Anda di halaman 1dari 6

PENYAKIT JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT

Makassar, 31 Agustus 2017

LAPORAN TUTORIAL
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Modul II

INVEKSI PADA RONGGA MULUT KARENA


PENYAKIT SISTEMIK

KELOMPOK 2

Nama : Taya
NIM : J11116033

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR KERJA

I. Kalimat/ Kata Kunci


1. Laki-laki umur 55 tahun
2. Timbul lesi putih
3. Rasa terbakar pada lidah
4. Selalu merasa haus
5. Tidak pernah berobat ke dokter

II. Pertanyaan-pertanyaan Penting


1. Jelaskan macam-macam penyakit yang disebabkan oleh penyakit sistemik
terhadap rongga mulut ?
2. Jelakan penyebab terjadinya lesi putih yang disebabkan oleh infeksi pada
rongga mulut ?
3. Diagnosa apa yang dapat ditegakkan dari kasus tersebut ?
4. Bagaimana gambaran klinis pada hasil diagnosa tersebut ?
5. Infeksi apa yang menyebabkan lesi putih pada rongga mulut ?
6. Bagaimana pemeriksaan ekstraoral dan intraoral pada kasus tersebut ?
7. Pemeriksaan penunjang apakah yang diberikan pada pasien ?
8. Kolerasi antara penyakit sistemik de ngan infeksi sehingga menyebabkan lesi
pada rongga mulut ?
9. Apakah perawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien tersebut ?

III. Jawaban pertanyaan


1. Banyak penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut. Rongga
mulut dapat menjadi jendela tubuh kita karena banyak manifestasi pada rongga mulut
yang menyertai penyakit sistemik.1,2
a. Kandidiasis mulut kombinasi tipe pseudomembranosa akut dan atrofik.
Kandidiasis pseudomembran akut mempunyai gambaran klinis berupa plak putih
seperti beludru atau bercak-berck putih, terlokalisir atau menyebar pada mukosa
rongga mulut dan lidah yang asimtomatik atau dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman, gatal sampai adanya sensasi terbakar. Plak putih mengandung
deskwamasi sel-sel epitel, fibrin,, hifa jamur yang dapat diangkat dengan
meninggalkan area eritematus. Kandidiasis tipe pseudomembra merupakan tipe
kandidiasis yang paling umum dan dapat mudah dikenal dengan pemeriksaan
klinis.
Kandidiasis atrofik kronik mempunyai gambaran klinis yang sangat karakteristik
berupa area eritematus pada jaringan yang tertutup. 2
b. Atropik glossitis1
Yaitu hilangnya papila lidah, menyebabkan lidah lunak dan kemerahan yang
menyerupai migratori glossitis. Hal tersebut mengakibatkan lesi kemerahan, non-
indurasi, atropik dan dibatasi dengan sedikit peninggian pada lidah, pinggir yang
nyata dengan warna yang bermacam-macam dari abu-abu sampai putih.
c. Angular cheilitis1
Terjadi pada sudut bibir, yang disebabkan karena infeksi candida albicans
menyebabkan kemerahan dan pecah-pecah, serta rasa ketidaknyamanan.
d. Stomatitis Uremia 1
Cukup jarang, hanya sering ditemui pada gagal ginjal kronik yang tidak
terdiagnosis atau tidak terobati. Kerak atau plak yang nyeri sebagian besar
terdistribusi di mukosa bukal, dasar atau dorsal lidah, dan pada dasar rongga
mulut.
e. Chron’s Disease1
Penyakit Chron’s digambarkan identik dengan yang terjadi di mukosa intestinal.
Secara histologi, lesi ini mempunyai gambaran granuloma non-necrotik di
submucosa, yang terdiri dari sel raksasa Langerhan multinuklear, sel epiteloid,
limfosit, dan sel plasma.
f. Kolitis Ulseratif 1
Penyakit ini mirip dengan ulser aphtosa, namun lebih jarang dari Chron’s Disease.

2. Lesi putih terjadi akibat infeksi Candida. Di mulut terdapat beberapa jenis Candida,
yaitu Candida albicans termasuk jenis yang umum ditemui. Candida albicans
dilaporkan 45% terdapat pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, 30-45% pada orang
dewasa sehat, 50-65% pada pemakai gigi tiruan, 9-88% pada penderita leukimia akut
dengan kemoterapi, dan 95% pada penderita HIV, serta 20-75% kandidiasis mulut
dilaporkan tanpa masalah. 2
Pada penderita tidak terkontrol gejala yang timbul salah satunya dapat berupa dry
mouth.1 Sekitar sepertiga pasien diabetes mempunyai keluhan xerostomia yang mana
hal ini berkaitan dengan menurunnya aliran saliva dan meningkatnya glukosa saliva.
Xerostomia merupakan faktor predisposisi berkembangnya infeksi rongga mulut.
Mukosa yang kering dan rusak sehingga lebih mudah timbulnya infeksi oportunistik
oleh Candida albican.3

