Anda di halaman 1dari 17

Nama : Thalita Dewi Cahyani

NIM : P17124019035

Kelas : 2A Kebidanan

Resume Kelompok 3 Obstetri

Mengidentifikasi Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaan


A. Hiperemesisi Gravidarum  mual dan muntah berlebihan (Trimester 1)
Frekuensinya lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau seiap saat. Dapat menggangu
kesehatan dan aktivitas sehari-hari yang tidak terkendali selama masa hamil, menyebabkan
dehidrasi, ketidakseimbangan, elektorlit atau defiensi nutrisi dan kehilangan berat badan.
 Penyebab  belum pasti, diduga factor hormonal, neurologis, metabolic, psikologis,
keracunan, factor endokrin, paritas, riwayat kehamilan mola dan kembar.
 Gejala  menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat 1, gejalanya seperti :
- lemah - nyeri epigastrium
- nafsu makan menurun - penurunan tekanan darah sistolik
- berat badan menurun - mata cekung
- turgor kulit kurang - lidah kering
2. Tingkat 2
- mual muntah hebat - suhu badan meningkat (dehidrasi)
- keadaan umum lemah - mata cekung dan ikterik ringan
- apatis - oligura dan konstipasi
- nadi cepat dan kecil - nafas bau asetin dan aseton dalam urin
- lida kering dan kotor
3. Tingkat 3
- keadaan umum jelek - suhu badan meningkat
- mual muntah berhenti - dehidrasi hebat
- kesadaran menurun (somnolen hingga koma - TD turun drastis
- nadi kecil
- ikterus dan terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia,
perubahan mental.
 Penanganan
1. KIE tentang kehamilan muda disertai dengan emesis gravidarum
2. Anjurkan ibu untuk bangun perlahan-lahan, agar terjadi adaptasi aliran darah
menuju susunan saraf pusat.
3. Makan porsi sedikit tapi sering, hindari makanan yang merangsang muntah.
Anujurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan yang
berminyak dan berbau dihindarkan.
4. Pemberian obat-obatan ringan, seperti: sedative, itamin, anti emetic, dan anti
histamine
5. Terapi psikologik, diyakinakan kepada penderita bahwa dapat di sembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan.
6. Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi (dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
dan perdaran udara yang baik) sampai mual muntah berkurang; penambahan
cairann (glukosa 5% 2-3 liter dalam 24 jam, pemberian kalium dan vitamin apabila
diperluka); terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
7. Pemeriksaan laboratorium berua: analisis urin, kultur urin; darah rutin; fungsi hati
(SGOT, SGPT, alkaline fostase); pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K,
glukosa, kretinin, asam urat; serta USG untuk menghindari kehamilan mola.
 Obat-obatan  tidak memberikan obat teratogen.
Obat sedatia yang sering dibeirikan adalah obat Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin.
Pada keadaan leih berat  obat antiemetic seperti obat disiklomin hidrokhononae atau
obat khlorpromasin.

