TAHUN 2014
Oleh :
SUHAENAH
PASCA SARJANA
TAHUN 201
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
apabila tidak disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai.
jumlah yang besar dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
sebesar 119,2 juta jiwa, tahun 1980 jumlah penduduk Indonesia sebesar 147,5
juta jiwa, tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia sebesar 179,4 juta jiwa,
tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia sebesar 205,1 juta jiwa, tahun 2010
jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Maka selama tahun
terakhir penduduk Indonesia bertambah sekitar 32,5 juta orang atau meningkat
dengan tingkat (laju) pertumbuhan per tahun sebesar 1,49 persen (BPS, 2011)
Situasi dan kondisi kependudukan saat ini merupakan fenomena yang memerlukan
Salah satu upaya yang telah dan perlu terus dilakukan oleh pemerintah bersama-sama
dengan seluruh lapisan masyarakat yaitu dengan pengendalian jumlah penduduk dan
adalah seorang yang telah berhasil atau sukses menyelesaikan pendidikan bidan yang
terakreditasi dan diakui negara, telah memperoleh kualifikasi yang dibutuhkan untuk
didaftarkan dan mendapat sertifikat dan atau secara resmi diberi lisensi untuk
wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah
diakui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu, dimana dengan jalan mengatur jumlah dan
jarak kelahiran anak, maka kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak. Selain
untuk ibu, keluarga berencana juga bermanfaat bagi suami, anak, serta bangsa
(Sulistyawati, 2011). Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
(Anggraini dan Martini, 2011). Metode kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah
sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (Sulistyawati, 2011). Salah
satu sasaran Program keluarga berencana yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009
yaitu menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen
per tahun (Anggraini dan Martini, 2011). AKDR atau IUD adalah suatu alat
kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,
bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uterus sebagai
menyatakan bahwa pada tahun 2010 diperkirakan akseptor yang menggunakan AKDR
umur 10-49 tahun yang menggunakan alat/cara KB menurut tempat tinggal yaitu
Sterilisasi Wanita 2,1%, Sterilisasi Pria 0,1 %, Pil 12,8 %, AKDR / Spiral 5,1
%,Susuk 1,4%, Suntik 32,3 %, Kondom 1,1 %, Diafragma 0,1 %, Amenorrhea Laktasi
0,1 %, Pantang Berkala 0,4 %, Senggama Terputus 0,3 %, Tidak ber KB 44,2 %). Hal
ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) masih kurang diminati
dibandingkan dengan metode KB lainnya yang peminatnya lebih tinggi. Hasil
pelayanan peserta KB baru sampai dengan bulan Desember 2011 di Provinsi Aceh
jenis kontrasepsi yang digunakan yaitu sebagai berikut IUD 5.547 (3,04 %), MOW
1.247 (0,68 %), MOP 28 (0,02 %), Kondom 20.875 (11,43%), Implant 6.169 (3,38
%), Suntikan 80.578 (44,12 %), dan Pil 68.175 (37,33 %) (BKKBN, 2011).
penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Asiah (2012) yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Sigli yang mana dari 46 responden yang berpengetahuan kurang
oleh hasil penelitian Fauziah (2012) yang dilakukan di Desa Dayah Kruet Kecamatan
Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya yang menunjukkan hasil bahwa dari 31 responden
yang berpengetahuan kurang 100% tidak menggunakan IUD. hasil penelitian tersebut
Selain hubungan pengetahuan dengan pemilihan AKDR, penelitian Putri (2011) yang
menunjukkan pula hasil bahwa dari 18 responden yang berpendidikan dasar ternyata
Rumah Sakit Umum Sigli juga menunjukkan hasil dari 43 responden yang
Kabupaten Aceh Besar menunjukkan pula hasil yang sama dengan kedua penelitian
tersebut yang mana dari 54 responden yang berpendidikan dasar ternyata 44 memilih
metode KB yang efektif. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan
bahwa dari 32 responden yang bekerja ternyata 87,5% memilih metode KB yang
efektif sejalan dengan hasil penelitian Safrinawati, hasil penelitian yang dilakukan
Kabupaten Aceh Barat Daya (2012) juga menunjukkan bahwa dari 35 responden 25
Puskesmas Saree Kabupaten Aceh Besar didapatkan hasil bahwa dari 40 responden
tentang AKDR dari tenaga kesehatan. Selain penelitian Darwani, hasil penelitian yang
Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya (2012) juga menunjukkan bahwa dari 35
peneliti lakukan di Ruang Seureune III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin didapatkan informasi bahwa dari semua pasien post partum yang dirawat di
