Anda di halaman 1dari 13

Nama : Thalita Dewi Cahyani

NIM : P17124019035

Kelas : 2A Kebidanan

Resume Kelompok 4 Obstetri

“ Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaannya”


A. Penyakit dan Kelainan Plasenta
Normalnya plasenta akan lahir 30 menit pasca lahirnya bayi. Retensi plasenta terjadi
apabila plasenta tertahan atau belum lahir dari 30 menit setelah bayi lahir. Ini akan
mengancam jiwa jika tidak segera ditanganin, akan menyebabbkan komlikasi seperti infeksi
dan perdarahan.
1. Kelainan Plasenta :
a. Plasenta suksenturiata : disamping plasenta besar ditemukan pula plasenta kecil
b. Plasenta spuria : antara kedua plasenta tidak ditemukan pembuluh darah
c. Plasenta membranasea : Plasenta tipis dan lebar, kadang-kadang menutupi seluruh
rungan kavum uteri.
d. Plasenta sirkumvalata : plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat
cincin putih.
e. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri
dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Bila cincin putih ini letaknya
dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Keduanya disebut
plasenta ekstrakorial.
2. Plasenta Previa  plasenta berada di segmen bawah uterus sehingga menutupi
sebagian/ seluruh jalan lahir.
Klasifikasi Plasenta Previa :
a. Plasenta previa totalis  plasenta menutupi seluruh jalan lahir.
b. Plasenta previa parsialis  plasenta menutupi sebagian/separuh jalan lahir
c. Plasenta previa menginalis  hanya menutupi bagian tepi, masih bisa untuk normal
tapi risiko terjadinya perdarahan
d. Plasenta letak rendah (low lying)  terletak rendah karena hanya berjarak beberapa
cm/ ml dari jalan lahir.
Faktor pemicu ibu hamil mengalami plasenta previa terjadi karena berbagai hal,
seperti
1. Pernah mengalami plasenta previa, itu berarti ada kemungkinan 12 kali lebih
besar untuk mengalami kembali di kehamilan berikutnya.
2. Pernah melakukan operasi pada rahim, seperti pengangkatan miom atau kuretasi.
3. Berusia lebih dari 35 tahun, terutama jika sudah pernah tiga kali melahirkan.
4. Memiliki kelainan bawaan terhadap bentuk rahim atau terdapat tumor pada rahim.
5. Di kehamilan sebelumnya pernah menjalani operasi caesar. Semakin sering
menjalani caesar, maka risiko mengalami plasenta previa juga akan semakin
besar.
6. Menjalani masa kehamilan dengan pola hidup yang tidak sehat, misalnya
kebiasaan merokok atau mengonsumsi alkohol.
7. Adanya trauma selama masa kehamila
Tanda dan Gejala :
a) Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
b) Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR
c) Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejala
d) Perdarahan berwarna merah
e) Letak janin abnormal.
Diagnosis dan Gejala Klinis :
a) Anamnesis : - Keluhan utama perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/
Trimester 3
- Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang
b) Inspeksi/Inspekulo : Perdarahan keluar pervaginam (dari dala uterus) dan tanmpak
anemis
c) Palpasi abdomen :
 Janin sering blm cukup bulan, TFU masih rendah
 Sering dijumpai kesalahan letak janin
 Bagian terbawah janin belum turun
 Pemeriksaan USG
 Evaluasi letak dan posisi plasenta.
 Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan janin.
 Transabdominal ultrasonography
Pencegahan Plasenta Previa :
a. Multiparitas, merupakan salah satu factor penyebab bisa terjadinya plasenta
previa
b. Usia ibu tidak boleh lebih dari 35 tahun karena merupakan salah satu factor
penyebab bisa terjadinya plasenta previa.
c. Mengetahui Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
d. Mengetahui Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesaria (risiko
meningkat seiring peningkatan jumlah seksio sesaria).
Terapi Spesifik : Terapi ekspektatif, dan Terapi aktif (Tindakan segera)
Penanganan :
 Istirahat total (bed rest), transfuse darah (bila diperlukan) dan operasi Caesar.
Hubungan seks dan olahraga juga sebaiknya perlu dihindarkan, sebab bisa memicu
perdarahan.
 Operasi Caesar dilakukan ketika UK dinilai cukup, yaitu minggu ke-36. Sebelum
menjalani prosedur ini, perkembangan paru-paru janin dalam kandungan agar
semakin cepat, biasanya akan diberikan kortikosteroid.
3. Solusio Plasenta  terlepasnya plasenta dari tempat implatansinya yang normal pada
uterus, sebelum waktunya janin dilahirkan, biasanya pada usia 28 minggu ke atas.
1. Klasifikasi :
a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan
solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
a. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
b) Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
c) Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
2. Tanda/Gejala Solusio Plasenta:
a) Perdarahan disertai rasa sakit
b) Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
c) Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
d) Abdomen menjadi tengang
e) Perdarahan berwarna kehitaman
f) Sakit perut terus menerus
3. Diagnosia Solusio Plasenta
a) Anamnesis
1) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
2) Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan
sekonyongkonyong(non recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan
darah yang berwarna kehitaman
3) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
4) Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang
5) Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
b) Palpasi
1) Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
3) Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
4) Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
c) Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari 1/3 bagian.
d) Pemeriksaan dalam
1) Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
2) Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang.
3) Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta.
e) Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi
cepat dan kecil
e) Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain: Terlihat daerah
terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta
4. Penanganan :
 Jika terjadi sebelum 34 minggu  dirawat di rumah sakit agar kondisi bisa
diamati. Jika DJJ bayi normal, dan pendarahan terhenti  solusio plasenta tidak
terlalu parah. Akan diberikan obat kortikosteroid untuk mempercepat
pertumbuhan paru-paru janin.
 Jika terjadi lebih dari 34 minggu  Dokter akan melakukan operasi Caesar.
a. Terapi Spesifik
 Atasi Syok :
Infus laritan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit
pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. (lihat cara mengatasi Syok).
Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan
akibat koagulopati.
 Atasi Anemia
Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena di
samping mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur
pembekuan darah.
Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam
kondisi anemia berat, berikan packed cell .

