Anda di halaman 1dari 2

Bausung adalah salah satu budaya unik yang tumbuh dan berkembang di Kalimantan Selatan.

Bausung
diambil dari kata Usung yang bermakna gendong. Yaitu Sepasang Pengantin sebelum mereka bersanding
di pelaminan (saat mempelai pria datang ke rumah mempelai wanita) dilakukanlah adat bausung.
Bausung dilakukan oleh dua penari yang diiringi dengan musik Banjar, kedua penari menggendong
kedua mempelai disaksikan oleh para tamu dan undangan yang hadir menuju pelaminan.

Pada awalnya bausung hanya dilakukan oleh beberapa golongan saja dalam suku Banjar atau yang lebih
dikenal dengan keluarga ekonomi kelas atas, sehingga ketika sebuah keluarga mengadakan acara
bausung dianggap bahwa keluarga itu tergolong dari keluarga yang mampu, selain itu bausung juga
dianggap sebagai acara adat yang mewah.

Namun pada perkembangannya, tradisi bausung ini tidak lagi menjadi pesta pada kalangan orang kaya
saja, namun sudah menjadi hiburan bagi masyarakat setempat pada setiap acara pernikahan, bahkan
ketika orang Banjar merantau ke daerah lain. Adat ini masih banyak dipakai dalam pesta pernikahan di
daerah Kabupaten Tapin, Rantau.(Scw)

LIHAT KE HALAMAN ASLI

Johan Arifin

TERVERIFIKASI

Sejenak aku kisahkan tentang diriku padamu, agar kau tau siapa aku, bagaimana hidupku, karena kau tak
akan pernah bertanya bagaimana rasanya menjadi aku.

Adat atau kebiasaan budaya berbeda-beda serta beranekaragam, salah satunya ba-usung pangantin,
tradisi ba-usung pangantin terdapat di provinsi Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai,
Kabupaten Hulu Sungai terdiri dari Hulu Sungai Selatan (Kandangan), Hulu Sungai Tengah (Barabai), dan
Hulu Sungai Utara (Amuntai).Tradisi ini sangat unik karena hanya ada di Kalimantan Selatan dan satu-
satunya di Indonesia bahkan di dunia.

Ba-usung adalah istilah bahasa Banjar, Kalimantan Selatan, asal dari kata usung, yang berarti di angkat
ke atas. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia usung berarti [v] ber.u.sung kl v naik tandu;
bertandu: raja akan berangkat.
Pangantin (bahasa Banjar, Kal-Sel), atau pengantin yaitu pasangan mempelai pria dan wanita yang
sedang melangsungkan perkawinan.

Jadi ba-usung pangantin adalah mengangkat kedua mempelai ke atas (bahu)

Kalau dilihat dari kebiasaan pelaksanaan pesta perkawinan, secara umum tidak terlepas dari acara
sungkem kepada kedua orang tua, kemudian kedua mempelai disandingkan di pelaminan, satu persatu
para tamu bersalaman sambil mengucapkan dan mendoakan agar menjadi keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah.

Namun, ada yang unik di Kabupaten Hulu Sungai, setelah prosesi perkawinan dilaksanakan, kedua
mempelai bersiap-siap untuk diusung, orang yang mengusung terdiri dari dua orang laki-laki, lelaki
pertama mengusung mempelai pria, dan lelaki yang kedua mengusung mempelai wanita, laki-laki yang
mengusung kedua mempelai tentulah harus kuat agar mampu menahan beban berat kedua mempelai,
mempelai pria duduk di atas bahu dengan posisi mengangkang, sedangkan mempelai wanita duduk
dengan posisi menyamping.Kemudian mereka diarak sambil diiringi berbagai macam kesenian
tradisional, seperti tari japin, hadrah, dan lain-lain.

Zaman dulu ba-usung pangantin ini hanya dilakukan oleh golongan dengan tingkat ekonomi ke atas
karena butuh biaya yang lebih, sehingga apabila dalam suatu keluarga mampu melaksanakan ba-usung
pangantin berarti keluarga tersebut dianggap sebagai orang berada. Selain itu acara bausung pangantin
ini dianggap sebuah pesta yang mewah dan meriah.

Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ba-usung pangantin ini bukan lagi sebagai pesta kalangan
orang berduit saja. Akan tetapi sudah menjadi bagian dari hiburan bagi masyarakat Hulu Sungai,
biayanya pun tidak terlalu menguras dompet. Jadi, bagi masyarakat Hulu Sungai tidak lengkap rasanya
bila melaksanakan wallimah pernikahan tanpa tradisi ba-usung pangantin.

Anda mungkin juga menyukai