ruang tersebut dari Januari 2012 sampai dengan Januari 2013 hanya 13 pasien yang
tercatat menggunakan IUD Post Plasenta. Pasien yang menggunakan IUD Post
plasenta tersebut 9 diantaranya adalah pasien post partum dengan proses persalinan
secara seksio saesarea dan 4 lainnya adalah pasien post partum yang melalui proses
persalinan secara spontan atau pervaginam. Dari data diatas menunjukkan bahwa
kontrasepsi ini memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dan merupakan metode KB
akseptor IUD seperti yang telah disebutkan diatas diantaranya adalah karena pengaruh
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan informasi dari tenaga kesehatan. IUD post
plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta
pada persalinan pervaginam maupun seksio Sesarea, IUD yang dipasang setelah
persalinan selanjutnya juga akan berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus
menstruasi (Saifuddin et al, 2006). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2014”.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam bidang penelitian,
2. Institusi Pendidikan
Khususnya bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah Program Studi D-III
Kebidanan, hasil penelitian secara teoritis dapat menambah khasanah ilmu kesehatan
terutama tentang IUD Post Plasenta dan dapat dijadikan bahan bacaan untuk
meningkatkan pengetahuan
Sebagai tolak ukur dalam menilai tingkat pelayanan kesehatan dan bahan kajian serta
4. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
(Anggraeni Martini,2011).
IUD atau AKDR / SPIRAL adalah suatu benda kecil dari plastik lentur, sebagian besar
memiliki lilitan tembaga yang dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (Anggraeni & Martini, 2011). IUD atau AKDR mencegah
kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum karena adanya
perubahan pada tuba dan cairan uterus. Hal ini disebabkan karena AKDR dianggap
sebagai benda asing yang dapat menyebabkan peningkatan leukosit serta tembaga
yang dililitkan pada AKDR juga bersifat toksik terhadap sperma dan ovum.
Efektivitas IUD atau AKDR dalam mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100%
bergantung pada jenis IUD atau AKDR. IUD atau AKDR merupakan metode
kontrasepsi jangka panjang serta dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun
seksio sesarea (Saifuddin et al, 2006, hlm MK – 7) Dengan adanya teknik baru
yaitu IUD Post Plasenta maka dapat memberikan harapan dan kesempatan bagi
ibu yang tidak ingin hamil lagi. Bagi Indonesia dengan kesulitan hidup yang
cukup tinggi (30% miskin), dan banyaknya unmet need (8,6%) maka teknologi
ini perlu untuk ditawarkan kepada pasien post partum dengan cara
(Saifuddin et al, 2006) Dengan adanya teknik baru yaitu IUD Post Plasenta
maka dapat memberikan harapan dan kesempatan bagi ibu yang tidak ingin
hamil lagi. Bagi Indonesia dengan kesulitan hidup yang cukup tinggi (30%
miskin), dan banyaknya unmet need (8,6%) maka teknologi ini perlu untuk
2. Jenis
pemasangan IUD Post Plasenta adalah AKDR jenis Cu-T khususnya AKDR
plasenta lahir.
Gambar 2.1 IUD Copper T
AKDR CuT-380A adalah IUD berukuran kecil, terbuat dari kerangka plastik
setiap batang plastik “T” terdapat 176 mg kawat tembaga (Cu) pada bagian
vertikal, dan 66,5 mg tembaga pada bagian horizontal. Total luas permukaan
tembaga adalah 380 mm2. Jangka waktu penggunaan IUD Copper T 380 A
adalah 10 tahun, dan setelah 10 tahun AKDR tersebut harus dilepaskan namun
dapat pula dilepaskan lebih awal sesuai dengan keinginan pasien (Varney et
al,2006)
3. Cara Kerja
AKDR / IUD Post Plasenta langsung bekerja secara efektif segera setelah pemasangan
selesai. AKDR bekerja dengan cara menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii, mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri, AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu (AKDR membuat sperma sulit
masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi), dan memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Saifuddin et al,2010).
4. Efektivitas
Sebagai alat kontrasepsi, AKDR / IUD Post Plasenta memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi yaitu 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125–170 kehamilan). Ini dapat pula diartikan bahwa angka kegagalan IUD Post
5. Keuntungan
Menurut Nisa (2011), IUD Post Plasenta memiliki beberapa keuntungan, yang
diantaranya adalah :
a. Langsung bisa didapatkan oleh ibu yang melahirkan di tempat pelayanan kesehatan.
e. Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi
menstruasi
c. Metode jangka panjang ( IUD Copper T 380 A bekerja hingga 10 tahun dan tidak
perlu diganti).
