Anda di halaman 1dari 7

MENOPAUSE DAN PERMASALAHANNYA

I B PUTRA ADNYANA
SUB LAB F E R FK UNUD / RS SANGLAH DENPASAR

Pendahuluan

Jumlah penduduk Dunia akan terus bertambah hingga mencapai 11 milyard pada tahun 2100,
dimana 95 % dari pertambahan penduduk tersebut terjadi pada negara yang sedang berkembang. Pada saat
itu diperkirakan jumlah wanita yang berumur lebih dari 45 tahun akan melebihi 700 juta jiwa. Di Indonesia
penduduknya juga terus meningkat, dari 148 jiwa, kini telah menjadi 204 jiwa atau naik 42 % . Pada tahun
1990 USILA di dunia berjumlah 400 juta orang dan pada tahun 2025 diduga akan terdapat 1,5 milyard
orang. Dari 1,5 milyrad orang, 1 milyard ada di negara berkembang.
Laju pembangunan, sebagai upaya peningkatan taraf hidup, akan disertai pula dengan
meningkatnya usia harapan hidup. Di Negara maju, usia harapan hidup untuk wanita berkisar antara 80 –
90 tahun. Sedangkan di Indonesia samapai saat ini diperkirakan mencapai sekitar 70 tahun . Kalau
disepakati bahwa usia rata-rata wanita yang mengalami menopause ( haid terakhir yang masih dikendalikan
oleh fungsi hormon ovarium ) adalah 51,4 tahun , maka kurang lebih selama 18 tahun para wanita
Indonesia akan menjalani hidup dalam keadaan defisiensi hormonal dan juga akan megalami masalah
kesehatan wanita usia lanjut.

MASALAH KESEHATAN PADA MENOPAUSE

Ada tiga masalah pokok pada menopause yaiu :1). Masaah defisiensi hormonal terutama estrogen.
2). Masalah Psikosisial. 3). Masalah penyakit pada usia lanjut.

MASALAH DEFISIENSI HORMONAL

Masalah defisiensi hormonal pada usia menopause diakibatkan oleh menurunnya produksi hormon
estrogen ovarium karena berkurangnya jumlah folikel yang aktif sampai menghilangnya produksi estrogen
ovarium akibat sudah tidak ada sama sekali folikel yang masih aktif di ovarium. Keadaan defisiensi
estrogen ini dapat berakibat pada munculnya keluhan jangka pendek maupun keluhan jangka panjang.
Studi kepustakaan menunjukkan bahwa tidak semua wanita menopause mempunyai keluhan. Disebutkan
ada sekitar 18 % tanpa keluhan, 56 % dengan keluhan dalam 1 – 5 tahun setelah menopause dan 26 %
setelah lebih dari 5 tahun. Pada dasarnya ada beberapa gejala pokok akibat defisiensi hormonal terutama
estrogen antara lain :1).Gejala akibat perubahan pola haid, 2).Gejala akibat gangguan vasomotor, 3).Gejala
akibat kelainan metabolik, 4).Gejala akibat atropi urogenital

Gejala akibat perubahan pola haid

Perubahan pola haid ini sering terjadi pada masa perimenopause. Hanya 10 % yang langsung tidak
dapat haid sama sekali. Gejala akibat perubahan pola haid ini berupa polymenorrhea, oligomenorrhea,
amenorrhea dan metrorrhagia. Namun demikian, perdarahan pervaginam pada masa perimenopause
mungkin bersifat fisiologis atau mungkin berasal dari keadaan yang patologis. Oleh karena itu setiap dokter
diharapkan mampu membedakan keadaan tersebut. Secara teoritis wanita menjelang menopause akan
mengalami gangguan keseimbangan antara estrogen dan progesteron. Pada saat ini sensitivitas ovarium
terhadap gonadotropin berkurang sehingga ovulasi mulai tak teratur. Estrogen akan lebih dominan,
ditambah lagi oleh pembentukan aromatisasi ekstra glanduler, menyebabkan endometrium menerima
rangsanan estrogen yang berkepanjangan, sehingga terjadi proliferasi yang berlebihan dari kelenjar
endometrium ( hiperplasia ). Sebanyak 1- 14 % hiperplasia adenomatus dapat berkembang menjadi
karsinoma endometrium. Penting sekali memperhatikan hasil pembacaan histopatologis dari bahan yang
diambil secara dilatasi dan kuretasi.

Gejala akibat gangguan vasomotor

Gejala ini disebut hot flushes yang terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum
berhentinya haid . Upton mendapatkan 38 % terjadi pada usia 40 – 45 tahun. Secara subyektif, wanita ini
akan merasakan seperti adanya semburan rasa panas yang bermula pada wajah, menjalar ke leher dan dada
yang berlangsung sekitar 1 – 2 menit dengan diiringi sakit kepala, pusing, berdebar-debar dan mual.
Tangan menjadi hangat, muka serta leher berkeringat. Pada serangan hot flushes, nadi akan meningkat 13
% tanpa disertai peningkatan tekanan darah, suhu tubuh meningkat 0,7 derajat celcius.

Gejala akibat kelainan metabolik

Kelainan metabolisme lemak.


Estrogen bersifat mempengaruhi metabolisme lemak dari hati dan usus untuk meningkatkan
sintese lipoprotein dengan mempengaruhi lipoprotein lipase. Disampig itu estrogen juga bekerja langsung
pada pembuluh darah mencegah hipertropi dan hiperplasia endothel sehingga sulit terjadi perlekatan
kolesterol. Juga estrogen dapat meningkatkan produksi prostasiklin pada endothel pembuluh darah unutk
mempertahankan kelenturan dan mencegah agregasi trombosit. Pada menopause kadar estrogen berkurang
sehingga produksi HDL ( alpha lipopotein ) berkurang dan LDL ( betha lipoprotein ), kolesterol meningkat.
HDL mempunyai sifat kardioprotektif, sedangkan LDL dan kolesterol mengakibatkan kekakuan pembuluh
darah sehingga risiko penyakit jantung koroner meningkat. Pada usia 55 tahun, akan mulai tampak
peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL. Kejadian penyakit jantung koroner pada usia dibawah 40
tahun pada laki-laki maupun wanita hampir sama . Akan tetapi setelah usia 40 tahun keatas kejadian PJK
pada wanita meningkat. Pada usia 45 – 54 tahun kejadian PJK pada wanita meningkat 2 kali lipat.

Kelainan metabolisme mineral.


Pembentukan tulang mencapai puncak pada usia 25 –35 tahun untuk tulang trabekel dan 35 – 40
tahun untuk tulang kompakta. Sesudah itu kehilangan masa tulang berlangsung terus sampai usia 85 – 90
tahun . Selama hidup wanita akan kehilangan masa tulang 20 – 30 % . Dilaporkan 25 % wanita menopause
akan kehilangan kalsium sebanyak 3 % setahun. Kejadian ini disebut osteoporosis dan umumnya terjadi
pada post menopause sehingga disebut menopause osteoporosis dan diklasifikasikan sebagai osteoporosis
tipe I karena osteoporosisnya dimulai pada bagian trabekel. Jika bagian kortek sudah terkena disebut
osteoporosis tipe II atau senile osteoporosis. Proses osteoporosis pada dasarnya akibat kegagalan aktivitas
osteoblast, peningkatan absorpsi kalsium dan ketidak seimbangan kalsium yang berkepanjangan.
Diperkirakan ada reseptor estrogen pada osteoblast dimana dengan pemberian estrogen akan merangsang
osteoblast dalam pembentukan tulang baru terutama medula. Estrogen juga menekan aktivitas osteoklast
untuk mengabsorpsi kalsium pada tulang. Dengan demikian pada pokoknya estrogen bersifat meningkatkan
absorpsi kalsium di usus dan tubulus, mengurangi reabsorpsi kalsium di tulang, menurunkan ekskresi
kalsium di urine, menekan osteoklast dan merangsang osteoblast.

Gejala akibat atropi urogenital

Berkurangnya estrogen mengakibatkan perubahan pada jaringan kolagen, epitel dan berkurangnya
hyaluronidase yang menyebabkan cairan ekstra seluler berkurang. Kekakuan sendi pada menopause sering
dianggap tidak berhubungan dengan defisiensi hormon. Berkurangnya kolagen dan hyaluronidase pada
kulit akan menyebabkan berkurangnya aliran darah pada kulit sehingga produksi sebum dari kelenjar akan
berkurang, maka penampakan kulit pada menopause kasar dan keriput. Dampak yang ditimbulkan pada
traktus urogenitalis akibat kekurangan estrogen antara lain : vaginitis senilis, kering pada vagina,
keputihan, perasaan perih dan membakar pada vulva, perasaan panas dan perih saat miksi ( infeksi saluran
kemih ), dispareunia dan dapat terjadi prolap uteri. Masalah ini merupakan masalah utama pada wanita
menopause usia 75 tahun dan terdapat 50 % pada usia 60 tahun.
MASALAH PSIKOSOSIAL

Gangguan psikis pada masa sebelum menopause menonjol pada tahun pertama dan berakhir
selama 5 tahun. Gejalanya berupa nervousnes, kecemasan, iritable, depresi dan insomnia. Penyebab
gangguan psikis ini belum diketahui secara pasti, diperkirakan oleh karena rendahnya kadar estrogen. Telah
diketahui, bahwa steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat, terutama terhadap
prilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang. Dengan demikian, tidak heran jika
terjadi penurunan sekresi steroid seks, timbul perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif.
Penurunan libido sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti perasaan, lingkungan dan faktor hormonal.
Faktor kejiwaan dan sosiokultural juga berperan dalam hal menimbulkan gangguan kejiwaan ini yaitu
merasa kehilangan rasa feminim, suami yang mulai lebih mencintai kerja, anak-anak yang mulai
meninggalkan rumah adan merasa hidup sudah akan berakhir.

MASALAH PENYAKIT PADA USIA LANJUT

Masalah penyakit pada usia lanjut adalah masalah yang muncul akibat menurunnya fungsi organ
tubuh dan masalah keganasan. Sarjana Shock mengatakan bahwa pada umur 30-75 tahun akan terjadi
penurunan fungsi organ. Fungsi paru menurun 60 %, fungsi jantung menurun 30 %, fungsi ginjal menurun
31 % dan fungsi indra pengecap menurun 64 %. Penyakit lain yang sering dijumpai pada usia menopause
adalah:

Penyakit trombo emboli :


Pada usia reproduksi kejadian tromboemboli spontan sebanyak 0,4 per 10.000 wanita / tahun, dan
kejadiannya meningkat dengan meningkatnya usia.. Pada masa pasca menopause kejadiannya 1 – 2 per
10.000 wanita / tahun. Beberapa penelitian menemukan meningkatnya risiko relatif penyakit tromboemboli
vena sebanak 2 – 4 kali lipat pada wanita yang diberi TSH ( Terapi Sulih Hormonal ).Tetapi secara umum
dapat dikatakan bahwa risiko tromboemboli dengan TSH sangatlah rendah, yaitu mortalitasnya hanya 1 per
1.000.000 wanita / tahun .

Penyakit Hati,Perut dan usus.


Wanita dengan sirosis hati primer dan hepatitis kronik yang dijumpai pada wanita menopause
mudah terkena osteoporosis. Pada wanita ini ,TSH transdermal merupakan pilihan. Pada wanita pasca
menopause ataupun dalam klimakterium sering mengeluh perut kembung, diare atau obstipasi dan kadang-
kadang TSH dapat menghilangkan keluhan tersebut.

Diabetes Mellitus
Pada kebanyakan wanita pascamenopause terjadi penurunan sekresi dan clearance insulin.
Sensitivitas insulin menurun akibat kekurangan estrogen sehingga terjadi resistensi insulin. Wanita dengan
DM yang tidak tergantung insulin –Tipe II ( NIDDM ) memasuki usia menopause 2 tahun lebih awal dan
lebih sering menderita depresi. Pada wanita pasca menopause dengan DM tipe II ini, pemberian TSH akan
memberikan dampak positip. Penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa pada pemberian estrogen
terjadi peningkatan sekresi insulin oleh pancreas dan dapat memperbaiki sensitivitas insulin.

Tumor ganas :

Kanker serviks
Esrogen tidak dianggap sebagi penyebab timbulnya kanker serviks. Infeksi dengan Human
Papiloma Virus ( HPV ) merupakan faktor risiko untuk tejadinya kanker serviks. Melakukan Pap smear
secara teratur dapat menurunkan risiko kanker serviks. TSH tidak memiliki pengaruh terhadap risiko
kanker serviks.
Kanker ovarium
Setelah menopause dan hingga mencapai usia 65 tahun, kejadian kanker ovarium meningkat.
Sebagai faktor risiko adalah faktor keturunan dan kegemukan. Diduga pertumbuhan folikel dan proses
ovulasi memicu timbulnya kanker, karena wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal, hamil, dan
menyusui, kejadian kanker ovarium rendah. Terdapat bukti yang menemukan adanya sedikit peningkatan
kejadian kanker ovarium epitel akibat pengaruh TSH. Oleh karena itu pemberian TSH pada wanita dengan
kanker ovarium perlu dipertimbangkan risiko dan manfaatnya.

Kanker Payudara
Cukup banyak penelitian yang telah dilakukan, ternyata kejadian kanker payudara relatif rendah
pada pemakai TSH. Beberapa penelitian menemukan peningkatan kejadian kanker payudara. Sejak 50
tahun terakhir ini, kejadian kanker payudara meningkat 1 – 2 % / tahun. Kejadian meningkat dengan
meningkatnya usia. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara. Makanan tinggi lemak,
wanita gemuk dan faktor genetik merupakan faktor risiko untuk kanker payudara. Wanita yang telah
dilakukan oofarektomi, risiko terkena kanker payudara menjadi rendah.

Kanker kolon ( usus besar )


Kanker kolon merupakan penyebab kematian nomer tiga pada wanita di USA. Kejadiannya terus
meningkat. Pada tahun 2000 ditemukan sebanyak 50.400 kasus baru kanker kolon. TSH menurunkan risiko
kanker kolorektal hingga 35 % .

DIAGNOSIS MENOPAUSE

Menegakkan diagnosis menopause dapat dengan cara sederhana maupun dengan cara yang
canggih. Wanita menopause ada yang mengalami gejala dan juga yang tidak. Bila pasien sudah lebih dari
satu tahun memasuki menopause, pemeriksaan hormon tidak mutlak. Diagnosis dapat ditegakkan bila
ditemukan usia 48 – 49 tahun, haid mulai tidak teratur, darah haid mulai sedikit, atau banyak , haid berhenti
sama sekali, timbul keluhan klimekterik, atau tanpa keluhan klimakterik. Diperlukan pemeriksan hormonal
( FSH dan E2) dan pemeriksaan densitometer untuk melihat densitas tulang. Diagnose pasti ditegakkan bila
usia > 40 tahun, tidak haid > 6 bulan, dengan / tanpa keluhan klimakterik, kadar FSH > 40 mIU / ml, E2 <
30 pg / ml. Usia < 40 tahun dengan kriteria diatas disebut menopause prekok.

