1) Aplikasi MPKP
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara di ruang IRNA III
B RSUD Kota Mataram yang dilakukan pada tanggal 29
juli 2019, metode keperawatan yang digunakan adalah
metode MPKP modular yaitu perpaduan antara Tim dan
primer, metode ini sudah diterapkan dengan baik. Di
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram menerapkan 1
orang yang menjadi kepala ruangan, 1 wakil karu,2 PP
(PP1 dan PP2), 4 orang penanggung jawab shif dan di
masing-masing penanggung jawab shif terdapat 3 atau
4 orang Perawat Asosiatif (perawat pelaksana)
dengan total perawat aktif diruanagan 22 orang.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram sudah menerapkan
MPKP Modifikasi Tim Primer (Modul) yang sudah
berjalan dengan cukup baik, namun belum
dimaksimalkan pada saat operan/timbang, supervise,
maupun discharge paling.
Struktur organisasi ruang IRNA III B
KARU
WAKIL KARU
PP I PP II
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
c) Kajian Pustaka
Menurut Grant and Massey dan Marquis & Huston,
jenis metode pemberian asuhan keperawatan telah
dijabarkan sebagai berikut:
1. Metode Kasus
Metode ini merupakan metode tertua (tahun
1880) dimana seorang klien dirawat oleh seorang
perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif dan tidak ada jaminan
bahawa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanankan untuk perawat Privat atau
untuk keperawatan khusus seperti di Ruang rawat
intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Sederhana dan langsung
2) Garis pertanggung jawaban jelas
3) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
4) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama
3) Tak dapat dilakukan oleh perawatt baru atau
kurang pengalaman
4) Mahal, perawat professional termasuk
melakukan tugas non professional
2. Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar
klien.Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas
yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang
berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap
tugas.Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat,
perawatan luka.Metode ini merupakan manajemen klasik
yang menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang lebih mudah.Semua prosedur
ditentukan untuk dipakai sebagai standar.Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada
perawat junior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan
secara fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang
dilakukan. Seecara kerja yang diawasi membosankan
perawat karena berorientasi pada tugas dan sisitem
ini baik dan berguna untuk situasi dimana Rumah
Sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain
asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada
masalah klien.
Keuntugan dari metode ini adalah:
1) Lebih sedikit membutuhkan perawat
2) Efisien
3) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
5) Tunggu cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah
1) Tidak efektif
2) Fragmentasi pelayanan
3) Membosankan
4) Komunikasi minimal
5) Tidak holistic
6) Tidak professional
7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat
3. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuahan
keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi
asuahan keperawatan untuk semua klien yang ada di
bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai
perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujun
perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan
yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff
yang tersedia.
1) RONDE KEPERAWATAN
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, di
IRNA III Bjarang dilakukan ronde keperawatan
dikarenakan adanya beberapa kendala seperti jadwal
visite dokter yang tidak menentu dan kesiapan dari
tenaga medis maupun paramedis lainnya
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3
hari di ruang IRNA III BJarang dilakukan ronde
keperawatan.
c) Kajian Teori
Ronde keperawatan merupakan metode untuk
menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dengan melibatkan
tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan
melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan.
Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Farmasi/apotik
Pasien/keluarga
- Surat perstujuan
setralisasi obat
dari perawat
PP/Perawat yang menerima - Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat
Pengaturan & pengelolaan
obat oleh perawat
Pasien/keluarga
Pembagian Obat Perawat
5) SUPERVISI
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruang IRNA IIIB yang dilakukan pada tanggal 29
Juli 2019, kepala ruangan mengatakan supervisi
keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan standart
keperawatan, Namun supervisi yang dilakukan di
Ruang IRNA III B hanya bersifat tidak langsung
sesuai dengan keadaan ruangan dan tidak ada
penjadwalan yang rutin tentang kegiatan supervisi
karna apabila terjadwal perawat bisa menyiapkan
dirinya, supervisi yang dilakukan biasanya
dilakukan dengan sitem razia dan kapanpun bisa
dilakukan baik itu pagi, siang maupun tengah
malam, selain itu tidak ada pendokumentasian
kegiatan yang sudah di supervisi, rumah sakit juga
memiliki seksi keperawatan yang setiap hari
melakukan supervisi ke setiap ruangan
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi supervisi sudah
dilakukan dengan system razia dan tidak menentu
oleh kasi keperawatan RSUD Kota Mataram, supervisi
juga dilakukan oleh kepala ruangan.
b) Kajian Teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang di
supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Sudjana, 2012).
6) Masalah Yang Muncul
a. Ronde keperawatan jarang dilakukan
b. Jam Kerja perawat yang kurang
a.Sumber Dana (M4-Money)
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IRNA III
B RSUD Kota Mataramsumber dana untuk operasional
berasal dari BLUD, anggaran BPJS, umum dan dinas
sosial. Tidak ada sumber dana lain. Sehingga berdampak
pula pada minimnya anggaran operasional.Dan
pengelolaan keuangan tidak dilakukan secara mandiri
oleh ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram.Segala
kebutuhan dilakukan dengan penyusulan ulang dari
ruangan yang di sampaikan ke perawatpenunjang yang
kemudian perawat penunjang menyampaikan ke bagian
keuangan dengan menyesuaikan dengan kondisi keuangan
yang ada.Kemudian standarisasi gaji tenaga perawat
belum menggunakan standar UMR. Gaji tenaga perawat
PNS: Gaji pokok PNS + Remunerasi, sedangkan untuk
perawat kontrak: Gaji kontrak + Remunerasi.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari perawat
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram bahwa ruangan
mempunyai catatan untuk uang iuran (KAS) setiap
bulannya.
- Observasi
Tabel 2.12 Distribusi Pasien Yang Berkunjung
Menggunakan Jasa Kesehatan di Ruang IRNA III B RSUD
Kota Mataram Pada bulan Mei-Juli 2019
Presentase
Sumber Dana Jumlah
NO (%)
1 BPJS 545 90,38%
2 Umum 52 8,62%
3 DINSOS 6 1%
603 100%
Jumlah
b) AnalisaData
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sumber dana
pada bulan Mei-Juli 2019di ruang IRNA III B RSUD Kota
Mataramterbanyak dari BPJS dengan presentase 90,38% dan
terkecil didapat dari DINSOS dengan presentase 1%.
c) Kajian Pustaka
Sesuai dengan ketentuan umum PP No. 6 Tahun 2000
perjan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana
diatur dalam UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya
oleh pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi
rumah sakit perjan tetap merupakan aset dari Depkes.
Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta
dibentuk dewan pengawas untuk melakukan pengawasan (Djoyo
Sugito, 2002).
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam
kaitaan tersebut agar pelayanan Rumah Sakit dapat
berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh
masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis, non medis atau jasa
pemborongan.
Sumber dana Rumah Sakit yaitu:
1) Daftar isian proyek pemerintah pusat dari anggaran
pendapatan Belanja Negara (APBN)
2) Daftar isian kegiatan dari anggaran pendapatan
belanja negara
3) Pendapatan fungsional dari pendapatan pelayanan
rumah sakit.