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
6. Kelemahan
Kelemahan dari IUD Post Plasenta ialah dimana angka keberhasilannya ditentukan
kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan teknik pemasangan sampai ke fundus
juga dapat meminimalisir kegagalan pemasangan (Nisa, 2011). Saifuddin (2010)
mengatakan bahwa IUD Post Plasenta memiliki beberapa kekurangan lainnya, yaitu :
a. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa
pemasangan.
e. AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus AIDS. Apabila
AKDR.
7. Indikasi
Menurut Saifuddin (2010), Indikasi pemasangan IUD untuk tujuan kontrasepsi dapat
bayinya, setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi resiko rendah dari IMS, tidak
8. Kontra indikasi
Kontraindikasi pemasangan IUD Post Plasenta ialah ketuban pecah lama, infeksi
intrapartum, dan perdarahan post partum dan abnormal uterus ( Saifuddin, 2010 )
9. Pemasangan
IUD Post Plasenta dimasukkan atau dipasang ke dalam fundus uteri dalam 10 menit
setelah plasenta lahir dengan cara penolong menjepit AKDR di ujung jari tengah dan
meletakkan AKDR dengan benar di fundus dengan cara tangan kiri penolong
10. Pemantauan
Menurut Saifuddin (2010), pemantauan kondisi AKDR Post Plasenta dilakukan pada :
b. Pemantauan kondisi AKDR dapat pula dilakukan bila terdapat keluhan (nyeri,
c. Benang AKDR harus diperiksa secara runtin selama bulan pertama penggunaan
d. Pemantauan juga harus dilakukan apabila benang AKDR tidak teraba, merasakan
bagian yang keras dari AKDR, AKDR terlepas, keluar cairan yang mencurigakan dari
konseling dan selidiki penyebab amenorea. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan
untuk melepas AKDR apabila benang AKDR terlihat dan kehamilan kurang dari 13
minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR
jangan dilepaskan. Apabila klien hamil dan tidak ingin melepaskan AKDR, jelaskan
b. Kejang
Pastikan dan tegaskan adanya Penyakit Radang Panggul dan penyebab lain dari
kejang kemudian tangani kejang sesuai penyebab yang ditemukan. Apabila penyebab
mengalami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvic dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada
konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selama seminggu)
untuk mengurangi perdarahan dan beri tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai
Apabila klien telah menggunakan AKDR lebih dari 3 bulan dan di ketahui menderita
anemia (Hb < 7g/%) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantu pasien memilih
Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila
tidak hamil dan AKDR tidak lepas, berikan kondom. Periksa benang AKDR didalam
saluran endoserviks dan kavum uteri setelah haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan
rujuk klien ke dokter lalu lakukan pemeriksaan X-ray atau pemeriksaan ultrasound.
Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasang AKDR baru dan
Lakukan pemeriksaan IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan klien menderita atau
sangat dicurigai menderita gonorhoe tau infeksi klamidia, dan lakukan pengobatan
yang memadai. Bila klien mengalami PRP, obati dan lepaskan AKDR sesudah 48 jam.
Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai masalah teratasi dan bantu klien
B. Pengetahuan
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak pengamatan terhadap suatu
hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011), Asiah (2012) dan
menunjukkan pula bahwa ini merupakan suatu masalah serius yang belum
pengetahuan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi
yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau
b. Memahami (comprehension)
jadwalnya.
c. Aplikasi (application)
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (Mubarak, 2011).
d. Analisis (analysis)
yang 1 bulan.
e. Sintesis (synthesis)
yang baru (Mubarak, 2011). Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
f. Evaluasi (evaluation)
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
d. Minat
e. Pengalaman
g. Informasi
(Mubarak, 2011).
Post Plasenta
Menurut Mubarak (2011), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu
lingkungan sekitar dan informasi. Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Mubarak
(2011) tersebut serta hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
pendidikan, pekerjaan dan informasi dari tenaga kesehatan terhadap pengetahuan ibu
dalam penggunaan IUD. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas variabel yang
diteliti yaitu pendidikan, pekerjaan, dan dan informasi dari tenaga kesehatan.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kognitif, efektif dan psikomotor dari segala bidang keilmuan termasuk teknologi.