Perbedaan Plasenta previa dan Solusio Plasenta :


5. Ruptur Sinus Marginalis  terlepasnya sebagian kecil plasenta (1/4 bagian) dari temopat
implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan. Bedasarkan tanda dan gejalanya
merupakan klasifikasi dari solusio plasenta, yaitu solusio plasenta ringan.
Sinus marginalis adalah lakuna vena yang tidak berlanjut, relatif bebas dari villi, dekat
tepi plasenta, terbentuk karena penggabungan bagian pinggir ruang inter villi dengan
lacuna subchorial. Sinus marginalis ini dapat mengalami ruptur, hal ini biasanya disebut
dengan Ruptur Sinus Marginalis.
a. Klasifikasi menurut sebabnya :
1) Kerusakan/rupture uterus yang telah ada sebelum hamil
2) Pembedahan pada rupture : eksio sesarea atau histerotomi, histerorafia, miomektomi
yang sampai menembus seluruh ketebalan otot uterus,reseksi pada rupture uterus atau
bagian interstisial, metroplasti.
3) Trauma uterus koinsidental: instrumentasi sonde pada penanganan abortus, trauma
tumpul atau tauma tumpul atau tajam seperti pisau atau peluru, rupture tanpa gejala
pada kehamilan sebelumnya (silent rupture in previose pregnancy).
4) Kelainan bawaan: kehamilan dalam bagian rupture (horn) yang tidak berkembang.
5) Sebelum kelahiran anak : his spontan yang kuat dan terus-menerus, pemakain
oksitosin atau prostaglandin untuk merangsang persalinan, instilasi cairan ke dalam
kantong gestasi atau ruang amnion seperti larutan garam fisiologik atau
prostaglandin, perforasi, dengan kateter pengukur tekanan rupture sinus marginalis,
trauma luar tumpul atau tajam, versi luar, pembesaran rupture yang berlebihan
misalnya hidramnion dan kehamilan ganda.
6) Dalam periode intrapartum versi-ekstraksi cunam yang sukar, ekstraksi bokong,
rupture janin yang menyebabkan distensi berlebihan pada segmen
7) bawah rupture, tekanan kuat pada uterus dalam persalinan, kesulitan dalam
melakukan manual plasenta.
8) Cacat rupture yang didapat: plasenta inkreta atau perkreta, neoplasis trofoblas
gestasional, adenomiosis, rupture Sinus Marginalis uterus gravidus inkarserata
b. Tanda/Gejala Sinus Marginalis
1) Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang warnanya kehitamhitaman
2) Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus agak tegang
3) Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang normal
4) Tidak ada koagulopati39
5) Tidak ada gawat janin
c. Diagnosis
1) Anamnesis : Perasaan sakit yang tiba – tiba di perut, kadang – kadang pasien dapat
menunjukkan tempat ayng dirasa paling sakit; perdarahan pervaginam yang sifatnya
hebat ( non-recurrent ) terdiri dari bekuan – bekuan darah yang berwarna kehitaman;
pergerakan anak masih terasa dan ruptur diraba; kepala terasa pusing, lemas, muntah,
pucat, mata berkunang – kunang.
2) Palpasi : TFU tidak sesuai dengan UK, Uterus tegang rupture seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun diluar his nyeri tekan
ditempat plasenta terlepas bagian-bagian janin masih diraba, walau perut (uterus)
tegang.
3) Auskultasi : Bila DJJ terdengar diatas 140, kemudin turun dibawah 100 dan akhirnya
hilang bila plasenta terlepas lebih dari 1/3 bagian.
4) Pemeriksaan dalam : Dapat diraba serviks uteri telah terbuka atau masih tertutup;
kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu
his maupun diluar his; apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya
plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan,
disebut rupture plasenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
5) Pemeriksaan umum : TD semula tinggi karena penderita sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. nadi
cepat, kecil, dan filiformis.
6) Pemeriksaan USG : terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kadung kemih ibu,
darah dan tepian plasenta.

