Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok DosenPembimbing

Metode Khusus Pengajaran PAI Adly Nurul Ihsan, M.Pd.I

PENERAPAN SISTEM
PEMBELAJARAN CBSA

OLEH :
Alfi Bariah : 18.11.1302
Annisa : 18.11.1303
Fari’ah : 18.11.1308
Herlina : 18.11.1312

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat

ditempuh oleh guru ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA. Pendekatan

ini merupakan merupakan pendekatan pembelajaran yang tersurat dan tersirat

dalam kurikulum yang berlaku. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut

keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA menuntut

keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang

berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui

proses kognitif pembelajaran akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah

tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.

Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai

penerapan pendekatan CBSA beserta Pengertian, Prinsip, Karakteristik,

Rambu-Rambu, dan Langkah Penerapan nya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian, CBSA?

2. Apa Saja Prinsip-Prinsip CBSA?

3. Bagaimana Karakteristik CBSA?

4. Apa Saja Rambu-Rambu CBSA?

5. Bagaimana Langkah-Langkah CBSA?

1
C. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk Mengetahui Pengertian CBSA.

2. Untuk Mengetahui Prinsip Prinsip CBSA.

3. Untuk Mengetahui Karakteristik CBSA.

4. Untuk Mengetahui Rambu-Rambu CBSA.

5. Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Penerapan CBSA.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian CBSA

Siswa belajar secara aktif ketika mereka terlibat secara terus-menerus,

baik mental maupun fisik. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam

bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur.

Sedangkan contoh kegiatan psiskis seperti mengingat kembali isi pelajaran

pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki

dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen,

membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, serta kegiatan mental

lainnya. Dan yang terpenting adalah adanya keterlibatan intelektual-emosional

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran aktif itu perlu semangat hidup, giat, berkesinambungan,

kuat dan efektif. Selain itu, pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang

terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami

pengalaman yang dialami.

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan

CBSA adalah anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian

pelibatan intelektual-emosional siswa dalam pembelajaran, dengan melibatkan

fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/ fisik siswa

serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa

bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.

3
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional

siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:

1. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan

terbentuknya pengetahuan

2. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan

terbentuknya keterampilan

3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan

terbentuknya nilai dan sikap

Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat

keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa

yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang

menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru

diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat

menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem

pengajaran yang efektif dan efisien.

B. Prinsip-Prinsip CBSA

Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada

kegiatan-kegiatan yang nampak, menggambarkan tingkat keterlibatan siswa

dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik,

Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:

1. Dimensi subjek didik :

a. Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-

dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar.

4
b. Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam

persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar

maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar.

c. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat

mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh

guru.

d. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat

mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh

guru.

e. Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan

dan siapapun termasuk guru.

2. Dimensi Guru

a. Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka

kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-

mengajar.

b. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan

motivator.

c. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.

d. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara

serta tingkat kemampuan masing-masing.

e. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-

mengajar serta penggunaan multi media.

3. Dimensi Program

5
a. Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi

kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang

sangat penting diperhatikan guru.

b. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep

maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.

c. Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan

kondisi.

4. Dimensi situasi belajar-mengajar

a. Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat,

bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam

proses belajar-mengajar.

b. Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses

belajar-mengajar.

C. Karakteristik CBSA

1. Mengacu pada Tujuan.

Kalau guru bisa menjelaskan tujuan pembelajaran dengan jelas,

maka siswa akan mengerti dan bisa menghubungkan tujuan tersebut

dengan hasil yang akan mereka peroleh dari pembelajaran itu. Hal ini

adalah langkah pertama yang sangat penting saat memulai pelajaran. Siswa

perlu merasa bahwa mereka adalah bagian dari proses pembelajaran.

Untuk memfasilitasi hal ini, setiap rencana pembelajaran menyertakan satu

sesi yang disebut Tujuan Pembelajaran Terukur, yang merangkum tujuan-

tujuan pembelajaran, yang kemudian dijelaskan pada siswa, dan satu sesi

6
di akhir pelajaran yang disebut refleksi pemikiran mendalam, yang

menyertakan saran untuk membantu siswa merefleksikan kembali

pengalaman yang mereka peroleh untuk mengukur ketercapaian tujuan dan

mengetahui apakah mereka mengalami flow selama pembelajaran

berlangsung.

2. Melibatkan Siswa.

Secara intuisi, sebenarnya guru telah mengetahui bahwa untuk

membuat pembelajaran lebih bermakna, siswa harus menggunakan lebih

banyak energi mental dan emosional. Maka kegiatan-kegiatan yang sudah

direncanakan secara matang diharapkan dapat membantu siswa tetap siaga

terpikat secara mental untuk terlibat dalam pembelajaran.

3. Menggunakan Seni, Gerakan, dan Indera.

Strategi pelajaran dirancang untuk mengaktifkan kelima panca

indera untuk bisa melibatkan siswa secara penuh. Seni adalah cara yang

ideal untuk mengaktifkan beragam indera, mendorong rasa kebersamaan

siswa, menyediakan sarana ganda untuk menemukan dan mengekspresikan

makna, membangun rasa percaya diri dan antusiasme belajar, dan

menguatkan kemampuan dasar kecerdasan: kognitif, emosional, perhatian

atau attentional, dan motorik (Sylwestern 2004; Jensen 2001) (dalam buku

Pembelajaran Aktif karangan Pat Hollingsworth & Gina Lewis). Dan

sejumlah pelajaran juga menggunakan strategi gerakan fisik untuk

melibatkan siswa.

7
4. Meragamkan Langkah Kegiatan.

Untuk menjaga agar pikiran selalu siaga, maka perlu meragamkan

langkah dan jenis kegiatan. Setiap kegiatan menyediakan ide-ide untuk

merubah langkah, dan setiap pelajaran disiapkan untuk bisa diadaptasikan,

mudah dalam menambahkan ide untuk meragamkan pembelajaran.

Pembelajaran aktif bisa bersifat mental maupun fisik. Merubah model

kerja siswa dari kerja kelompok besar menjadi kerja individual atau

menjadi kelompok kecil adalah salah satu cara yang mudah dan efektif

untuk meragamkan langkah mental.

D. Rambu-Rambu CBSA

Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk

menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang

tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA

dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun

kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah. Rambu-rambu dapat dilihat dari

beberapa dimensi yaitu:

1. Berdasarkan pengelompokan siswa

Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru harus disesuaikan

dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai

untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih

tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu,

keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang

berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.

8
2. Berdasarkan kecepatan Masing-Masing siswa

Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih

materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk

belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang

kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk

strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran

modul.

3. Pengelompokan berdasarkan kemampuan

Pengelompokan yang homogin dan didasarkan pada kemampuan

siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu,

siswa harus dijadikan satu kelompok maka hal ini mudah dilaksanakan.

Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada

disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan

intelektualnya.

4. Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat

Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk

berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya

terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau

permasalahan yang akan dikerjakan.

5. Berdasarkan domein-domein tujuan

Strategi belajar-mengajar berdasarkan domein/kawasan/ranah

tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

9
a. Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domein ialah:

1) Domein kognitif, yang menitik beratkan aspek cipta.

2) Domein afektif, aspek sikap.

3) Dornein psikomotor, untuk aspek gerak.

b. Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan ialah:

1) Keterampilan intelektual.

a) Strategi kognitif.

b) Informasi verbal.

2) Keterampilan motorik.

a) Sikap dan nilai.

E. Langkah-Langkah CBSA

Pemilihan teknik pembelajaran yang sesuai dengan faktor-faktor

penentu kegiatan pembelajaran, akan membantu guru mengetahui

kemanfaatannya dalam meningkatkan kadar CBSA. Pengetahuan guru tentang

kemanfaatan ketepatan pemilihan teknik pembelajaran akan mengarahkan guru

kepada kesadaran perlunya menyempurnakan dirinya sendiri, sehingga mampu

menjadi katalisator yang semakin meningkat kemampuannya.

Dengan meningkatnya kemampuan guru sebagai katalisator dalam

kegiatan pembelajaran, meningkat pulalah kadar CBSA dalam pembelajaran

yang diselenggarakannya. Kadar CBSA dalam suatu proses pembelajaran

terlihat sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni pada jabaran

kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.

Dalam pelaksanaannya, CBSA merujuk pada langkah-langkah sebagai

10
berikut:

1. Pemanasan.

Pemanasan dimulai dengan saling menyumbang pikiran/

brainstorming tentang gambaran mental yang dimiliki subjek didik tentang

topik yang dipelajari. Bila topik ini baru, maka harus ada pengalaman

langsung yang dapat menjembataninya.

Penghayatan pengalaman ini untuk subjek didik pada tingkat

rendah SD dapat dilaksanakan secara nyata. Disamping pengalaman ini

diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak

yang sama dalam melibatkan subjek secara mental, emosional dan fisik

sekaligus merupakan usaha melihat lingkup (konteks) permasalahan.