Tingginya angka kelulusan perguruan tinggi dari suatu bangsa adalah merupakan
indicator kualitas bangsa itu (Mubarak, 2005). Pendidikan adalah suatu upaya atau
kegiatan untuk mempengaruhi orang agar ia atau mereka berperilaku sesuai dengan
kondisi sedemikian rupa sehingga orang mampu untuk berperilaku hidup sehat
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikan
lebih rendah (Widianti, 2007). Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan
yaitu:
a. Pendidikan dasar (Sekolah Dasar (SD)/Madrasah (MI) atau bentuk lain, Sekolah
menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin
dan pengetahuan ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin banyak
keputusan yang tepat dan efektif tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan
2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari- hari yang
mendapatkan imbalan uang atau materi. Seseorang yang bekerja karena tuntutan
informasi lebih baik (Notoatmodjo, 2003). Pekerjaan adalah pencarian barang apa saja
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak dan luas.
Dengan kondisi sebagai seorang pegawai atau seorang karyawan, seorang ibu
diharapkan dapat memilih metode kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
bertahan jangka lama seperti AKDR sehingga dapat membantu ibu lebih nyaman
diketahui oleh masyarakat. Menurut Depkes informasi adalah pesan yang disampaikan
oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat (Anggraini & Martini, 2011). Menurut
Notoatmodjo (dalam Asmawati, 2011), sumber informasi adalah segala sesuatu yang
media cetak (surat kabar, majalah, buku), media elektronik (tv, radio, internet) dan
melalui tenaga kesehatan seperti pelatihan dan penyuluhan yang diadakan oleh
memberi informasi dan nasehat tentang KB yang tepat”. Bidan dapat memberikan
informasi tentang peraturan jarak kehamilan atau informasi tentang ketersediaan
pelayanan. Bidan dapat memberi saran kepada seorang wanita tentang pilihan-pilihan
kontrasepsi atau dapat pula seorang bidan dilibatkan dalam memfasilitasi penggunaan
metode kontrasepsi tertentu. Beberapa contoh peran bidan dalam keluarga berencana
yang dapat dilakukan pada ibu postpartum adalah memberikan saran kepada ibu
tentang metode KB yang paling cocok untuk ibu (mempertimbangkan semua faktor
fisik, social dan budaya); memastikan bahwa wanita mudah mencapai fasilitas KB,
menggunakan metode kontrasepsi yang dipilih (Henderson & Jones, 2005). Salah satu
langkah dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang dapat dilakukan oleh
secara intensif, terutama yang ditujukan kepada masyarakat yang datang keklinik dan
Kenyataan yang ada di lapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat dijangkau
oleh klien. Oleh karena itu untuk memberikan informasi kepada klien tentang
Keluarga Berencana dapat dilakukan pada dua jenis tempat pelayanan, yaitu :
Dilaksanakan oleh para petugas dilapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, Sub
PPKBD, dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang sesuai standar.
Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil
b. Di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedis terlatih di klinik yaitu dokter, bidan,
perawat serta bidan desa. Pelayanan konseling yang dilakukan dalam rangka
hal-hal berikut :
• Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatan
klien.
• Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak
• Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika
klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui
penyuluhan kesehatan merupakan tugas yang tidak dapat dipisahkan dari tugas utama
kerumah.
terutama di kalangan kaum ibu yaitu golongan masyarakat yang justru menjadi salah
kesehatan dalam rangka memberikan informasi tentang Keluarga Berencana ialah agar
a. Sasaran menggunakan salah satu metode (alat kontrasepsi) yaitu atas dasar
kebutuhan karena adanya pengertian pengetahuan, dan kesadaran akan kegunaan atau
manfaatnya.
b. Sasaran menggunakan metode Keluarga Berencana dalam waktu yang cukup lama
sehingga berpengaruh terhadap jumlah kelahiran, taraf kesehatan ibu dan keluarga,
keluarga. Informasi Keluarga Berencana yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada
untuk dapat memilih kontrasepsi yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Oleh
karena itu yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan informasi
tentang Keluarga Berencana ialah memberikan informasi yang jelas, benar, lengkap,
serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien. Dengan mendengarkan
apa yang disampaikan klien, petugas kesehatan akan dapat memberikan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan setiap klien karena tidak semua klien dapat menangkap
bagi klien dalam mengingat informasi yang penting yang telah disampaikan. Selain
itu, ketika memberikan informasi, petugas harus memberikan waktu bagi klien untuk
mudah dipahami oleh klien, maka petugas dapat memperlihatkan contoh alat
penilaian bahwa klien telah mengerti sehingga dapat membantu klien mengingat apa
yang harus dilakukan dan juga berbagi informasi kepada orang lain (Sulistyawati,
2011).
