Oleh :
HENI OKTAVIANTI
NIM : 1010161041
i
6. Almarhum Bapaku tercinta, Alhamdulillah pendidikan ini bisa Heni jalani
sampai akhir.
7. Mamah, Adik dan Keluarga tercinta yang dengan tulus mendoakan,
memberikan semangat serta dorongan baik moril maupun materil dari awal
pendidikan sampai akhir.
8. Fahmi Ramadhan yang selalu memberikan semangat dan motivasi hingga
terselesainya KTI ini.
9. Sahabat-sahabat saya Refriani, Amira, Isna, Trias, Khanza yang tersayang
yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dan bantuan kalian
semua hingga saya bisa sampai disini dan bisa menyelesaikan KTI ini.
10. Rekan - rekan seangkatan prodi D-III Analis Kesehatan Universitas MH.
Thamrin tahun 2016 serta semua pihak yang telah membantu yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa semua yang telah dicapai dalam penyusunan
KTI ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik demi membangun KTI ini. Akhir kata semoga KTI ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Terimakasih..
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................. 4
D. Perumusan Masalah ................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................... 5
iii
6. Komplikasi Demam Tifoid ...................................... 16
7. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Demam Tifoid 16
B. Uji Serologis ............................................................... 17
C. Leukosit ...................................................................... 22
1. Definisi Leukosit .................................................... 22
2. Fungsi Leukosit ..................................................... 23
D. Hubungan Jumlah Leukosit terhadap Demam Tifoid. . 24
E. Kerangka Berfikir ........................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Naskah
Tabel 1 : Interpretasi skor pemeriksaan Tubex® TF ......................... 19
Lampiran
Tabel 8 Data Tubex® TF dan Leukosit Pada Penderita Demam
Tifoid di RSUD Budhi Asih Jakarta ................................... 43
v
DAFTAR GAMBAR
Naskah
Lampiran
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1962 tentang wabah, karena demam tifoid dapat menyerang banyak
orang sehingga menimbulkan wabah (Setiati dkk., 2014). Demam tifoid juga
merupakan suatu penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh bakteri
Kesehatan Indonesia tahun 2014 jumlah kejadian demam tifoid adalah 3.828
kasus sedangkan pada tahun 2015 jumlah kejadian demam tifoid ini adalah
1.867 kasus, walaupun pada tahun 2015 terjadi penurunan kasus tetapi
demam tifoid ini masih termasuk penyakit yang sangat tinggi walaupun
prevalensi tifoid tahun 2015 turun angka namun kejadian demam tifoid
termasuk dalam 10 penyakit terbesar di dua tahun terakhir (Depkes RI, 2015).
1
2
yang secara klinis sulit dibedakan dengan demam tifoid yang sering
pasien sehingga pada penelitian ini dilakukan uji darah pasien. Secara umum,
leukosit diproduksi dengan jumlah melebihi batas normal ialah wajar karena
melindungi tubuh dari infeksi lanjutan. Namun, dengan adanya bakteri yang
namun dapat pula terjadi jumlah leukosit normal atau leukositosis. Endotoksin
tetapi untuk leukopenia berat (<2000 sel/µl) jarang terjadi (Nazilah, AA,
Suryanto.,2013).
Kota Jakarta memiliki beberapa Rumah Sakit salah satunya yaitu RSUD
Budhi Asih yang terletak di Jakarta Timur. Menurut data dari rekam medik
terjadi peningkatan pasien demam tifoid setiap tahunnya. Pada tahun 2017
penderita demam tifoid sebesar 110 pasien, pada tahun 2018 penderita
demam tifoid sebesar 134 pasien, dan pada tahun 2019 terhitung dari bulan
Januari-Juni sebesar 194 pasien demam tifoid di RSUD Budhi Asih Jakarta
(RSUD Budhi Asih). Berdasarkan hal tersebut saya melakukan Karya Tulis
B. Identifikasi Masalah
1. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di
Indonesia.
demam tifoid.
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
demam tifoid.
demam tifoid.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Karya Tulis Ilmiah yang dibuat diharapkan dapat memberi tambahan ilmu
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Peneliti
tifoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Tifoid
A.W., 2010).
Banyak orang mungkin mengira tipes dan tifus adalah penyakit yang
sama. Penyebutan tifus dan tipes yang memang mirip membuat banyak
berbeda dengan tifus. Tipes atau demam tifoid disebabkan oleh infeksi
7
8
Rickettsia typhi atau R. prowazekii. Bakteri ini bisa dibawa oleh ektoparasit,
seperti kutu atau tungau pada tikus, dan kemudian menginfeksi manusia.
terinfeksi tipes maupun tifus. Namun bakteri yang menjadi sumber infeksi
dari tipes dan tifus berbeda. Selain demam tinggi, gejala lain dari tifus yang
dapat muncul adalah sakit perut, sakit punggung, batuk kering, sakit
Transmisi juga dapat terjadi secara transplasenta dari seorang ibu hamil
fever. Istilah tifoid ini berasal dari bahasa Yunani yaitu typhos yang berarti
9
dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis
dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan
menyatakan penyakit demam tifoid di dunia mencapai 11-20 juta kasus per
kejadian Demam Tifoid adalah 3.828 kasus sedangkan pada tahun 2015
jumlah kejadian Demam tifoid ini adalah 1.867 kasus, walaupun pada
tahun 2015 terjadi penurunan kasus tetapi demam tifoid ini masih termasuk
penyakit yang sangat tinggi walaupun prevalensi tifoid tahun 2015 turun
flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol
pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan
c. Antigen Vi, yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman
propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan kemudian
kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut
antigen kuman akan memicu respon imunitas humoral melalui sel limfosit
flagela H (IgG). IgM akan muncul 48 jam setelah terpapar antigen, namun
ada pustaka lain yang menyatakan bahwa IgM akan muncul pada hari ke
demam tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang
dengan bentuk klinis yang berat baik berupa gejala sistemik panas tinggi,
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
a. Demam
Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan
c. Gangguan kesadaran
a. Komplikasi Intestinal
1) Perdarahan Usus
sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
2) Perforasi Usus
timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu
b. Komplikasi Ekstraintestinal
secara menyeluruh masih terus dilakukan hingga saat ini (Sudoyo A.W.,
2010).
c. Uji serologis
1) Uji widal
2) Uji tubex
B. Uji Serologis
S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan
untuk uji serologis ini adalah 1-3 ml yang diinokulasikan kedalam tabung
yang cepat (beberapa menit) dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini
pada partikel magnetik latex. Hasil positif uji Tubex® TF ini menunjukkan
terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk
infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder. Perlu diketahui
bahwa uji Tubex® TF hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat
warna.
komponen, meliputi :
sensitivitas.
19
warna inilah ditentukan skor, yang interpretasinya dapat dilihat pada tabel
berikut.
A akan tertarik pada magnet rak, dengan membawa serta pewarna yang
20
pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan (Sudoyo A.W.,
2010).
karena hasil tes tersebut dibaca dengan mata telanjang. Pada reaksi yang
kuat (skor 5 atau lebih tinggi) mungkin tidak menimbulkan, masalah dalam
tepat tepat terutama dalam pemberian antibiotik. Hal ini disebabkan karena
memiliki kemiripan Salmonella typhi pada antigen O9. Akan tetapi, hal ini
akibat Salmonella typhi, karena anti IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya
21
Menurut penelitian Rezell dkk (2006) di Filipina didapat hasil tes Tubex®
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang paling tinggi yaitu sebesar 94,7%
dan 80,4% sedangkan penelitian oleh Sonja dkk (2004) di Vietnam selamet
C. Leukosit
1. Definisi Leukosit
(granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi dijaringan
limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut
seluler dan humoral organisme terhadap benda asing. Dalam aliran darah,
leukosit adalah sel-sel yang non-motil dan bulat, namun dapat menjadi
gepeng dan motil bila berpapasan dengan substrat padat (Cahrany, 2018).
darah adalah karena sel di angkat dari sumsum tulang atau jaringan limfoid
dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4-8 jam dalam sirkulasi darah.
Pada keadaan infeksi jaringan yang berat masa hidup keseluruhan sering
cepat menuju daerah infeksi untuk melakukan fungsinya dan masuk dalam
hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4tahun sesuai jumlah normal
(Effendi, 2003).
2. Fungsi Leukosit
(Cahrany, 2018).
24
akibat depresi sumsum tulang oleh endotoksin dan mediator endogen yang
lain menyebutkan hitung leukosit sering dalam batas normal atau leukositosis
(64,5%) demam tifoid dengan jumlah leukosit normal dan 11 orang (35,5%)
E. Kerangka Berfikir
Gejala – gejala :
Pemeriksaan
- Demam
Laboratorium
- Sakit kepala
- Nyeri sendi
- Sakit
tenggorokan
- Sembelit
Pemeriksaan Pemeriksaan
serologi hematologi
Tubex® TF Pemeriksaan
jumlah leukosit
= yang diteliti
METODOLOGI PENELITIAN
Budhi Asih).
RSUD Budhi Asih periode Januari 2018 sampai dengan Juni 2019 kemudian
26
27
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien demam tifoid yang
Jakarta.
dan jumlah leukosit di RSUD Budhi Asih periode Januari 2018 sampai dengan
Juni 2019.
purposive sampling.
E. Prosedur Penelitian
1. Melakukan observasi di RSUD Budhi Asih untuk melihat data pasien yang
demam tifoid.
tifoid.
A. Hasil Penelitian
yang sama periode Januari 2018-Juni 2019. Pasien demam tifoid ditentukan
pada pasien demam tifoid pada hari ke 2-3, yang mana menurut literatur
pemeriksaan Tubex® TF juga dapat dilakukan pada pasien demam tifoid hari
demam tifoid yang diperoleh dari laboratorium RSUD Budhi Asih seperti terlihat
pada Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil pemeriksaan pada penderita Demam tifoid
Di RSUD Budhi Asih tahun 2018 dan 2019 Berdasarkan Jenis Kelamin
29
30
Pada Tabel 2, dapat dilihat hasil pemeriksaan pada pasien demam tifoid
Tabel 3.
Hasil Pemeriksaan Pada Penderita Demam Tifoid
Di RSUD Budhi Asih Tahun 2018 Dan 2019 Berdasarkan Usia
Usia Jumlah %
0-11 72 41,4
12-25 55 31,6
26-45 27 15,5
46-65 16 9,2
>65 4 2,3
Total 174 100,0
(Kemenkes RI, 2010)
terhadap 174 sampel pasien demam tifoid, didapatkan hasil usia 0-11
Tabel 4.
Hasil Pemeriksaan Pada Penderita Demam Tifoid
Di RSUD Budhi Asih Tahun 2018 Dan 2019 Berdasarkan Hasil
Tubex® TF (Igm Salmonella Typhi)
Tabel 5.
Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Pada Pasien Demam Tifoid
Di RSUD Budhi Asih Tahun 2018 Dan 2019
pasien demam tifoid didapatkan rata-rata adalah 7116,09/ul darah dengan nilai
tertinggi sebesar 25000/ul darah, dan nilai terendah sebesar 1000/ul darah.
Tabel 6.
Tabel Silang Hasil Pemeriksaan Tubex® TF Dengan Hitung Jumlah
Leukosit Pada Pasien Demam Tifoid Di RSUD Budhi Asih
Pada Tahun 2018-2019
Tubex® TF Leukosit
(IgM
Leukopenia Leukositosis Total
Salmonella Normal (%)
(%) (%)
typhi)
Negatif 4 (0,023) 34 (0,20) 7 (0,04) 45 (0,26)
Positif 53 (0,30) 61 (0,35) 15 (0,09) 129 (0,74)
Total 57 (0,32) 95 (0,55) 22 (0,13) 174 (1)
tifoid didapatkan hasil kelompok dengan hasil tubex negatif dan leukopenia
sebanyak 4 orang. Hasil Tubex® TF negatif dan hasil leukosit normal sebanyak
dan hasil leukosit normal sebanyak 61 orang. Hasil Tubex® TF positif dan
Tabel 7.