3. Penegakan diagnosis kerja berupa kandidiasis mulut kombinasi tipe


pseudomemebranosa akut dan atrofik.
Kandidiasis pseudomembran akut mempunyai gambaran klinis berupa plak putih
seperti beludru atau bercak-berck putih, terlokalisir atau menyebar pada mukosa
rongga mulut dan lidah yang asimtomatik atau dapat menimbulkan rasa tidak nyaman,
gatal sampai adanya sensasi terbakar.
Kandidiasis atrofik kronik mempunyai gambaran klinis yang sangat karakteristik
berupa area eritematus pada jaringan yang tertutup. 2
4. Gambaran klinis dari kandidiasis mulut kombinasi tipe pseudomembranosa akut dan
atrofik.
Kandidiasis pseudomembran akut mempunyai gambaran klinis berupa plak putih
seperti beludru atau bercak-berck putih, terlokalisir atau menyebar pada mukosa
rongga mulut dan lidah yang asimtomatik atau dapat menimbulkan rasa tidak nyaman,
xerostomia, gangguan pengecapan, gatal sampai adanya sensasi terbakar. Plak putih
mengandung deskwamasi sel-sel epitel, fibrin, hifa jamur yang dapat diangkat dengan
meninggalkan area eritematus. Kandidiasis tipe pseudomembran merupakan tipe
kandidiasis yang paling umum dan dapat mudah dikenal dengan pemeriksaan klinis.
Sifat lesi ini : terlokalisasi atau menyeluruh, sering ditemukan pada mukosa pipi,
palatum molle, lidah, dan bibir.4
Kandidiasis atrofik kronik mempunyai gambaran klinis yang sangat karakteristik
berupa area eritematus pada jaringan yang tertutup. 2
5. Infeksi yang menyebabkan lesi putih pada rongga mulut adalah infeksi Candida
albicans 2

6. Pemeriksaan ekstraoral pada pasien terlihat normal, hanya saja pasien selalu merasa
haus. Sedangkan pemeriksaan intraoral tampak lesi putih pada lidah.2

7. Pemeriksaan penunjang yang dapat diberikan pada pasien adalah pemeriksaan kadar
glukosa darah. Berdasarkan temuan lesi mulut, serta gejala yang dialami pasien yaitu
selalu merakan haus dan tidak pernah memeriksakan diri ke dokter maka disarankan
untuk melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah. Sehingga dapat diketahui apakah
pasien menderita DM atau tidak sehingga dapat ditentukan perawatan apa yang akan
diberikan.2
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium
seperti pemeriksaan sitologi dan kultur jaringan, serta biopsi pada kasus kronis. 4

8. Adanya keterkaitan antara keberadaan lesi mulut dengan kondisi sistemik perlu
dipahami.
Kandidiasis mulut merupakan infeksi tunggal pada mukosa mulut yang bersifat
oportunistik, disebabkan oleh kandida sebagai salah satu mikroflora normal mulut
yang mengalami pertumbuhan lebih. Beberapa faktor predisposisi dapat
mengkonversi Candida albicans dari flora normal mulut menjadi organisme patogen,
meliputi faktor lokal seperti gigi tiruan, merokok, steroid inhalasi, steroid topikal,
hiperkeratosis, ketidakseimbangan mikrofloran, kuantitas dan kualitas saliva, dan
faktor sistemik seperti penyakit imunosupresif, obat-obat imunosupresif kemoterapi,
dan penyakit imunokompromais. 2
Salah satu penyakit imunokompromais sebagai predisposisi kandidiasis mulut adalah
Diabetes mellitus (DM). Diabetes Mellitus menjadikan penderitanya rentan terhadap
infeksi seperti candida. Selain itu, kandidiasis mulut sering dijumpai pada penderita
DM sebagai dampak dari adanya penurunan sekresi saliva. Diabetes mellitus
merupakan gangguan metabolisme disebabkan banyak faktor dengan ditandai
hiperglikemia akibat gangguan metabolisme karbohidrat lemak, dan protein. 2

9. Perwatan lesi mulut diawali dengan pembersihan mulut dengan berkumur larutan
perhidrol 3% dan pengusapan dengan kasa basah. Plak putih di lidah sebagian
terangkat dan meninggalkan area kemerahan. Kandidiasis mulut dirawat dengan
pemberian antijamur topical dan instruksi pemeliharaan kebersihan mulut dengan
berkumur larutan perhidrol 3% dan menyikat lidah. 2
Perawatan kandidiasis rongga mulut memerlukan identifikasi yang tepat, baik faktor
predisposisi maupun kondisi sistemik yang menyebabkan kandidiasis. Nystatin dapat
diberikan sebagai obat topical pada perwatan kandidiasis, diberikan dengan cara
dikumurkan selama2 menit kemudian menelannya, setelah itu pasien dilarang untuk
makan dan minum selama 20 menit. Terapi dapat diberikan setelah 7-14 hari dan
dilanjutkan hingga 2-3 hari setelah tanda klinis kandida ini hilang serta pemeliharaan
oral hygiene. Jika terdapat kondisi sistemik, pemberian topikal kadang tidak begitu
berefek sehingga diperlukan pemberian secara sistemik. Fluconazole dapat diberikan
sebagai terapi kandida secara sistemik dengan dosis sehari sekali. 5

DAFTAR PUSTAKA
1. Noormaniah FD, dan Tetrawindu AH. Manifestasi penyakit sistemik pada rongga
mulut. Universitas Mataram.
www.academia.edu/.../MANIFESTASI_PENYAKIT_SISTEMIK_PADA_RONGGA
_... [di akses pada 30 Agustus 2017]
2. Satrya A.E.P., dkk. Kandidiasis mulut sebagai indikator penyakit sistemik
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. 2012;19(2):162-4.
3. Boel, Trelia. "Manifestasi Rontgenografi Diabetes Mellitus di Rongga Mulut."
Journal of Dentistry Indonesia 10.1 (2003): 12-3.
4. Laskaris G. Atlas saku penyakit mulut. Ed 2. Jakarta: EGC; 2012. H18
5. Hidayat W, dkk. Profil kandidiasis oral di bagian ilmu penyakit mulut Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Periode 2010-2014. Staff Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai