan tidak menentu
oleh kasi keperawatan RSUD Kota Mataram, supervisi
juga dilakukan oleh kepala ruangan.
b) Kajian Teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang di
supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Sudjana, 2012).
6) Masalah Yang Muncul
a. Ronde keperawatan jarang dilakukan
b. Jam Kerja perawat yang kurang
a.Sumber Dana (M4-Money)
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IRNA III
B RSUD Kota Mataramsumber dana untuk operasional
berasal dari BLUD, anggaran BPJS, umum dan dinas
sosial. Tidak ada sumber dana lain. Sehingga berdampak
pula pada minimnya anggaran operasional.Dan
pengelolaan keuangan tidak dilakukan secara mandiri
oleh ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram.Segala
kebutuhan dilakukan dengan penyusulan ulang dari
ruangan yang di sampaikan ke perawatpenunjang yang
kemudian perawat penunjang menyampaikan ke bagian
keuangan dengan menyesuaikan dengan kondisi keuangan
yang ada.Kemudian standarisasi gaji tenaga perawat
belum menggunakan standar UMR. Gaji tenaga perawat
PNS: Gaji pokok PNS + Remunerasi, sedangkan untuk
perawat kontrak: Gaji kontrak + Remunerasi.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari perawat
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram bahwa ruangan
mempunyai catatan untuk uang iuran (KAS) setiap
bulannya.

- Observasi
Tabel 2.12 Distribusi Pasien Yang Berkunjung
Menggunakan Jasa Kesehatan di Ruang IRNA III B RSUD
Kota Mataram Pada bulan Mei-Juli 2019

Presentase
Sumber Dana Jumlah
NO (%)
1 BPJS 545 90,38%
2 Umum 52 8,62%
3 DINSOS 6 1%
603 100%
Jumlah

b) AnalisaData
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sumber dana
pada bulan Mei-Juli 2019di ruang IRNA III B RSUD Kota
Mataramterbanyak dari BPJS dengan presentase 90,38% dan
terkecil didapat dari DINSOS dengan presentase 1%.

c) Kajian Pustaka
Sesuai dengan ketentuan umum PP No. 6 Tahun 2000
perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana
diatur dalam UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya
oleh pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi
rumah sakit perjan tetap merupakan aset dari Depkes.
Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta
dibentuk dewan pengawas untuk melakukan pengawasan (Djoyo
Sugito, 2002).
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam
kaitaan tersebut agar pelayanan Rumah Sakit dapat
berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh
masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis, non medis atau jasa
pemborongan.
 Sumber dana Rumah Sakit yaitu:
1) Daftar isian proyek pemerintah pusat dari anggaran
pendapatan Belanja Negara (APBN)
2) Daftar isian kegiatan dari anggaran pendapatan
belanja negara
3) Pendapatan fungsional dari pendapatan pelayanan
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai