Anda di halaman 1dari 9

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

Metode Khusus Pengajaran PAI Adly Nurul Ihsan, M.Pd.


I

PEMBINAAN KEAGAMAAN

Oleh:

 Magfiroh : 18.11.1319
 Maryani : 18.11.1322
 Misnawarah : 18.11.1324
 Ridha Rohma Fitri : 18.11.1334

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara fenomenal prilaku siswa pada saat ini memang sangat merisaukan,
terutama bagi guru / pendidik sebagai penanggungjawab pendidikan di sekolah.
Siswa setingkat SMP, sudah tidak malu lagi melakukan tindakan pelanggaran
moral seperti berpacaran di sekolah secara terang - terangan pada saat jam
istirahat sekolah, duduk berduaan setelah jam pulang dengan tidak mengindahkan
guru , memakai pakaian yang mempertontonkan aurat walaupun bagian
lainya”jilbab”, berkata - kata jorok, menyimpan gambar gambar seronok di Hp,
melanggar disiplin sekolah, merokok di depan guru, meninggalkan sholat dengan
alasan yang tidak jelas nyaris tanpa ekspresi dan rasa berdosa sedikitpun, tidak
berpuasa pada saat bulan Ramadhan dan lain lain sebagainya. Indikator inilah
merupakan tamparan berat bagai guru khususnya guru pendidikan Agama Islam,
dimana guru agama dianggap paling bertanggung jawab terhadap hal ini.  Oleh
karena itu, mungkin dalam hal ini kita perlu duduk bersama untuk memikirkan
bagaimana solusi yang terbaik untuk membina sikap siswa secara kholistik, baik
pembinaan prilaku / moral siswa maupun pembinaan sikap beragamanya. Basis
pemahaman dan penanaman keimanan ( pembinaan sikap beragama ) inilah yang
paling penting dilakukan dan ditingkatkan. Maka dengan latar belakang diatas,
maka akan di jelaskan secara rinci dalam makalah kami ini, yang berjudul
“Pembinaan Keagamaan”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pembinaan keagamaan?
2. Bagaimana sikap keagamaan siswa?
3. Bagaimana cara menanamkan sikap keagamaan siswa?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian pembinaan keagamaan .
2. Mendeskripsikan sikap keagamaan siswa.
3. Menjelaskan cara menanamkan sikap keagamaan siswa.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembinaan Keagamaan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa “pembinaan”  berarti
usaha, tindakan dan kegiatan yang diadakan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik 1. Pembinaan juga dapat berarti
suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada
sesuai dengan yang diharapkan2.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu
usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan apa yang sudah ada
kepada yang lebih baik (sempurna) baik dengan melalui pemeliharaan dan
bimbingan terhadap apa yang sudah ada (yang sudah dimiliki). Serta juga dengan
mendapatkan hal yang belum dimilikinya yaitu pengetahuan dan kecakapan yang
baru.
Pembangunan dibidang agama diarahkan agar semakin tertata kehidupan
beragama yang harmonis, semarak dan mendalam serta ditujukan pada
peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Terpeliharanya kemantapan kerukunan hidup umat beragama dan bermasyarakat
dan berkualitas dalam meningkatkan kesadaran dan peran serta akan tanggung
jawab terhadap perkembangan akhlak serta secara bersama-sama memperkokoh
kesadaran spiritual, moral dan etika bangsa dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, peningkatan pelayanan, sarana dan prasarana kehidupan beragama.
Dimaksudkan untuk lebih memperdalam pengalaman ajaran dan nilai-nilai agama

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka,1990), h.37.
2
Hendyat Soetopo dan Wanty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,
(Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 43.
untuk membentuk akhlak mulia, sehingga mampu menjawab tantangan masa
depan.
Peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa diarahkan melalui pemahaman dan pengamalan nilai-nilai spiritual,
moral dan etik agama, sehingga terbentuk sikap batin dan sikap lahir yang setia3.
Agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil
dari dua suku kata “a”berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Secara lengkapnya
agama adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau 4. Agama adalah
aturan dari Tuhan Yang Maha Esa, untuk petunjuk kepada manusia agar dapat
selamat dan sejahtera atau bahagia hidupnya di dunia dan akhirat dengan
petunjuk-petunjuk serta pekerjaan nabi-nabi beserta kitab-kitabNya5.
Jadi agama merupakan aturan-aturan perundang-undangan yang datangnya
dari Tuhan diturunkan kepada manusia sebagai pedoman hidup di dunia akhirat
agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.Agama sebagai refleksi
atas cara beragama tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja tetapi juga
merefleksi dan perwujudan-perwujudan tindakan kolektifitas umat, bangunan
perubahan. Perwujudan-perwujudan tersebut keluar sebagai bentuk dari
pengungkapan cara beragama sehingga agama dan arti umum dapat diuraikan
menjadi beberapa unsur atau dimensi religiusitas.
Agama yang dianggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia (way of life)
menuntun manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk
memelihara integritas manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan
dengan sesama dan dengan alam yang mengitarinya6. Dengan kata lain agama
pada dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup
manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang
mengitarinya, agama merupakan firman Tuhan yang diwahyukan kepada utusan-
Nya untuk disampaikan kepada umat.