B. Preeklamsia dan Eklamsia


Pre-eklamsia adalah naiknya tekanan darah disertai protein urin dan edema akibat
kehamilan, setelah usia 20 minggu/ segera setelag persalinan.
Eklamsia adalah lanjutan dari pre-eklamsia yang disertai dengan kejang dan/ koma yang
timbul akibat kelainan neurologi.
 Penyebab, factor yang mempengaruhi terjadinya preeklamis dan eklamsia:
1. Jumlah kehamilan, terutama primigravida muda
2. Distensi rahim yang belebihan, seperti hidramnion, hamil ganda, dan mola
hidatisoda.
3. Penyakit yang menyertai kehamilan, seperti DM dan kegemukan
4. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun
5. Timbulnya terjadi hipertensi, edema, protein urin, kejang dan koma
 Tanda dan Gejala Pre-Eklamsia Ringan
1. TD Sistolik kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam ( Diastol : 90
mmHg) kenikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaaan 6 jam.
2. Kenaikan BB 1 kg/minggu.
3. Protein urine 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau positif 2 (+2)
4. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
5. Keluhan subjektif (nyeri epigastic, gangguan penglihatan, nyeri kepala, odem
paru-paru, gangguan kesdaran)
 Penanganan
1. < 37 minggu, tidak ada tanda perbaikan, melakukan pemeriksaan kehamilan
2x/minggu (dirawat jalan).
2. Jika rawat jalan tidak mungkin (banyak istirahat dengan berbaring ke kiri dan
kanan; diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam), rawat dirumah
sakit.
3. Jika > 37 minggu, pertimbangkan terminasi (pengehentian kehamilan/ aborsi).
 Konvulsi (kejang) eklamsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :
1. Tingkat awal  berlangsung selama 30 detik.
Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar kemudian pula tangannya, dan
kepala diputar kekanan atau kekiri.
2. Timbul kejang tonik  berlangsung 30 detik.
Seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan
kaki bengkok ked ala. Pernafasan berhenti, muka mulai menjasi sianotik, lidah
dapat tergigit.
3. Disusul oleh kejang klonik  berlangsung 1-2 menit.
Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang
dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit
lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar lidah berbusa, muka menunjukkan
kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar.
4. Tingkat koma,  tidak berlangsung lama. Secara perlahan-lahan penderita
menjadi saar lagi, akan tetapi serangan ini dapat terjadi berulang sehingga tetap
koma.
5. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meninggkat
sampai 40 derajat Celcius.
 Penanganan Pre-Eklamsia berat dan Eklamsi
Penanganan PEB dan eklampsi sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung
dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsi.
Penanganan Kejang :
1. Beri obat antikonvulsan, seperti obat barbiburat
2. Perlengkapan penangan kejang (masker oksigen, oksigen)
3. Lindungi pasien dari trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri/ posisi tredelenburg untuk mengurangi risko
aspirasu
6. Oksigen diberikan 4- liter/menit
Penanganan Umum:
1. Berikan anti hipertensi, seperti Metildopa untuk menurukan TD,
mengendurkan pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih lancar.
2. Pasang infuse RL
3. Ukur keseimbangan cairan
4. Katerisasi, jika jumlah urin < 30 ml/jam
- Jangan tinggalkan pasien sendiri
- Observasi (KU, dan TTV)
- Auskultrasi paru untuk mencari tanda odem paru
- Jika terjadi odem paru berikan Furasemid 40 mg/ secara IV
- Lakukan penilaian atau uji pembekuan darah
5. Antikonvulsi untuk PEB dan Eklamsia
- Pemberian MgSO4, Magnesium sulfat menghambat/ menurunkan kadar
asteilkolin pada rangsangan neuron dengan menghambat transmisi
neuromuscular.
Cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
a. Dosis Inisial
 4 mg MgSO4 40% dibuat dengan cara mengencerkan 10 ml larutan MgSO4
dalam 10 ml aquades, diberikan bolus (IV) selama 10-15 menit
 Segera dilanjutkan dengan 6 g MgSO4 , 40% dibuat dengan cara melarukan
15ml larutan MgSO4 ke dalam 500 ml RL, habis dalam 6 jam.
 Jika kejang berulang setelah 15 menir, berikan 2 g MgSO4 40 % dibuat
dengan cara mengencerkan 5 ml larutan MgSO4 dalam 5 ml aquades,
diberikan bolus (IV) selama 5 menit.
b. Dosis Rumatan
Larutan MgSO4 40% 1 g/jam dimasukkan melalui cairan infuse RL/RA yang
diberikan sampai 24 jam pasca persalinan. Pemberian MgSO4 memiliki syarat-
syarat pemberian yang harus terpenuhi, yaitu :
a. Harus tersedia antidotum MgSO4 yakni Ca Gluconas 10%
b. Refleks Pattela pasien normal
c. Frekuensi pernapasan ≥ 16 x/menit dan tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan.
- Stop pemberian MgSO4 jika terdaat tanda-tanda intoksikasi/ setelah 24 jam pasca
persalinan/ 24 jam setelah kejang terakhir.
- Jika kejang yang tidak membaik dengan pemberian magnesium sulfat, dokter
dapat memberikan obat golongan benzodiazepin dan phenytoin.
C. Perdarahan Antepartum
 Perdarahan di Trimester 1  12% wanita hamil mengalami di usia 12 minggu.
Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab perdarahan pada trimester 1, yaitu :
1. Perdarahan Implantasi, keluar bercak darah antara 6-12 hari pertama kehamilan.
Terjadi ketika sel telur sudah di buahi akan menanmkan dirinya di dinding rahim.
2. Abortus  Berakhirnya suatu kehamilan/ pemgeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Klasifikasi Abortus :
a. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis.
b. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan)
Secara klinik abortus dibedakan menjadi :
a. Abortus iminens (keguguran mengancam).
b. Abortus insipiens (keguguran berlangsung).
c. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).
d. Abortus kompletus (keguguran lengkap)
e. Abortus tertunda (missed aboution)
f. Abortus habitualis (keguguran berulang)
g. Abortus tidak aman (unsafe abortion)
Gejala Abortus :
a. Pengeluaran gumpalan darah beku
b. Rasa kram pada perut
c. Mengalami perdarahan berat
Efek Samping Abortus :
a. Perdarahan vagina yang berat
b. Infeksi
c. Sepsis
d. Kerusakan rahim
e. Endometritis
f. Kanker
Penanganan Umum :
a. Keguguran belum terjadi  bed rest total di tempat tidur, akan diberikan obat
hormn untuk mngeuatkan kandungan
b. Sudah dinyatakan keguguran  baik janin belum keluar sama seklai atau
sebagian, sisa janin dapat keluar secara alami dari rahim dalam waktu 1-2
minnggu. Akan diberikan obat untuk mengurani tekanan emosional pada ibu.
c. Operas/ kuret
Pencegahan :
a. Menerapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang
b. Meningkatkan kosumsi makanan berserat
c. Tidak merokok
d. Menerima vaksin sesuai anjuran dokter untuk mencegah
e. infeksi
f. Menanggani penyebab keguguran yang sudah terdeteksi
3. Kehamilan Ektopik  ialah kehamilan di mna setelah fertilisasi, implantasi terjadi
di luar endometrium kavum uteri
Beberapa gejala kehamilan ektopik :
a. Pusing kepala
b. Tubuh terasa lemah
c. Sakit dan nyeri bahu
