DISUSUN OLEH:
Kas kecil xx
Kas
2. Melakukan pembayaran
xx dari dana
Penjaga dana kas kecil memiliki wewenang untuk melakukan pembayaran
dari dana sesuai dengan kebijakan manajemen. Setiap pembayaran dari
dana harus didokumentasikan pada tanda terima kas kecil yang telah diberi
penomoran sebelumnya (voucher kas kecil).
Untuk metode imprest tidak ada pencatatan akuntansi saat dilakukan
pembayaran dari dana kas kecil, hal ini dianggap tidak perlu. Sebagai
gantinya, pengaruh akuntansi atas setiap pembayaran diakui ketika dana
diisi ulang.
Untuk metode fluktuasi diperlukan pencatatan akuntansi saat dilakukan
pembayaran dari dana kas kecil.
Contoh : perusahaan “X” membayar beban listrik, air dan telepon bulan
November sebesar Rp 250.000,00. Maka pencatatannya:
Beban listrik, air dan telepon Rp 250.000,00
Kas kecil Rp 250.000,00
Atau dengan kata lain:
Beban..... xx
Kas kecil
3. Mengisi ulang dana
xx
Ketika uang pada kas kecil mencapai tingkat minimum, dana diisi ulang
yang diusulkan oleh penjaga dana kas kecil.
Untuk metode imprest, maka pencatatannya adalah
Beban ..... xx
Beban ..... xx
Kas
xx
Contoh : asumsi tanggal 15 Maret penjaga kas kecil meminta cek sebesar
Rp 870.000,00. Dana terdiri atas uang tunai Rp 130.000,00 dan tanda
terima kas kecil untuk benda pos Rp 440.000,00, biaya angkut Rp
380.000,00 dan beban lain-lain Rp 50.000,00. Maka ayat jurnal umuj yang
diperlukan adalah
Beban pos Rp 440.000,00
Biaya angkut Rp 380.000,00
Beban lain-lain Rp 50.000,00
Kas Rp 870.000,00
Perlu diperhatikan bahwa akun kas kecil tidak dipengaruhi oleh ayat
reimbursement. Pengisian ulang mengubah komposisi penggunaan dana
melalui penggantian tanda terima kas kecil dengan kas, hal ini tidak
mengubah saldo dana.
Untuk metode fluktuasi, maka pencatatannya adalah
Kas kecil xx
Kas
Perbedaan pencatatan
xx dalam mengisi ulang dana kas kecil antara metode
fluktuasi dengan metode imprest terletak pada akun yang didebit, untuk
sistem fluktuasi menggunakan akun kas kecil karena besarnya dana kas
kecil berubah-ubah sesuai dengan transaksi yang bersangkutan dan setiap
terjadi perubahan jumlah uang dalam kas kecil selalu diadakan pencatatan.
Selain itu juga terdapat pencatatan pada saat terjadi selisih kas. Selisih kas
ini terjadi karena selisih antara kas menurut catatan dengan kas menurut
perhitungan secara fisik. Jika menurut perhitungan secara fisik lebih besar
dari kas menurut catatan disebut selisih kas lebih, dan jika kas menurut
perhitungan secara fisik lebih kecil dari catatan disebut selisih kas kurang.
Pencatatannya selisih kas:
Selisih kas lebih, maka dibukukan dengan jurnal :
Kas Rp xx
Selisih kas Rp xx
Selisih kas lebih dilaporkan pada laporan laba rugi sebagai pendapatan
lain-lain.
Selisih kas kurang, dibukukan dengan jurnal :
Selisih kas Rp xx
Kas Rp xx
Selisih kas kurang dilaporkan pada laporan laba rugi sebagai beban lain-
lain.
5. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERNAL KAS
Pengendalian internal kas adalah rencana organisasi serta beberapa metode
dan prosedur yang diadopsi perusahaan dalam rangka melindungi asetnya dari
pencurian, perampokan, dan penyalahgunaan oleh karyawan serta untuk
meningkatkan keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi yang dapat
dilakukan dengan menurunkan risiko kesalahan (kesalahan yang tidak
disengaja) dan ketidakteraturan (kesalahan yang disengaja dan
kesalahpahaman) dalam proses akuntansinya.