3
Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Misi, Visi dan Aksi,(Jakarta:
PT Gemawinda Panca Perkasa, 2000, h. 204.
4
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama,(Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 21.
5
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung: Al Ma’arif, 1989),
h. 128.
6
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 58.
Istilah pengalaman ialah suatu pengetahuan yang timbul bukan pertama-
tama dari pikiran, melainkan terutama dari pergaulan yang praktis dengan dunia.
Pergaulan tersebut bersifat langsung, intuitif dan efektif. Gejala agama terdapat
pada manusia adalah gejala yang berisikan evaluatif. Keberagamaan manusia
tidak terlepas dari zaman serta kebudayaan. Pada kebudayaan kuno keberagamaan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa, spontan dan vital. Kehidupan sendirilah
yang membuka pintu ke arah religiusitas. Perlunya pengalaman religius dan
bentuk bagaimanapun juga dapat disangkal. Dari lain pihak terdengar dari orang
beriman sendiri bahwa pengalaman religius tidak mencukupi untuk
mempertanggungjawabkan iman mereka7. Jadi pembinaan keagamaan (di sini
adalah agama Islam) adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pengalaman atau pelaksanaan ajaran agama Islam agar mencapai
kesempurnaan. Pembinaan keagamaan juga merupakan pendidikan Islam yang
sama membimbing, mendidik ke arah yang lebih baik Sedangkan pengertian
pengalaman berasal dari kata “amal” yang artinya perbuatan (baik atau buruk)
yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti proses. Jadi pengalaman
berarti proses perbuatan, melaksanakan, pelaksanaan, penerapan. Nah, Yang
dimaksud dengan pengalaman beragama di sini adalah bagaimana mengamalkan
atau mengaplikasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari
seperti sholat, puasa, zakat, haji, pergaulan hidup dalam bermasyarakat dan yang
lainnya.

B.     Sikap Beragama siswa


Menurut Bloom, ranah domain pembinaan pendidikan ada tiga macam,
yaitu ranah kognitif, afektif dan motor skill. Inti beragama adalah masalah sikap.
Di dalam Islam, sikap beragama itu intinya adalah iman. Jadi, yang dimaksud
beraganma pada intinya adalah beriman. Di dalam tulisan ini saya mengambil inti
beragama itu adalah beriman. Jika kita membicarakan bagaimana caranya
mengajarkan Agama Islam, maka inti pembicaraan kita adalah bagaimana
7
Nico Syukur Oaster, Pengalaman dan Motivasi Beragama,(Jakarta: Kanisius, 1982), Cet.
V, h. 21.
menjadikan anak didik kita orang beriman. Jadi, inti pendidikan agama islam
adalah penanaman iman.
Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek
jasmani, antara lain di dalam surat Al - Qoshos ayat 77. Di dalam surat Al - A’rof
ayat 31, Allah menjelaskan bahwa makan dan minum adalah suatu keharusan, ini
suatu indikasi yang jelas bahwa manusia memiliki aspek jasmani. Al Syaibani,
mengutip tiga buah hadits yang menerangkan bahwa manusia dalam pandangan
Islam mempunyai aspek jasmani. Tidak ada pendapat dalam Islam yang
merendahkan fungsi tubuh atau jasmani. Pengakuan pentingnya jasmani dalam
Islam terlihat juga dalam surat Al -Baqoroh ayat 57, 60, 188 dan surat Al - A’rof
ayat 31-32. jasmani dilakukan untuk kerja pisik.
Akal adalah satu aspek dari tiga aspek pokok manusia, ini diakui secara
tegas di dalam Islam. Harun Nasution menjelaskan bahwa ada tujuh kata yang
digunakan di dalam Alqur’an untuk menyebut konsep akal. Pertama, kata nazaro
seperti yang digunakan di dalam surat Ash - Shod ayat 6-7, At Thoriq ayat 5-7 Al
- Ghosyiyyah ayat 17-20. Kedua, kata Tadabbara, seperti yang digunakan dalam
surat As - Shad ayat 29, Muhammad ayat 24. dan ketiga, Tafakkara, seumpama di
surat An Nahal ayat 68-69, Al Jatsiyah ayat 12-13. Selanjutnya ada kata Faqiha,
Tadzakkaro, Fahima, dan kata ‘Aqola itu sendiri. Ayat ayat itu mengandung
pengertian bahwa Alqur’an mengakui manusia mempunyai aspek ‘Aqal. Akal
adalah alat untuk berpikir.
Abdul fatah jalal menjelaskan bahwa kata Aqala kebanyakan di Al- Quran
digunakan dalam bentuk fi’il ( kata kerja ), hanya sedikit dalam bentuk ism (*
kata benda ). Ini menunjukan bahwa yang poenting pada akal adalah kerjanya
bukan akal sebagai benda ( otak ). Kata aqala, menghasilkan kata ‘aqaluhu,
ta’qiluna, na’qiluna, ya’qiluna, ya’qiluha, dimuat di dalam alquran pada 49
tempat. Kata Al – bab, jamak kata Al lub yang berarti akal terdapat di dalam
Alquran pada  tempat.
Aspek pokok ketiga manusia ialah aspek rohani. Aspek ini hampir hampir
tidak mendapat perhatian dalam pendidikan barat. Padahal justru aspek inilah
yang terpenting di dalam pembinaan keagamaan seseorang. Penjelasan aspek
rohani di dalam Alquran surat Al Hijr ayat 29 : maka bila aku menyempurnakan
kejadianya dan meniupkan kedalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kalian kepadanya.
Ayat yang sama terdapat di dalam surat As - Shad ayat 72. Ayat ini menjelaskan
bahwa manusia mempunyai aspek ruh.
Al Syaibani menjelaskan manusia mempunyai tiga potensi yang sama
pentingnya yaitu jasmani, akal dan ruh. Eksistensi manusia ialah jasmani, akal dan
ruh, ketiga tiganya menyusun manusia menjadi satu kesatuan. Berdasarkan uraian
di atas, jelaslah bahwa pembinaan pendidikan harus mencakup ketiga aspek
tersebut secara seimbang. Pembinaan keberaagamaanpun harus
mempertimbangkan keharmonisan perkembangan ketiga aspek tersebut.