Tabel Uji Korelasi Hasil Pemeriksaan Tubex® TF Dengan Hitung Jumlah
Leukosit Pada Pasien Demam Tifoid Di RSUD Budhi Asih Pada Tahun
2018-2019
Variabel r P value
Hasil pemeriksaan -0.264 0.0005
tubex – hitung jumlah
leukosit
yaitu sebesar 0.0005 dengan nilai r sebesar -0,264 maka dapat disimpulkan
leukosit pada pasien demam tifoid di RSUD Budhi Asih pada tahun 2018-2019.
B. Pembahasan
typhi dan sering makan di luar rumah yang tidak terjamin kebersihannya
dibandingkan perempuan (Ulfa & Handayani, 2018). Hal ini juga sejalan
dengan penelitian Nazilah, A.A (2013) yang menyatakan bahwa pasien demam
perempuan, yaitu pada jenis kelamin laki-laki didapatkan hasil sebesar 58,8%
orang dan jenis kelamin perempuan didapatkan hasil sebesar 41,2% orang.
Selain itu laki-laki juga lebih banyak menkonsumsi makanan siap saji atau
kehigienisan yang belum terjamin, dibanding wanita yang lebih suka memasak
yang ditularkan melalui makanan seperti tifoid bila makanan yang dibeli kurang
kelamin bukan merupakan faktor resiko terjadinya demam tifoid yang mana
faktor terjadinya demam tifoid dapat disebabkan oleh perilaku hidup, konsumsi
banyak berusia 0-11 tahun yaitu sebesar 72 (41,4%) pasien, selanjutnya diikuti
dengan kelompok usia produktif lainnya. Kelompok usia pasien paling sedikit
berusia >65 tahun yaitu sebesar 4 (2,3%). Hal ini disebabkan karena usia
sekolah, usia remaja dan usia dewasa muda mempunyai aktivitas yang lebih
mengenal jajanan diluar rumah yang belum terjamin kebersihan (Herawati &
Ghani, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian Ningsih, E.P (2005) yang
tahun (39,8%) dan paling banyak pasien merupakan pelajar atau mahasiswa
(39,3%).
dengan skala hasil >4 sebesar 129 (74,1%). Persentase tertinggi dari hasil
menunjukkan infeksi demam tifoid aktif, akan tetapi belum menjadi indikasi
dilakukan pada saat titer antibodi dalam serum masih rendah yaitu sebelum
hari ke 4-5 demam pada infeksi primer dan hari ke 2-3 demam pada infeksi
terjadinya infeksi demam tifoid aktif dengan skor 4-5 berarti positif yang
menunjukkan infeksi demam tifoid aktif dan skor positif >6 menjadi indikasi kuat
35
adanya infeksi demam tifoid aktif. Uji Tubex® TF ini hanya dapat mendeteksi
IgM, yang membuat tes ini sangat bernilai dalam menunjang diagnosis infeksi
akut. Tubex® TF tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat digunakan
Suryanto, 2013).
nilai ini masih dalam batas normal. Rata-rata leukosit yang normal mungkin
disebabkan oleh durasi demam yang belum cukup lama. Menurut Irianto
(2013) pada pasien demam tifoid pada 2 minggu pertama sakit jumlah leukosit
Eka, dkk (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
hitung jumlah leukosit pada pasien demam tifoid didapatkan hasil kelompok
dengan hasil tubex negatif dan leukopenia sebanyak 4 orang. Hasil Tubex ® TF
negatif dan hasil leukosit normal sebanyak 34 orang. Hasil Tubex® TF negatif
sebanyak 53 orang. Hasil Tubex® TF positif dan hasil leukosit normal sebanyak
penelitian ini sejalan dengan teori oleh Keusch, 1999 bahwa Endotoksin
sehingga pada hasil laboratorium demam tifoid dapat ditemukan leukopeni dan
neutropeni.