d. Perdarahan atau bercak dari vagina
e. Sakit perut di bagian bawah yang amat parah, terutama di satu sisi.
Penanganan :
a. Setelah didiagnosis ditegkkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatis gawat darurat
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan
operatif sumber perdarahan harus segera dihentikan
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
lamtan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) 2 L dalam 2
jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersediaa, berika auto transfusion berikut ini :
 Pastikan darah dihisap dari rongga abdomen telah melalui alat penghisap
dan wadah penampung yang steril
 Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukkan ke dalam
kanstung darah (blood bag)
 Transfusikan darah melalui slang transfusion yang mempunyai saringan
pada bagian tabung tetesan.
e. Tindakan pada tuba dapat berupa :
 Parsial slapingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi
 Salpingostorni (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi di mana tuba
tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil
konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian
tersebut. Risiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang
sempurna atau rekurensi (hamil ektopik ulangan)
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi
tuba yang disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi
antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas (lihat tabel
antibiotika kombinasi dan tunggal pada abortus septik) .
g. Untuk kendali nnyeri pasca tindakan dapat diberikan :
 Ketoprofen 100 mg supositoria
 Tramadol 200 mg IV
 Pethidin 50 mg IV (siapkan antidotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
h. Atasi anemia dengan tablet besi (Fe) 600 mg/hari
i. Konseling pasca tindakan
 Kelanjutan fungsi reproduksi
 Risiko hamil ektopik ulangan
 Kontrasepsi yang sesuai
 Asuhan mandiri selama di rumah
 Jadwal kunjungan ulang
4. Kehamilan Mola Hidatosa  kehamilan setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai
dengan degenerasu hidropik.
Berikut beberapa gejala kehamilan mola hidatosa atau hamil anggur :
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
f. Hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
g. Mungkin timbul preeklampsia dan eklampsia. Terjadinya preeclampsia dan
Eklampsia sebelum minggu kedau empat menuju kearah mola hidatidosa.
h. Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih
sesudah periode menstruasi terakhir.
Penilaian Klinik :
a. Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan pembesaran
uterus dan peningkatan kadar HCG
b. Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi
gejala mual dan muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti
preeklampsia.
c. Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi
spontan maupun biopsi pasca perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
(siapkan tindakan darurat apabila terjadi perdarahan pascabiopsi)
Penanganan Umum :
a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
b. Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas
kesehatan di mana sumberdaya sangat terbatas, dapat dilakukan:
 Evaluasi klinik dengan focus
 Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
 Pastikan tidak ada janin (ballottement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosisi dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
c. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
d. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdrahan hebat atau perforasi uterus)
e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun pasca evakuasi
Penanganan Khusus:
a. Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi
berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan
kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara
cepat).
b. Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih arnan dari Kuretase Tajam. Bila
sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set
agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri
selesai
c. Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tiritoksikosis atau krisis
tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi
d. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk
anemia berat lakukan transfusi
e. Kadar HCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai risiko
tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan
methotrexate (MTX) 3-5 mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal.
f. Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi.
Kadar yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu pasca evakuasi
menunjukkan masih terdapat trofoblas aktif (di luar uterus atau invasif);
berikan kemoterapi MTX dan pantau (3-HCG serta besar uterus secara
klinis dan USG tiap 2 minggu.
g. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin
menghentikan fertilitas
 Perdarahan Lanjutan (Trimester 2 dan 3)
1. Plasenta Previa  plasenta berada di segmen bawah uterus sehingga menutui
sebagian/ seluruh jalan lahir.
Klasifikasi Plasenta Previa :
a. Plasenta previa totalis
b. Plasenta previa parsialis
c. Plasenta previa menginalis
d. Plasenta letak rendah
Terapi Spesifik : Terapi ekspektatif, dan Terapi aktif (Tindakan segera)
2. Solusio Plasenta  terlepasnya plasenta dari tempat implatansinya yang normal
pada uterus, sebelum janin dilahirkan.
Penanganan :
a. Terapi Spesifik
 Atasi Syok :
Infus laritan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit
pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. (lihat cara mengatasi Syok).
Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan
akibat koagulopati.
 Atasi Anemia
Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena di
samping mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur
pembekuan darah.
Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam
kondisi anemia berat, berikan packed cell
b. Tindakan Obstetrik  Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam,
umumnya data pervaginam
Perbedaan antara Solusio Plasenta dan Plasenta previa
3. Seksio Sesarea  Proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan
dilakukan di perut ibu dan rahim untuk mengeluarkan bayi.
Dapat dilakukan apabila :
a. janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
b. janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan
dengan segera,
c. janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat
berlangsung dalam waktu yang singkat
Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi
dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-
satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.
Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus.
Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati).
D. Kelainan dan Lamanya Kehamilan
Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan berlangsung dapat diabagi sebagai
berikut :

Lamanya Kehamilan Berat Anak Istilah


< 22 minggu <500 g Abortus
22 minggu – 28 minggu 500 g-1000 g Partus immaturus
28-37 minggu 1000g-2500g Partus praematurus
37-42 minggu >2500-4500g Partus aterm (Maturus)
>42 minggu >4500g Partus serotinus

1. Prematur  UK 20-37 minggu


Etiologi :
a. Faktor Maternal  kelahiran premature berkaitan dengan adanya kondisi dimana
uterus tidak mampu menahan fetus, mislanya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta.
b. Faktor Fetal  KKelainan kromosomal (mis. trisomi antosomal), fetus multi ganda,
cidera radiasi
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature:
a. Kehamilan
 Malformasi Uterus (perdarahan postpartum)
 Kehamilan ganda
 TI. Servik Inkompeten
 KPD
 Pre eklamsia
 Riwayat kelahiran premature
 Kelainan Rh
b. Kondisi medis
 Kondisi yang menimbulkan partus preterm :
Hipertensi  Tekanan darah tinggi menyebabkan untuk mengakhiri
kehamilan
Perkembangan Janin Terhambat (IUGR)  penyebab dari pemasukan oksigen
dan makanan mungkin kurang adekuat  mendorong untuk terminasi
kehamilan dini.
Solusio Plasenta  terlepasnya plasenta memicu kelahiran premature
Plasenta previa  Terjadi pendarahan yg banyak, akan memicu kondisi janin
menjadi hipoksia
Diabetes
Tanda-tanda Persalinan Prematur, yaitu :
a. Kram seperti ketika datang bulan atau rasa sakit pada
b. punggung.
c. Kram perut, dengan atau tanpa diare.
d. Kontraksi rahim yang teratur dengan jarak waktu sepuluh
menit atau kurang dan kontraksi ini tidak harus terasa sakit.
e. Rasa tertekan pada perut bagian bawah, terasa berat atau
seperti bayi yang mendorong ke bawah.
f. keluar air atau cairan lainnya dari vagina
Faktor Resiko Kelahiran Prematur :
Resiko Demografik
a. Ras
b. Usia (<> 40 tahun)
c. Status sosio ekonomi rendah
d. Belum menikah
e. Tingkat pendidikan rendah
Resiko Medis
a. Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
b. Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
c. Anomali uterus
d. Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
e. Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah
plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen,
infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly
janin
Resiko Perilaku dan Lingkungan
a. Nutrisi buruk
b. Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
c. Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
d. Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
Faktor Resiko Potensial
a. Stres
b. Iritabilitas uterus
c. Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
d. Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
e. Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
f. Defisiensi progesterone
g. Infeksi
Klasifikasi premature murni sesuai dengan definisi WHO :