6. Plasenta Akreta  kondisi di mana pembuluh darah plasenta (ari-ari)/ bagian-bagian lain
dari plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim.
 Menyebabkan saat ibu melahirkan, sebagian atau seluruh plasenta masih tetap melekat
erat pada dinding rahim.
 Plasenta akreta diduga berkaitan dengan tingginya kadar protein bernama
alphafetoprotein (AFP) yang dihasilkan janin, dan dapat dideteksi dari darah ibu hamil.
 Kondisi lapisan rahim yang tidak normal juga diduga dapat menimbulkan plasenta akreta,
seperti jaringan parut pasca operasi caesar atau operasi lain di rahim. Meskipun begitu,
penyebab pasti plasenta akreta belum diketahui secara pasti.
7. Plasentamogali (Ukuran Plasenta Melebihi Normal)  ukuran plasenta 700 g atau lebih
 Disebabkan pembengkakan jonjot plasenta, ibu yang mengidap mengidap penyakit
diabetes melitus, anemia akut, anemia pada janin, hingga sifilis. Ibu yang merokok pun
akan berpotensi mengalami pembesaran plasenta karena plasenta “berjuang” mencari
oksigen akibat pasokan oksigen yang rendah dalam darah.
 Plasentamegali dapat dideteksi sejak minggu ke-20 kehamilan. Jika menganggu
pertumubuhan janin diambil tindakan untuk mengeluarkan janin lebih cepat.
8. Pengapuran Plasenta  tanda penuaan plasenta. Terjadi pada minggu ke-37 hingga
minggu ke-42 kehamilan. Dalam pemeriksaan USG, pengapuran ditandai dengan bintik-
bintik putih putih pada plasenta. Bintik putih merupakan deposit kalsium yang ada pada
plasenta.
 Pengapuran plasenta di  Trimester 2, menyebabkan plasenta mati/ berubah menjadi
jaringan ikat sehingga menurunkan fungsinya.
 Akibatnya pasokan oksigen dan nutrisi ke janin bisa berkuarang sehingga mempengaruhi
pertumbuhan janin.
9. Abrupsio Plasenta (Plasenta Lepas)  sebagian/seluruh plasenta lepas dari rahim
sebelum bayi lahir. Dapat menghalangi asupan nutrisi dan oksigen untuk bayi anda, dan
menyebabkan perdarahan hebat.
 Penyebab : Memiliki riwayat darah tinggi, pre-eklamsia/ kebiasaan merokok dan
minum alcohol  menyebabkan merusak pembuluh darah kecil yang terdapat di
plasenta.
 Gejala : perdarahan melalui vagina, rasa nyeri pada perut dan kontraksi rahim yang
hebat.

B. Kelainan Tali Pusat


1. Kelainan Inersia Tali Pusat (Inersia velamentosa)  inersia pada selaput janin.
 Pada inersia velamentosa tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-
pembuluh darah yang berjalan di daerah ostium uteri internum, disebut vasa praevia.
 Vasa praevia membahayakan anak karena waku ketuban pecah vasa praevia
dapat terkoyak dan menimbukan pendarahan yang berasal dari anak.
 Gejala : Perdarahan akan terlihat jika telah terjai vas previa  perdarahan segera setalah
ketuban pecah.
 Manifestasi Klinik :
a. Dapat timbul perdarahan pada kehamilan 20 minggu
b. Darah berwarna merah segar
c. Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)
d. Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari
anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk. 
Pemeriksaan penunjang : USG  - biometri janin, plasena (letak, derajat maturasi, dan
kelainan, ICA.
- Kardiotografi kehamilan > 28 minggu
- Laboratorium : darah perifer lengkap
 Penatalaksanaan
a. Pencegahan : Tidak ada pencegahan khusus pada Insersio Valementosa, hanya
dengan melakukan minimal ANC Program Pemerintah 4x dalam kehamilan.
b. Penanganan Insersio Velamentosa : Tentukan UK, Ukuran Janin, Maturitas paru dan
pemantuan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup
dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah
meninggal/imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