PENANGANAN

Tujuan utama perawatan wanita menopause adalah untuk mempertahankan kwalitas hidup yang
baik. Prinsip perawatan yang disepakati adalah : 1).Mempertahankan kesehatan, 2).Menemukan secara dini
dan mengobati penyakit kronis, 3).Skrining kanker, 4).Mengobati keluhan / gejala akibat perubahan
hormonal

Mempertahankan kesehatan

Untuk mempertahankan kesehatan, wanita menopause dianjurkan untuk tetap aktif latihan dan
olah raga. Latihan dan olah raga sangat berguna untuk menjaga tulang-tulang dan otot-otot agar tetap aktif
sehingga proses erosi tulang maupun pengecilan otot-otot dapat dihambat. Disamping itu dengan olah raga
kemampuan organ-organ tubuh sedapat mungkin tetap dipertahankan. Kemampuan paru untuk mengambil
oksigen, kemampuan jantung untuk memompa darah, kemampuan hati untuk menawar zat racun akan
selalu tetap terjaga. Tidak kalah pentingnya dengan olah raga adalah masalah makanan. Makanan yang baik
pada dasarnya sama yakni yang memenuhi keseimbangan gizi. Yang perlu ditekankan pada wanita
menopause ialah agar cukup mendapat nutrisi kalsium. Karena kalsium sangat diperlukan agar tulang tidak
menjadi keropos. Yang penting juga adalah menjaga jangan sampai timbul emosi-emosi yang negatip.
Pengaruh kejiwaan terhadap kesehatan sangat nyata dan telah diakui oleh para ahli. Emosi-emosi yang
negatip seperti rasa cemas, rasa takut, depresi, rasa marah, rasa benci, rasa dengki, dan rasa sedih sangat
merusak kesehatan. Emosi-emosi yang positip seperti rasa gembira, rasa kasih sayang, rasa sabar, rasa
bersukur akan memupuk kesehatan.
Menemukan secara dini dan mengobati penyakit kronis

Upaya untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit kronis adalah dengan cara periodik
memeriksakan kesehatan. Pemeriksaan secara berkala ini meliputi pemeriksan fisik maupun laboratorum.
Denagn tes – tes khusus dilihat bagaimana fungsi organ-organ tubuh yang penting seperti jantung, hati dan
ginjal. Tekanan darah dan kadar gula darah selalu dipantau.

Skrining kanker

Untuk skrining kanker perlu diketahui gejala-gejala dini tumor ganas seperti adanya benjolan yang
mencurigakan, adanya perdarahan yang abnormal baik dari saluran pencernaan, saluran kencing, maupun
alat kelamin, perubahan kebiasaan buang air besar, perubahan suara, gangguan pendengaran dan
sebagainya. Yang perlu diketahui adalah bahwa untuk pemeriksaan setiap macam kanker diperlukan cara
yang berbeda. Karena ada penderita yang mengeluh bahwa ia telah rutin melakukan pemeriksaan Pap
smear namun ternyata tanpa diketahui menderita tumor ganas indung telor. Penderita tersebut tidak
mengerti bahwa Pap smear terutama untuk mendeteksi kanker mulut rahim. Kecurigaan adanya tumor
ganas indung telor hanya bisa diketahui bila pada pemeriksaan dalam alat kelamin diraba adanya suatu
benjolan. Untuk memastikan apakah benjolan tersebut suatu kanker perlu dilakukan suatu operasi. Pada
saat operasi diambil jaringan tumor tersebut yang kemudian dikirim ke laboratorium guna memastikan
kanker atau bukan. Pasien dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga atau ada benjolan di payudara,
sebaiknya dilakukan mamografi dan USG payudara setiap bulan, bila ragu-ragu dengan benjolan di
payudara, konsultasi ke ahli bedah tumor dan bila perlu dilakukan biopsi.

