NIM : P17124019035
Kelas : 2A Kebidanan
6. Plasenta Akreta kondisi di mana pembuluh darah plasenta (ari-ari)/ bagian-bagian lain
dari plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim.
Menyebabkan saat ibu melahirkan, sebagian atau seluruh plasenta masih tetap melekat
erat pada dinding rahim.
Plasenta akreta diduga berkaitan dengan tingginya kadar protein bernama
alphafetoprotein (AFP) yang dihasilkan janin, dan dapat dideteksi dari darah ibu hamil.
Kondisi lapisan rahim yang tidak normal juga diduga dapat menimbulkan plasenta akreta,
seperti jaringan parut pasca operasi caesar atau operasi lain di rahim. Meskipun begitu,
penyebab pasti plasenta akreta belum diketahui secara pasti.
7. Plasentamogali (Ukuran Plasenta Melebihi Normal) ukuran plasenta 700 g atau lebih
Disebabkan pembengkakan jonjot plasenta, ibu yang mengidap mengidap penyakit
diabetes melitus, anemia akut, anemia pada janin, hingga sifilis. Ibu yang merokok pun
akan berpotensi mengalami pembesaran plasenta karena plasenta “berjuang” mencari
oksigen akibat pasokan oksigen yang rendah dalam darah.
Plasentamegali dapat dideteksi sejak minggu ke-20 kehamilan. Jika menganggu
pertumubuhan janin diambil tindakan untuk mengeluarkan janin lebih cepat.
8. Pengapuran Plasenta tanda penuaan plasenta. Terjadi pada minggu ke-37 hingga
minggu ke-42 kehamilan. Dalam pemeriksaan USG, pengapuran ditandai dengan bintik-
bintik putih putih pada plasenta. Bintik putih merupakan deposit kalsium yang ada pada
plasenta.
Pengapuran plasenta di Trimester 2, menyebabkan plasenta mati/ berubah menjadi
jaringan ikat sehingga menurunkan fungsinya.
Akibatnya pasokan oksigen dan nutrisi ke janin bisa berkuarang sehingga mempengaruhi
pertumbuhan janin.
9. Abrupsio Plasenta (Plasenta Lepas) sebagian/seluruh plasenta lepas dari rahim
sebelum bayi lahir. Dapat menghalangi asupan nutrisi dan oksigen untuk bayi anda, dan
menyebabkan perdarahan hebat.
Penyebab : Memiliki riwayat darah tinggi, pre-eklamsia/ kebiasaan merokok dan
minum alcohol menyebabkan merusak pembuluh darah kecil yang terdapat di
plasenta.
Gejala : perdarahan melalui vagina, rasa nyeri pada perut dan kontraksi rahim yang
hebat.
E. Ketuban Pecah Dini keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu.
1. Diagnosis bedasarkan amnesis dan pemeriksaan inspekulo.
Amnesis penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba.
Inspekulo speculum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks/
menggenang di forniks posterior.
Pastikan bahwa :
a. Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap
diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu
• Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret
servikovaginal yang mengering .
b. Tidak ada tanda-tanda in partu
Setelah menentukan diagnosis ketuban pecah dini, perhatikan tanda-tanda
korioamnionitis
2. Faktor Prediposisi : Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, Infeksi traktus genita,
Perdarahan antepartum, dan merokok.
3. Tatalaksana
Umum : berikan eritmisin 4x250 mg selama 10 hari, rujuk ke fasilitas yang
memadai
Khusus:
1) Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
a. >34 minggu: Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi.
b. 24-33 minggu:
Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin, lakukan
persalinan segera.
Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason
12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33
minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukkan bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan sesuaikan
dengan fasilitas perawatan bayi preterm).
c. <24 minggu
Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin
Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin
menjadi pilihan
Jika terjadi infeksi .