C. Penyakit dan Kelainan Selaput Janin


1. Selaput Janin (Amnion dan Karion)
a. Cairan Amnion  pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang
pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatinin tidak berbeda dengan kadar
pada serum ibu, artinya kadar dicairan amnion merupakan hasil difusi dari ibunya.
Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo, vernik kaseosa). Fungsi cairan
amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti
fosfat dan seng (Prawirohardjo, 2010:155)
 Rongga yang diliputi selaput janin  Rongga amnion, terdapat cairan amnion (likuor
amni)
 Asal cairan amnion : diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion /
plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine janin yang
diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion
 Fungsi Cairan amnion :
a) Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
b) Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
c) Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH)
dalam rongga amnion, untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin.
d) Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin
(terutama pada persalinan)
e) Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang
steril, sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.
 Keadaan normal cairan amnion :
a) pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.
b) keadaan jernih agak keruh
c) steril
d) bau khas, agak manis dan amis
e) terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
f) sirkulasi sekitar 500 cc/jam
Kelainan jumlah cairan amnion
1. Oligohidramnion  air ketuban ≤ 500 cc, kental, dan bercampur darah mekonium.
Kurang baik untuk janin dapat membuta pertumbuhan terganggu oleh perlekatan
antara janin dan amnion, karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
a. Penyebab : Primer  karena pertumbuhan manion yang kurang baik.
Sekunder  KPD
b. Etiologi & Patofisiologi :
 Berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan
obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis (Khumaira, 2012:188)
 Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun,
tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin
dapat juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion,
yang terjadi secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital,
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm,
insufiensi plasenta dan obatobatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin).
Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah
kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom (Prawirohardjo, 2010:155
Kelainan Selaput
1. Robeknya Selaput dalam Kehamilan, dikarenakan :
a.Spontan disebabkan selaput yang lemah/kurang terlindungi karena serviks terbuka
(incompetent cervix).’
b. Trauma akibat jatuh, koitus, atau alat-alat.
Gejala :
a.Air ketuban mengalir ke luar, uterus lebih kecil dan sesuai dengan tuanya kehamilan,
serta konsistensinya lebih keras
b. Biasanya terjadi persalinan
c.Cairan yang keluar dari jalan lahir disebut hydrorrhoea amniotica
Terapi :
a.Kalau kehamilan sudah cukup bulan dilakukan induksi
b. Kalau anak prematur diusahakan seupaya kehamilan dapat berlangsung terus,
misalnya dengan istirahat dan pemberian progestron
c.Kalau kehamilan masih sangat muda (di bawah 28 minggu) dilakukan induksi
d. Kadang-kadang selaput robek pada kehamilan yang masih sangat muda, misalnya
pada minggu-minggu pertama kehamilan.
Gejala saat anak ke luar dari kantongnya dan tumbuh ekstrakorial :
a.Hydrorrhoea amniotica, sering bercampur darah
b. Uterus kecil
c.Pergerakan anak nyeri
d. Bunyi jantung lekas terdengar (fetal phase)
e.Karena tidak ada air ketuban, dapat terjadi cacat bawaan
D. Kehamilan Ganda  kehamilan 2 janin/ lebih.
1. Diagnosis
a. Besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya amenorea
b. Hasil palpasi abdomen mengarah ke kehamilan ganda:
1) Kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran uterus
2) Teraba 2 balotemen atau lebih
3) Terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop
fetal
2. Faktor Prediposisi : Usia ibu > 30 tahun, konsumsi obat untuk kesuburan, Fertilisasi in
vitro, Faktor keturunan.
3. Komplikasi Kehamilan Ganda :
a. Trimester pertama
1) Anemia
2) Emesis-hiperemesis gravidarum
3) Abortus
b. Trimester akhir
1) Prematuritas
2) Praeklampsia-eklampsia
3) Hidramnion
c. Inpartu
1) Kelainan letak
2) Plasenta previa
3) Perut gantung
4) Inersia uteri
5) Persalinan memanjang
6) Ketuban pecah dini saat pembukaan kecil
7) Prolapsus funikuli
8) Solusio plasenta
9) Persalinan dengan tindakan operasi
d. Postpartum
1) Atonia uteri
2) Pendarahan postpartum
3) Retensio plasenta
4) Rest plasenta.
4. Pencegahan Terjadinya Risiko pada Kehamilan Ganda
a. Istirahat yang cukup, mengurangi aktivitas tetapi tetap olahraga ringan, seperti
berjalan, yoga aay berenang.
b. Cukupi asupan kalori dan nutrisi  2700-3000 kalori.