BATASAN KRITERIA KETERANGAN


Sangat    -   Usia kehamilan 24-30   Sangat  sulit untuk hidup, kecuali
prematur minggu dengan inkubator canggih
   -  BB bayi 1000-1500 g   Dampak sisanya menonjol,terutama
pada IQ nerologis dan pertumbuhan
fisiologis

Prematur     - Usia kehamilan 31-36  Dengan perawatan cangih masih


Sedang minggu mungkin hidup tanpa dampak sisa
     -  BB bayi 1501-2000 g yang berat
Premuatur    -  Usia kehamilan 36-38   Masih sangat mungkin hidup  tampa
borderline minggu dampak sisa yang berat
   -  Berat bayi 2001-2499 g   Perhatikan kemungkinan :
   -  Lingkaran kepala 33 cm   * Ganguan napas
    -  Lingkaran dada 30 cm   * Daya isap lemah
   -  Panjang badan sekitar   *  Tidak tahan terhadap hipotermia
45cm   * Mudah terjadi infeksi
Diagnosis Persalinan Premature
a. Kontraksi yang berulang sdikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit
b. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm, dan
penipisan 50-80%
f. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika
g. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan preterm
h. Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
Penanganan :
Prinsip penanganan persalinan premature adalah:
a. Coba hentikan kontraksi uterus / penundaan kelahiran
b. Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya .
c. Upaya menghentikan kontrsksi uterus kemungkinan obatobatan atau tokolitik hanya
berhasil sebentar, tapi penting untuk memberikan kortikosteroid,intervensi ini
bertujuan untuk menunda kelahiran sampai bayi cukup matang untuk
lahir (37 minggu)

2. POSTMATUR  Kehamilan berlangsung ≥ 42 minggu dihitung bedasarkan rumus naegle


dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Dan 42 minggu dihitung bedasarkan HPHT
Etiologi  Kadar progesterone tidak cepat turun walaupun keahmilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
Tanda-tanda Bayi Postmatur :
a)      Biasanya lebih berat  dari bayi matur
b)      Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c)      Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d)      Verniks kaseosa di badan kurang
e)      Kuku-kuku panjang
f)       Rambut kepala agak tebal
g)      Kulit agak pucat dengan desquamasi epitel
Pengaruh terhadap ibu dan Janin :
Terhadap Ibu  menyebabkan distosia, karena aksi uterus tidak terkoordinasi, Janin
besar, Molase kepala kurang, dan sering dijumpai partus lama (kesalahan lta, inersia
uteru, distosia bahu, dan perdarahan postpartum)
Terhadap Janin  kematian janin 42 minggu lebih besar 3x daripada kehamilan 40
minggu ini dipengaruhi oleh berat bayi yang bertambah besar.
Penanganan :
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan atau rujuk.