6. PRINSIP PENGENDALIAN INTERNAL KAS
Prinsip-prinsip pengendalian internal kas meliputi :
1. Pembentukan tanggung jawab
Penyerahan tanggung jawab kepada karyawan tertentu merupakan salah
satu karakteristik penting dalam pengendalian internal kas, dimana
pengendalian akan paling efektif jika hanya seseorang yang bertanggung
jawab pada sebuah pekerjaan tertentu. Pembentukan tanggung jawab juga
termasuk otorisasi dan persetujuan transaksi.
2. Pemisahan tugas
Pemisahan tugas adalah pemisahan fungsi atau pembagian kerja yang
merupakan hal yang tidak terelakkan dalam sistem pengendalian internal
kas yang memiliki penerapan bahwa aktivitas-aktivitas terkait baik dalam
hal pembelian maupun penjualan seharusnya ditugaskan ke orang yang
berbeda-beda karena ketika seseorang ditugaskan untuk seluruh aktivitas
terkait, maka potensi kesalahan dan ketidakteraturan akan meningkat.
Selain itu, penciptaan akuntabilitas (dengan pencatatan) atas aset
seharusnya terpisah dari penjagaan fisik aset tersebut karena ketika
seseorang melakukan pencatatan aset yang seharusnya ada, dan orang
yang berbeda yang melindungi aset, pelindung aset tersebut tidak akan
menggunakan aset untuk kepentingan pribadi.
3. Prosedur dokumentasi
Dokumen merupakan bukti bahwa transaksi dan peristiwa sudah terjadi,
dimana dokumentasi transaksi seharusnya dibuat ketika transaksi terjadi,
dan dokumentasi peristiwa yang akan berpengaruh pada ayat penyesuaian
dibuat ketika dilakukan penyesuaian. Sehingga memiliki prosedur
dokumentasi yang perlu diterapkan meliputi dokumen seharusnya diberi
nomor terlebih dahulu (prenumbered), dan seluruh dokumen seharusnya
dihitung serta dokumen sumber untuk jurnal akuntansi seharusnya
diserahkan dengan benar ke departemen akuntansi. Pengendalian ini
membantu penjaminan pencatatan transaksi secara tepat waktu.
4. Pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik
Pengendalian ini terkait dengan perlindungan aset, sebagian mempertinggi
keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansi. Contoh pengendalian
fisik berupa pengaman, gudang bawah tanah, kotak deposit pengaman
untuk kas dan kertas usaha, gudang dan kabinet penyimpanan untuk
persediaan dan pencatatan dikunci serta fasilitas komputer dengan kunci
pas atau pemindai sidik jari atau pemindai bola mata. Contoh
pengendalian mekanik dan elektronik berupa alarm pencegah invasi,
monitor televisi dan sensor tekstil untuk menghalangi pencurian, serta
mesin absen untuk mencatat jadwal kerja.
5. Verifikasi internal independen
Verifikasi internal independen sangat berguna khususnya pada
perbandingan pelaporan aset yang ada untuk menjamin akuntabilitas.
Prinsip ini melibatkan tinjauan, perbandingan, dan rekonsiliasi data yang
dibuat oleh karyawan lain yang seharusnya dilaksanakan setiap periodik
atau mendadak oleh seorang yang independen atas karyawan yang
bertanggung jawab atas informasi terkait, biasanya di perusahaan besar
ditugaskan kepada auditor internal, sehingga apabila terjadi perselisihan
dan pengecualian dapat dilaporkan di tingkat manajemen yang dapat
memberikan tindakan korektif.
6. Pengendalian lainnya
Pengendalian lainnya meliputi pengikatan karyawan yang memegang kas
dengan melibatkan perolehan asuransi perlindungan atas ketidaktepatan
penggunaan aset oleh karyawan yang tidak jujur dan perotasian tugas
karyawan dan meminta karyawan untuk mengambil cuti.