c. Jaga Berat badan Ideal  27-25 kg
d. Kurangi stress  lakukan relaksasi
e. Memeriksa kehamilan secara rutin
5. Tatalaksana
Tatalaksana Umum
1) Asuhan antenatal sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
2) Persalinan untuk kehamilan ganda sedapat mungkin dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas seksio sesarea.
 Janin pertama
a. Siapkan peralatan resusitasi dan perawatan bayi.
b. Pasang infus dan berikan cairan intravena.
c. Pantau keadaan janin dengan auskultasi denyut jantung janin. Jika denyut jantung
janin 180 kali/menit, curigai adanya gawat janin.
d. Jika presentasi janin verteks, usahakan persalinan spontan dan monitor persalinan
dengan partograf.
e. Jika presentasi bokong atau letak lintang, lakukan seksio sesarea.
f. Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan melahirkan plasenta
sebelum janin kedua dilahirkan.
 Janin kedua atau janin berikutnya
a. Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan palpasi abdomen untuk menentukan
letak janin kedua atau berikutnya.
b. Jika perlu, lakukan versi luar agar letak janin kedua memanjang.
c. Periksa denyut jantung janin.
d. Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan:
presentasi janin kedua
selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
ada tidaknya prolapsus tali pusat.
e. Jika presentasi verteks:
 Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah.
 Periksa denyut jantung janin antara kontraksi uterus untuk menilai
keadaan janin.
 Jika his tidak adekuat setelah kelahiran bayi pertama, berikan infus
oksitosin dengan cara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga
kontraksi dalam 10 menit, dengan lama stiap his lebih baik 40 detik).
 Jika janin tidak lahir dalam 2 jam dengan his yang baik, atau terdapat
tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin 180 kali/menit), lakukan
seksio sesarea.
f. Jika presentasi bokong :
• Apabila taksiran berat badan janin tidak lebih dari janin pertama daar serviks
tidak mengecil, rencanakan partus spontan.
• Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran janin pertama,
berikaninfus oksitosin secara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga
kontraksi dalam 10 menit, dengan lama setiap his lebih dari 40 detik).
• Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah dan bokong
sudah turun.
• Periksa denyut jantung janin di antara 2 kontraksi uterus. Jika 180 kali/menit,
lakukan ekstraksi bokong
• Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio
sesarea.
6. Tatalaksana Khusus
1) Jika letak lintang:
 Apabila selaput ketuban utuh, lakukan versi luar.
 Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban masih utuh,
lakukan versi dalam dan lanjutkan dengan ekstraksi (lakukan versi dalam
podalik)
 Dengan memakai sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan
satu tangan ke dalam uterus dan raihlah kaki janin.
 Secara perlahan tarik janin ke bawah.
 Lanjutkan dengan ekstraksi sungsang.
 Periksa denyut jantung janin di antara his.
 Jika versi luar gagal dan versi dalam tidak dianjurkan atau gagal, segera
lakukan seksio sesarea.
 Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM dalam waktu 1 menit
setelah bayi terakhir lahir dan teruskan penanganan aktif kala III untuk
mengurangi perdarahan pascapersalinan.

E. Ketuban Pecah Dini  keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu.
1. Diagnosis  bedasarkan amnesis dan pemeriksaan inspekulo.
Amnesis  penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba.
Inspekulo  speculum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks/
menggenang di forniks posterior.
Pastikan bahwa :
a. Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap
diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu
• Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret
servikovaginal yang mengering .
b. Tidak ada tanda-tanda in partu
Setelah menentukan diagnosis ketuban pecah dini, perhatikan tanda-tanda
korioamnionitis
2. Faktor Prediposisi : Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, Infeksi traktus genita,
Perdarahan antepartum, dan merokok.
3. Tatalaksana
 Umum : berikan eritmisin 4x250 mg selama 10 hari, rujuk ke fasilitas yang
memadai
 Khusus:
1) Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
a. >34 minggu: Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi.
b. 24-33 minggu:
Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin, lakukan
persalinan segera.
Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason
12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33
minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukkan bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan sesuaikan
dengan fasilitas perawatan bayi preterm).
c. <24 minggu
Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin
Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin
menjadi pilihan
Jika terjadi infeksi .

Anda mungkin juga menyukai