2. Pengamatan (observasi).

Penggunaan indera diperlukan untuk memperoleh informasi

sebanyak mungkin. Untuk itu, perlu diketahui bahwa belahan otak sebelah

kanan memiliki fungsi imajinasi yang perlu dikembangkan dan belahan

otak sebelah kiri terutama memiliki kemungkinan untuk persepsi kognitif

dalam perolehan pengetahuan dan memorasinya. Apa yang terjadi di

proses belajar mengajar konvensional pada umumnya adalah pemberatan

pada berfungsinya otak sebelah kiri.

Usaha perlu dilakukan untuk mengurangi hal tersebut dengan

mengurangi penginderaan kata-kata verbal dan lebih meragakan melalui

gambar, action ataupun realitas sebenarnya. Yang harus dicapai adalah

pengamatan yang relevan. Dengan begitu, keseimbangan dua belahan otak

11
harus selalu dijaga kondisinya dalam menyerap berbagai pengalaman

belajar.

3. Interpretasi dan Pengamatan.

Mencatat ciri khas dari sebuah objek, perkembangan atau kejadian

untuk menghubungi pengamatan yang satu dengan pengamatan yang lain,

itu merupakan pola-pola yang harus dideteksi dalam sebuah rangkaian

observasi. Penemuan pola itu adalah basis untuk menemukan maksud

hubungan dan menyarankan kesimpulan (mungkin kejadian tertentu hasil

dari kejadian lain).

4. Peramalan.

Pola dan hubungan yang sudah diamati digunakan untuk

meramalkan kejadian yang belum diamati. Suatu ramalan adalah suatu

terkaan bila tidak didasarkan pada hubungan yang diketahui ada melalui

observasi hari ini atau pada masa yang lalu. Subjek didik haru dibantu

membedakan ramalan dan terkaan. Harus ada alasan untuk suatu ramalan

yang didasarkan pada observasi. Jadi, proses peramalan bertumpu dari

penalaran terhadap observasi.

5. Aplikasi konsep.

Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau

menggunakan pengalaman baru sebagaimana timbul dalam usaha

penterjemahan apa adanya.

Setiap penjelasan harus dianggap tentatif yang harus

dikonfirmasikan kembali. Kalau pembuktiannya tidak jelas, maka harus

12
dianggap suatu hipotesis. Sering ada beberapa alternatif hipotesis untuk

disarankan, yang semuanya dapat diterapkan pembuktiannya. Ini yang

harus disadari oleh subjek didik dalam mencocokan kembali kebenaran

hipotesis itu.

6. Perencanaan penelitian.

Perencanaan penelitian bertolak dari pertanyaan apa yang harus

dijawab secara jelas, hipotesis apa yang mau dicoba atau apa yang

dicobakan. Kejelasan ini mampu melihatkan empirik atau penyajian nilai

adalah bagian dari perencanaan penilaian. Proses ini juga mencakup

mengidentifikasi variabel mana yang perlu diubah atau bisa tetap

dipertahankan. Juga mencakup perencanaan observasi dan uraian apa yang

akan dipakai. Cara pemakaiannya adalah untuk menentukan hasil

penilaian.

7. Komunikasi.

Proses ini dikaitkan erat dengan cara subjek didik belajar

mengkomunikasikan kata atau objek dipikirkan perlakuaannya,

membutuhkan gambaran ide maupun situasi nyata. Kata-kata itu baru

menyertai pelajaran bila ide sudah dihargai. Komunikasi ini tidak hanya

verbal tetapi juga melalui grafik, chart dan tabel dalam mengatur informasi

atau penyampaian hasil observasi sehingga polanya kelihatan dan

kesimpulan bisa ditarik.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan


kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional denga harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal,baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai
pemgerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.

Pendekatan CBSA adalah Setiap proses pembelajaran pasti


menampakkan keaktifan yang belajar atau siswa. Pernyataan ini tidak dapat
kita bantah atau kita tau kebenarannya. Sedangkanpendekatan keterampilan
proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri
siswa.

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini mengandung banyak


kekurangan, jadi kami harapkan kepada dosen dan teman teman sekalian untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan kami lebih
baik lagi, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dkk, Belajar dan Pembelajaran Jakarta, Rineka Cipta, 2002.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada 2006.

Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud. 1994.

Syamsuddin, Abin, Psikologi Kependidikan, Bandung, Remaja R, 2000.

15

Anda mungkin juga menyukai