TINJAUAN TEORITIS
1) Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan
positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah
tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator hidup, mengantarkan
aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Keterbatasan
utama dengan ventilator jenis ini adalah bahwa volume udara
atau oksigen dapat beagam sejalan dengan perubahan tahanan
atau kompliens jalan napas pasien. Akibatnya adalah suatu
ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan
dan kemungkinan mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada
orang dewasa, ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya
untuk penggunaan jangka pendek di ruang pemulihan. Jenis yang
paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB.
2) Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan
inspirasi setelah waktu yang ditentukan. Volume udara yang
diterima pasien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi
aliran udara. Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi
kontrol yang menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-
pensiklus murni jarang digunakn untuk orang dewasa. Ventilator
ini digunakan pada neonatus dan bayi.
3) Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator
tekanan-positif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan
ventilator jenis ini, volume udara yang akan dikirimkan pada
setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala volume preset ini
telah dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi
terjadi secara pasif. Dari satu nafas ke nafas lainnya, volume
udara yang dikirimkan oleh ventilator secara relatif konstan,
sehingga memastikan pernapasan yang konsisten, adekuat meski
tekanan jalan nafas beragam.
2.1.3 Gambaran dan Pengesetan Volume Vetilator
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada
ventilator mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa
nyaman dan ”dalam harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal
dari dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume
ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan
terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan
kardiovaskuler. Pengesetan awal ventilator setting :
1. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15
ml/kg).
2. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah
untuk mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan
ini dapat diatur tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan
pada hasil pemeriksaan gas darah arteri.
3. Catat tekanan inspiratori puncak.
4. Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan
frekuwensi sesuai dengan program medik dokter.
5. Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan
sensivitasnya sehingga pasien dapat merangsang ventilator dengan
upaya minimal (biasanya 2 mmHg dorongan inspirasi negatif).
6. Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida
(PCO2) dan PO2, setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.
7. Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil
pemeriksaan gas darah arteri atau sesuai dengan yang ditentukan
oleh dokter.
8. Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking”
ventilator karena alasan yang tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia
dan ventilasikan manual pada oksigen 100% dengan bag resusitasi.
2.1.4 Indikasi Ventilasi Mekanis
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2),
peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis
persistem (penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan
diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan
menggunakan ventilator mekanis.
1) Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue)
maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen
merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah
mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum
terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan
disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi.
Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia)
maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
2) Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki
kelainan pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik
dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada system
pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja
napas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps.
Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja system
pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3) Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami
apnoe berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu
ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien.
Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi
pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4) Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi
dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko
terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative
sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan
ventilator dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa
adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan
dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar
10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit
dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh
ventilator ke pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting
antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance,
dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu
mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien
PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal
volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting.
Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan
time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara
inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke pasien.
Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk
memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama
setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa
gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk
memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi
dengan ekspirasi
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan udara pernapasan
4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang
merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi.
Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama
atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan
PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan
dari ventilator volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam
memberikan volume tidal pernapasan yang telah disetting
permenitnya.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar
usaha yang diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai
ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2
sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah
antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity
maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan.
Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan
untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator
disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure
sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas
spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang
tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem
alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya
masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan
dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan
lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm
jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang
dalam kondisi siap.
i. Positive end respiratory pressure (PEEP)
j. PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif
pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan
kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
2.1.5 Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanis
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma
dan otot intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan
terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru,
sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator
mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga
tekanan sselama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan
intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam
rongga thorax paling positif.
5. Pengkajian Peralatan
Pengkajian peralatan. Ventilator juga harus dikaji untuk
memastikan bahwa ventilator berfungsi dengan tepat dan bahwa
pengesetannya telah dibuat dengan tepat. Meski perawat tidak
benar-benar bertanggung jawab terhadap penyesuaian pengesetan
pada ventilator atau pengukuran parameter ventilator (biasanya ini
merupakan tanggung jawab dari ahli terapi pernapasan). Perawat
bertanggung jawab terhadap pasien dan karenanya harus
mengevaluasi bagaimana ventilator mempengaruhi status pasien
secara keseluruhan.
2.2.2 Penatalaksanaan
2.2.2.1 Prehospitalisasi
Penatalaksanaan pada ventilasi mekanik sebelum di
rumahsakit tidak diketemukan, karena pemasangan ventilator
baru dilakukan di rumah sakit.
2.2.2.2 Hospitalisasi
Dalam pemberian ventilator sebagai tenaga kesehatan
tentunya mempunyai beberapa prosedur.Prosedur dalam hal
pemberian ventilator sebelum dipasang adalah dengan
melakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan
pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan
awal adalah sebagai berikut:
1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
2. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
3. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan
positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien
yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah
atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh
tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh
respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas
darah (Blood Gas).
Bila selama pengobatan serta perawatan di ruang
ICCU ini keadaan umum pasien membaik maka akan
dilakukan penyapihan pada pasien.Penyapihan ini adalah
menurunkan secara perlahan set-set dalam
mesin ventilator dan disesuaikan dengan kondisi pasien
dan bertujuan agar mesin ventilator itu bisa dilepas dan
pasien tidak tergantung kepada mesin ventilator
2.2.2.3 Evalusi
1. Status Oksigenasi
2. Parameter PaO2, SpO2
3. Mencapai PaO2, SpO2 yang diinginkan dgn FiO2 terendah
4. Variabel FiO2, Mean airway pressure, I:E ratio
5. Bila perlu ditambah PEEP
6. Status Ventilasi
7. Parameter PaCO2
8. Variabel tidal volume, rate, dead space
9. Atur minute volume untuk PaCO2 yang diinginkan
10. Waspada efek samping
11. Perubahan mode
12. CMV - ACV - SIMV - PS/VS - CPAP - weaning
13. Tergantung kondisi penderita, perbaikan atau perburukan
yang terjadi
14. Status hemodinamik (Terjadi gangguan hemodinamik pada
awal ventilasi mekanik)
15. Perubahan tekanan negatif ke positif VR, SV, CO, tensi
16. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi katekolamin , tonus
simpatis , tonus vaskuler
Pemberian sedativa : tonus simpatis , tonus vaskuler
1. Hipovolemia
2. Terapi vasoaktif dan cairan
Rencana Perawat Terintegrasi
1. Terapi IV
2. Imobilitasi
3. Rencana perawat untuk pasien-pasien yang mengalami
gangguan spesifik
2.2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei pusat
pernafasan
c. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
benda asing pada trakea
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
kelemahan neuromuskuler
e. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan
pertahanan utama
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana
keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan
keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan
setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan
keperawatan secara independent, dependent, dan interdependent.
Tindakan independent yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan
lainnya. Tindakan dependent ialah tindakan yang berhubungan dengan
tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain.
Tindakan interdependent ialah tindakan keperawatan yang
memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi,
radiologi,fisioterapi dan lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu
diperhatikan ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan
napas, Kerusakan pertukaran gas, Resiko tinggi kekurangan volume
cairan, Ansietas/ketakutan, dan Kurangnya pengetahuan mengenai
kondisi.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang
dapat digunakan sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan
keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna untuk menilai setiap
langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam
mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam
menentukan keefektifan rencana atau perubahan dalam membantu
asuhan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri
pulmonal, dan tanda-tanda vital adekuat.
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang
minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi seperti yang dibuktikan dengan suhu
tubuh dan jumlah sel darah putih.
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesantertulis, gerak tubuh,
alat komunikasi lainnya.
6. Dapat mengatasi masalah secara efektif