Mengobati keluhan / gejala akibat perubahan hormonal

Karena masalah yang timbul akibat kekurangan hormon estrogen, maka cara mengatasinya adalah
dengan pemberian hormon estrogen, yang dikenal dengan istilah Terapi Sulih Hormon ( TSH ). Estrogen
yang diberikan adalah yang alamiah, yang dibuat mirip seperti yang ada dalam tubuh wanita. Banyak
wanita yang sudah mengerti bahwa pembeian TSH adalah untuk pengobatan dan pencegahan. Tujuannya
adalah bukan supaya haid lagi, bukan mencegah tua , bukan memperlambat menopause tetapi adalah untuk
meningkatkan kwalitas hidup. Meskipun pasien tidak ada keluhan, TSH tetap diberikan untuk pencegahan.
Tidak semua keluhan disebabkan karena kekurangan estrogen. Bila ragu-ragu konsultasi ke spesialis yang
lain. Keluhan-keluhan yang timbul sesudah menopause biasanya erat kaitannya dengan kekurangan hormon
estrogen. Sebelum pemberian TSH perlu dilakukan pemeriksaan dasar yang meliputi anamnesis mengenai
usia, haid terakhir, haid tidak teratur obat-obat yang sedang digunakan , riwayat stroke, riwayat operasi
histerektomi, operasi payudara, batu empedu, endometriosis dan lainya. Pemeriksaan fisik yang meliputi
tinggi badan, berat badan, tekanan darah, palpasi payudara, pemeriksaan ginekologi dan pap smear,
mamografi / USG payudara, serta pemeriksaan Laboratorium. Benjolan di payudara tidak kontra indikasi
pemberian TSH, kalau perlu konsultasi ke ahli bedah tumor. Riwayat kanker payudara dalam keluarga
bukan merupakan kontra indikasi pemberian TSH namun kejadian kanker payudara sedikit lebh tinggi. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan biopsi dan bila positip tidak boleh diberikan TSH. Sebelum pemberian TSH
perlu diketahui adanya kontra indikasi absolut seperti kanker payudara, kanker endometrium, perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, kerusakan hati yang berat, tromboemboli aktif dan
hiperlipidemia. Sedangkan kontra indikasi relatif meliputi mioma uteri, endometriosis, tumor jinak
payudara / ovarium, batu empedu, diabetes melitus, varises, hiperplasia endometrium, infark miokard ,
asthma dan bronkhitis. Selanjutnya pertanyaan yang harus dijawab adalah kapan dan berapa lama TSH
diberikan ?. Dari beberapa kepustakaan menganjurkan pemberian TSH dimulai sebelum usia 50 tahun atau
pada wanita dengan keluhan yang jelas, diberikan selama 5 – 10 tahun bahkan sampai 20 tahun atau sisa
hidup seorang wanita dan dihentikan setelah keluhan hilang atau terserah penderitanya. Terdapat berbagai
cara pemberian TSH. Pada wanita yang masih haid sebaiknya secara sequensial. Bila sudah lama tidak
haid, lebih baik diberikan secara kontinyu. Mulailah dengan selalu dengan dosis rendah. Pada wanita ynag
masih memiliki rahim harus selalu dikombinasikan dengan progesteron. Untuk tujuan pencegahan,TSH
harus diberikan jangka panjang ( > 5 tahun ). Pemberian diatas 5 tahun perlu pengawasan teratur karena
risiko kanker payudara meningkat. Bila setelah 5 tahun, TSH dihentikan, keluhan dapat muncul kembali,
kerusakan pada tulang, otak dan lain-lain dapat terjadi kembali, sehingga pemakaian TSH ada yang
menganjurkan sampai sisa hidup wanita. Pemberian secara kontinyu sering menyebabkan perdarahan
bercak dan ini sering menyebabkan pasien tidak mau melanjutkan lagi TSH. Perdarahan bercak normal
terjadi pada 1 tahun pertama penggunaan TSH secara kontinyu. Jenis dan dosis TSH yang dianjurkan
antara lain Estrogen konyugasi dengan dosis 0,3 – 0,625 mg, 17  estradiol dengan dosis 1,2 mg dan
Estradiol valerat dengan dosis 1 – 2 mg. Sedangkan progesteron yang dipakai secara sequensial meliputi
Progesteron dengan dosis 300 mg, Siproteron asetat dengan dosis 1 mg, MPA dengan dosis 10 mg,
Didrogeston dengan dosis 10-20 mg. Untuk pemakainan secara kontinyu dianjurkan Progesteron dengan
dosis 100 mg, Siproteron asetat dengan dosis 1 mg, MPA dengan dosis 2,5 mg dan Didrogeston dengan
dosis 10 mg. Tibolon suatu jenis TSH yang jarang menyebabkan perdarahan. Bila keluhan utama adalah
gangguan libido maka dapat diberikan Estrogen + androgen , atau Tibolon. Terdapat berbagai cara
pemberian TSH. Yang diutamakan adalah secara oral / tablet. Bila terjadi gangguan gastrointestinal maka
dapat diberikan plester. Plester sangat cocok diberikan pada wanita dengan gangguan fungsi hati dan
gangguan empedu, karena pemberian dengan cara ini estrogennya tidak masuk ke dalam hati. Vaginal
kream diberikan pada wanita yang sakit saat senggama. Monitoring sangat diperlukan pada pemberian
TSH. Pada kontrol bulan pertama perlu ditanyakan masalah efek samping. Efek samping yang muncul
sepeti nyeri payudara, perdarahan bercak atau sakit kepala, erat kaitannya dengan dosis hormon. Keluhan
jarang sekali hilang pada bulan pertama pengobatan. TSH tidak menyebabkan kenaikan berat badan. TSH
memicu nafsu makan, frekwensi makan bertambah. TSH menyebabkan bertambahnya cairan dibawah kulit,
sehingga kulit tidak keriput dan kering. Pada kontrol 3 bulan, dilihat dampak TSHnya. Bila masih timbul
efek samping yang sangat mengganggu, meskipun dosis telah direndahkan maka TSH dihentikan.
Andaikan masih terjadi perdarahan, apalagi abnormal, perlu dilakukan dilatasi dan kuretasi. Pemeriksaan
USG vaginal dapat menunjukkan ketebalan endometrium. Ketebalan diatas 5 mm harus dilakukan dilatasi
dan kuretasi. Bila ketebalan kurang dari 5 mm namun masih terjadi perdarahan, tetap harus dilakukan
dilatasi dan kuretasi. Hiperplasia kistik / adenomatus boleh diberikan TSH, namun dosis progesteron harus
tinggi (10 mg). TSH secara kontinyu lebih diutamakan. Bila masih juga terjadi perdarahan, maka sebaiknya
dilakukan histerektomi. Kontrol setelah 6 – 12 bulan dilakukan evaluasi keberhasilan pengobatan, efek
samping, pemeriksaan ginekologi dan pap smear. Kontrol setelah 12 bulan dilakukan pemeriksaan
mamografi, bila diduga ada risiko terkena kanker payudara, kalau tidak ada dianjurkan rutin setiap 2 tahun.
Pemeriksaan mamografi menimbulkan rasa sakit, oleh karena itu USG payudara dapat dianjurkan. Lebih
baik bila dikerjakan kedua-duanya.

RUJUKAN :

1.Ali Baziad,Dr.med. SpOG-KFER, Menopause,Andropause, dan Terapi Sulih Hormon (TSH) ,


Menopause dan Andropause,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Ed.pertama, 2003 ; 1-6

2.Leon Speroff, Robert H. Glass, Nathan G. Kase, Menopause and the perimenopause transition, Clinical
Gynecologic Endocrinology and Infertility, Sixth Ed. 1999,643-707

3.Ali Baziad,Dr.med.SpOG-KFER, Menopause, Endokrinologi Ginekologi,Ed. Kedua,2003, 82-100

4.Leon Speroff, Robert H. Glass, Nathan G. Kase, Post menopausal Hormone Therapy, Clinical
Gynecologic Endocrinology and Infertility, Sixth Ed. 1999,725 – 767

5.Health Encyclopedia : MenopauseOverview in http://health.yahoo.com/ency/adam/000894/0

6.Imagins-Hormone Replacement Therapy (HRT) in http://www.imagins.com/breasthealth/hrt.asp

7.Hormone Replacement Therapy (HRT/ERT) and Weight Gaint in


http://members.tripod.com/~Healthinfo/

Anda mungkin juga menyukai