3. DISMATUR  Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan. Disebabkan oleh mengalami gangguan pertumbuhan janin (IUGR) dan
BBLR. Dismatur ini dapat juga neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan (NKB -
SMK). Neonatus cukup bulan - kecil masa kehamilan (NCB - KMK) dan Neonatus lebih
bulan - kecil masa kehamilan (NLB - KMK).
Diagnosis Bayi Dismatur :
a. Sebelum bayi lahir
 Pada Anamnese sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus  
 dan lahir mati
 Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
 Pergerakan janin yang pertama (quickening) lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilan nya sudah agak lanjut.
 Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
 Sering dijumpai kehamilan dengan oligahidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum atau perdarahan antepartum.
b. Setelah Bayi Lahir
 Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterine secara klasik tampak
seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras,
gerakan bayi terbatas verniks  kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, berlipat-lipat
mudah diangkat.
 Bayi dismatur yang lahir kurang berat badan
 Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
 Bayi dismatur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu
sangat peka terhadap pertumbuhan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi
dan sebagainya. (Varney, Helen, 2009 Buku Saku Bidan)
Perawatan Bayi Dismatur :
a. Pemberian minum  early feeding : minum sesudah berumur 2 jam untuk mencegah
penurunan BB, hipglikemia, dan hiperbilirubinemia.
b. Perlindungan terhadap infeksi
 Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi.
 Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostik atau di laboratorium. Bila terbuka
adanya hipoglikemia harus segera diatasi.
 Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
c. Perawatan bayi dengan metode kangguru
Dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi baru lahir kemudian, bayi
diletakkan diantara payudara ibu dan ditutup baju ibu yang berfungsi sebagai kantung
kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau duduk dan tengkurap atau miring
ketika ibu berbaring. (Perinasia, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Depkes RI
dan Health Service Program – USAID, 2008).

4. POSTDATE (Kehamilan lewat waktu)  melewati 294 hari/ 42 minggu lengkap


Etiologi :
a.Faktor plasenta
 Insufisiensi plasenta
 Infark plasenta
 Solusio plasenta
 Plasenta previa
b. Faktor ibu
 Diabetes mellitus
 Preeklampsi dan eklampsi
 Nefritis kronis
 Polihidramnion dan oligohidramnion
 Shipilis
 Penyakit jantung
 Hipertensi
 Penyakit paru atau TBC
 Inkompatability rhesus
 AIDS
c. Faktor inpartum
 Perdarahan antepartum
 Partus lama
 Anastesi
 Partus macet
 Persalinan presipitatus
 Persalinan sungsang
 Obat-obatan
d. Faktor Janin  Prematuritas, Postmaturitas, Kelainan bawaan, dan perdarahan otak
e. Faktor Tali pusat  Prolapsus tali pusat, Lilitan tali pusat, Vassa previsa, dan tali
pusat pendek.
Manifestasi Klinik :
a. Anamnesis
1) Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat
2) Berkurang.
3) Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau
kehamilantidak seperti biasanya.
4) Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit
seperti mau melahirkan.
6) Penurunan berat badan.
7) Perubahan pada payudara atau nafsu makan
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu.
b) Terhentinya perubahan payudara
2. Palpasi
a) Tinggi fundus uteri lebih rendah dari usia kehamilan
b) Tidak teraba gerakan- gerakan janin.
3) Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala
janin.
a) Auskultasi : Baik memakai stetoskop monoral maupun dopler tidak terdengar
denyut jantung janin.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati.
b. hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati.
2) Pemeriksaan Radiologi
a.) USG
- Gerak anak tidak ada
- Denyut jantung anak tidak ada
- Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
b.) X-Ray
1. Spalding’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih,
pencairan otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
2. Nanjouk’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung.
3. Robert’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah
besar. Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam.
4. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
Diagnosis Banding :
a. Gerakan janin berkurang atau hilang,nyeri perut hilangtimbul atau menetap,perdarahan
pervaginamsesudah hamil 22 minggu.
b. Gerakan Janin dan DJJ tidak ada, perdarahan dan nyeri hebat.
c. Gerakan janin berkurang atau hilang, DJJ abnormal (180x/menit).
d. Gerakan Janin/DJJ hilang
o Syok, uterus tegang/kaku, gawat janin atau DJJ tidak terdengar.
o Syok, perut kembung/cairan bebas intra abdominal, kontur uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-bagian janin teraba, denyut nadi ibu cepat.
o Cairan ketuban bercampur mekoneum.
o Tanda-tanda kehamilan berhenti. Solutio Plasenta :
- Ruptur Uteri
- Gawat Janin
- Kematian janin
Penanangan :
a) Periksa Tanda Vital
b) Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan darah, golongan
darah ABO dan Rhesus.
c) Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab
kematian, hindari memberikan informasi yang tidak tepat.
d) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu didampingi oleh orang terdekanya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan
dapat lahir pervaginam.
e) Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.
f) Bila pilihan adalah pada ekspektatif : Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu,
yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi komplikasi .
g) Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan menggunakan oksitosin
atau misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.
h) Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
i) Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta
dan infeksi.(Sarwono, 2001)

Anda mungkin juga menyukai