Edisi:
Edisi-edisi yang ada
Indonesia
Jadi penulis
Mendaftar sebagai pembaca
Masuk
1. ajri Fadhillah
Peneliti Hukum pada Divisi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Indonesian
Center for Environmental Law (ICEL)
Pengungkapan
Fajri Fadhillah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi
mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain
yang telah disebut di atas.
Mitra
Kebijakan saat ini tidak memberikan target yang memadai dan dianggap
terlalu rendah untuk mencapai kualitas udara yang baik bagi kota Jakarta.
Evaluasi target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
(DKI) Jakarta untuk tahun 2017-2022 menargetkan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) yaitu indeks yang menilai kualitas air, udara,
dan tutupan lahan mencapai 38.27 pada tahun 2022, meningkat dari 36.41
pada tahun 2017.
Hal ini juga berarti PM2.5 merupakan pencemar udara yang dominan
dibandingkan empat polutan lainnya bagi Jakarta. Sehingga, sangat tidak
masuk akal untuk tidak memasukkan parameter PM2.5 untuk monitoring
kualitas udara.
Artinya, untuk menurunkan jumlah PM2.5 dan O3, kita tetap harus
menurunkan konsentrasi ketiga pencemar lainnya.
Jadi, pemerintah DKI Jakarta punya dokumen yang terfokus hanya untuk
menyelesaikan permasalahan pencemaran udara Jakarta.
Target pemulihan udara Jakarta dan inventarisasi emisi ini yang menjadi
syarat agar pelaksanaan program pengendalian pencemaran udara yang
dicanangkan pemerintah DKI Jakarta menjadi tepat sasaran dan terukur.
Selain itu, rencana pembangunan enam ruas tol dalam kota di Jakarta
sepanjang 69,6 km kontraproduktif dengan upaya pemulihan udara
Jakarta. Bertambahnya jalan tol akan memberikan insentif untuk
pertumbuhan penggunaan kendaraan pribadi yang berpotensi menambah
beban emisi.
Kirim cuitan
Bagi
Dapatkan newsletter
Mungkin Anda juga suka
Pemindahan ibu kota: Keluar dari masalah akut Jakarta dan pemerataan
ekonomi di luar Jawa
Masuk ke komentar
0Komentar
1. Belum ada komentar untuk artikel ini.
Suarakan pendapat Anda, kirimkan komentar untuk artikel ini.
Jokowi appoints Nadiem Makarim as Education Minister: can the Gojek co-founder streamline
bureaucracy in education?
5 things you need to know from Indonesia’s 2020 state budget
Riset: mengapa peran akademisi di kabinet menjadi tidak efektif sejak era reformasi
Mengapa kita harus berhati-hati dengan rencana Jokowi mengeluarkan omnibus law
Mahasiswa adalah politikus amatir yang mungkin tidak tahu segalanya, tapi negara
butuh mereka
Pembaca kami
Jumlah pembaca The Conversation sebanyak 10,7 juta pengguna setiap bulan, dan melalui Creative
Commons republikasi menjangkau 38,2 juta pembaca.
Mau menulis?
Tulis artikel dan bergabung dengan komunitas akademisi dan peneliti yang terus tumbuh dengan
lebih dari 91.900 dari 2.998 lembaga.
Daftar sekarang
Standar komunitas
Panduan republikasi
Basis Data Riset dan Pakar
Analisis data
Umpan web kami
Tentang kami
Piagam The Conversation
Tim kami
Blog kami
Mitra dan donor
Informasi untuk media
Hubungi kami
Jangan ketinggalan informasi
Berlangganan
Alamat surel
Kebijakan privasi Syarat dan ketentuan Koreksi Pedoman media siber
Hak cipta © 2010–2019, The Conversation