E. Kerangka Teoritis
Menurut Mubarak (2011), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu
A. Kerangka Konsep
Menurut Mubarak (2011), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu
lingkungan sekitar dan informasi. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Putri, Asiah, Fauziah, Safrinawati, Darwani, dan Anita yang
menunjukkan hasil bahwa pendidikan, pekerjaan, dan informasi dari tenaga kesehatan
penelitian ini, peneliti hanya membahas tentang pendidikan, pekerjaan, dan informasi
dari tenaga kesehatan dalam mempengaruhi pengetahuan ibu tentang penggunaan IUD
Post Plasenta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut :
Pendidikan
Informasi dari
Tenaga Kesehatan
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala
Operasina Ukur Ukur Ukur
l
Depende
nt
Pengetah Hasil dari Menyebar Kuesio Baik Ordi
Plasenta n kriteria :
aan 𝑋≥𝑋
tentang Kurang
objek bila
yaitu 𝑋<𝑋
tentang
IUD Post
Plasenta
Independ
ent
1. Pendidik Pendidika Menyebar Kuesio Tinggi Ordi
oleh dengan
responde kriteria :
n Tinggi bila
tamat
perguruan
tinggi,
akademi,
dll.
Menengah
bila tamat
SMA/sede
rajat Dasar
bila tamat
SD/sederaj
at atau
tamat
SMP/seder
ajat
2. Pekerjaa Profesi Menyebar Kuesio Bekerja Ordi
kegiatan responden
yang dengan
dilakukan kriteria :
ibu Bekerja
sehari- bila
hari swasta
mendapat Tidak
kan bekerja
uang sebagai
atau rumah
materi tangga
esioner
pada
3. Informas Informasi Menyebar Kuesio Cukup Ordi
n tenaga responden
Kesehata dengan
n kepada kriteria :
tentang 𝑋≥𝑋
IUD Kurang
Post bila
Plasenta 𝑋<𝑋
selama
hamil
hingga
C. Hipotesa Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan
variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum yang dirawat di
2005).
3. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang datang berkunjung Di
𝑛 = 𝑍2 𝑃 (1 − 𝑃 )𝑑2
Keterangan :
n = Besar Sampel
𝑛=
𝑛=
𝑛=
𝑛=
𝑛 =𝑍2 𝑃 (1 − 𝑃 )𝑑2
(0,10)2
0,01
2,7225. 0,25
0,01
0,680625
0,01
𝑛 = 68.0625 = 68
1. Tempat
2. Waktu
2014.
D. Pengumpulan Data
a. Data Primer
sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini
pengujian (Saputra, 2009). Data primer dalam penelitian ini adalah data
b. Data Sekunder
dicatat oleh pihak lain). Dara sekunder umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
register Ruang Seureune III dan Ruang Rekam Medis Rumah Sakit
1. Pengolahan Data
a. Editing
lengkap atau belum. Apabila ada jawaban yang belum lengkap, jika
(Notoatmodjo, 2010).
b. Coding
(Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
berikut :
𝑃 = x 100%
Keterangan :
P: Persentase
N: Sample
F: Frekuensi
b. Analisa Bivariat
SPSS for windows melalui perhitungan uji Chi Squre. Penilaian dilakukan
1) Jika p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima.
ditolak.
Menurut Sabri dan Hastono (2006), aturan yang berlaku pada uji Chi
1) Bila pada tabel 2×2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil
2) Bila pada tabel 2×2 tidak ada nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil
3) Bila tabel lebih dari 2×2 misalnya 3×2, 3×3, dan lain-lain, maka hasil uji
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin merupakan rumah sakit
25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 dan
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin pada
tanggal 1 juni 2011. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap serta medical chec up.
Selain itu, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin sudah
B. Hasil Penelitian
Nomor 108 Banda Aceh pada tanggal 22 April sampai dengan 10 Juni
1. Analisa Univariat
a. Pengetahuan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Responden di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
b. Pendidikan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Responden di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
Pendidikan Frekuensi Persentase(%)
Tinggi 19 27,9
Menengah 23 33,8
Dasar 26 38,2
Total 68 100
c. Pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan pada Responden di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
Pekerjaan Frekuensi Persentase(%)
Bekerja 15 22,1
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Informasi dari Tenaga Kesehatan pada
Responden di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh Tahun 2013
2. Analisa Bivariat