C.    Cara menanamkan keagamaan siswa


Menurut Dewantara, pengajaran merupakan sebagian dari usaha
pendidikan untuk penambahan pengetahuan dan pembinaan keterampilan. Usaha
usaha lain memang banyak pengaruhnya terhadap pembinaan iman, seperti:
1.      Memberi contoh teladan
2.      Membiasakan (tentunya yang baik)
3.      Menegakkan disiplin
4.      Memberikan motivasi atau dorongan
5.      Memberikan hadiah terutama psikologis
6.      Menghukum dalam rangka pendisiplinan
7.      Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif
Ketujuh macam usaha itu dapat dilakukan oleh guru di sekolah, kepala
sekolah, guru agama, dan oleh guru guru yang lain serta aparat sekolah.Tetapi
karena siswa lebih banyak di rumah maka yang paling penting itu dilakukan di
rumah. Karena penanaman iman yang paling efektif adalah yang dilakukan oleh
orang tua di rumah, karena itu pula guru agama harus dapat bekerjasama dengan
orang tua siswa secara harmonis sehingga tercipta suasana yang kondusif di
sekolah dan di rumah dalam rangka pembinaan keimanan siswa. Dan hasil akhir
yang diharapkan adalah menjadikan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT. serta berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia yang menjadi
kebanggaan guru, orang tua, masyarakat, bangsa, dan Negara.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembinaan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan apa yang sudah ada kepada yang lebih baik (sempurna) baik
dengan melalui pemeliharaan dan bimbingan terhadap apa yang sudah ada (yang
sudah dimiliki).Agama merupakan aturan-aturan perundang-undangan yang
datangnya dari Tuhan diturunkan kepada manusia sebagai pedoman hidup di
dunia akhirat agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.
  Ranah domain pembinaan pendidikan ada tiga macam, yaitu ranah
kognitif, afektif dan motor skill. Inti beragama adalah masalah sikap. Di dalam
Islam, sikap beragama itu intinya adalah iman. Jadi, yang dimaksud beraganma
pada intinya adalah beriman.
Menurut Dewantara, pengajaran merupakan sebagian dari usaha
pendidikan untuk penambahan pengetahuan dan pembinaan keterampilan. Usaha
usaha lain memang banyak pengaruhnya terhadap pembinaan iman, seperti:
         Memberi contoh teladan
         Membiasakan (tentunya yang baik)
         Menegakkan disiplin
         Memberikan motivasi atau dorongan
         Memberikan hadiah terutama psikologis
         Menghukum dalam rangka pendisiplinan
         Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran  yang membangun sangat
kami harapkan guna perbaikan  di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta : Balai Pustaka.

Hendyat Soetopo dan Wanty Soemanto, 1982, Pembinaan dan Pengembangan


Kurikulum, Bina Aksara.

Abdul Rahman Shaleh. 2000, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Misi, Visi dan
Aksi:Jakarta, PT Gemawinda Panca Perkasa.

Dadang Kahmad, 2000, Metode Penelitian Agama, Bandung : Pustaka Setia.

Ahmad D. Marimba, 1989, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung . Al


Ma’arif.

Fuad Ihsan, 1997. Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Nico Syukur Oaster, 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama, Jakarta :


Kanisius Cet. V.

Anda mungkin juga menyukai