bakteri S. typhi dalam proses fagositosis pada akhir minggu kedua dapat
dikatakan sudah tidak ditemukan lagi S.typhi yang hidup dalam darah, namun
masih ada dalam sumsum tulang (Handojo, 2004). Apabila bakteri hidup dalam
setelah itu S.typhi akan difagositosis oleh sel fagosit, bakteri ini justru akan
bertahan didalam sel fagosit yang dapat memberikan perlindungan bagi bakteri
untuk menyebar ke seluruh tubuh dan terlindung dari antibody serta agen-agen
value <0.05 yaitu sebesar 0.0005 dengan nilai r sebesar -0,264 maka dapat
dan korelasi negatif, artinya semakin tinggi skala kepositifan Tubex® TF maka
semakin rendah jumlah leukosit. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi
leukosit. Adanya leukopenia bisa disebabkan oleh infeksi virus, leukemia, obat
A. Kesimpulan
Budhi Asih bulan Januari 2018-Juni 2019 dengan sampel sebanyak 174 pasien
kesimpulan :
1. Hasil Tubex® TF negatif (0-2) sebanyak 45 (25,9%) orang dan positif (4-6)
2. Hasil hitung jumlah leukosit pada pasien demam tifoid dengan hasil
orang.
leukosit pada pasien demam tifoid di RSUD Budhi Asih Jakarta dengan
38
39
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Albert Dzen, Sjoekoer M., dkk 2003, Bakteriologi Medik, Ed. 1, Malang,
Bayumedia Publishing, p 187-197 & 223-234.
Algerina. (2008) Demam Tifoid dan Infeksi Lain dari Bakteri Salmonella.
Tersedia dalam jurnal siti haniah (2011) tentang diagnosis Salmonella
typhi pada penyakit tifoid.
Brooks, G.F., Butel, J.S. and Morse S.A., 2001. Mycobacteriaceae in Jawetz
Medical Microbiologi, 22ed, McGraw-Hill Companies Inc:453-65
Hoffman, S.L. 2002. Typhoid Fever. In: Strickland GT. Editor. Haunter’s tropical
medicine. 7th ed Philadelphia WB Saunders Co.
Lim PL. One step 2-minute test to detect typhoid specific antibodies based on
particle separation in tubes. J Clin Microbiol. 1998;36:2271-81.
41
Madigan, M. T., Martinko, J. M., & Parker, J. (2015). Brock biology of micro-
organisms. (January), 1041.
Marleni, M., Iriani, Y., Tjuandra, W., & Theodorus. (2014). Ketepatan Uji Tubex
TF ® dalam Mendiagnosis Demam Tifoid Anak pada Demam Hari ke-
4. Jurrnal Kedokteran Dan Kesehatan, 1(1), 7–11.
Nafiah, F., Khoiriyah, R. A., & Munir, M. (2017). Leukosit Pasien Di Rumah
Sakit Islam Sakinah. 1(1), 1–4.
Olsen, Sonja J, dkk. Evaluation of Rapid Diagnostic Tests for Typhoid Fever.
Journal of Medical Microbiology. 2004:1885-1889..
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53
Sudoyo AW. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing
42
Soedarno SS, Garna H, Hadinegoro SR. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatric
Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Sudoyo AW. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta: Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia. Widal test among culture proven
typhoid fever cases. J Infect Dev Ctries 2(6): 475-8.
Umar, F., Pahlemy, H., Andrajati, R., Rianti, A., Lestari, S. B., Martiniani, E., …
Hartini, S. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, (January), 1–83.
https://doi.org/10.1038/35015206
Yoga Pratama, K., & Lestari, W. (2015). Efektifitas Tubex Sebagai Metode
Diagnosis Cepat Demam Tifoid. Intisari Sains Medis, 2(1), 70.
https://doi.org/10.15562/ism.v2i1.87
43
Lampiran 1
Tabel 8
Data Tubex® TF dan Leukosit Pada Penderita Demam Tifoid di RSUD
Budhi Asih Jakarta
No Jenis Kelamin Umur Tubex Leukosit
1 L 39 4 7000
2 L 4 4 5500
3 P 52 4 18200
4 P 48 4 4100
5 L 4 4 8300
6 P 14 2 9200
7 P 7 4 6400
8 L 10 4 4800
9 P 13 6 7000
10 L 17 2 10400
11 L 5 2 7900
12 P 16 4 13500
13 L 11 2 7400
14 L 12 2 8800
15 P 9 4 3400
16 P 23 2 5000
17 L 25 2 8000
18 P 15 2 6200
19 P 15 2 9100
20 P 2 4 7200
21 P 2 4 6000
22 L 4 6 2700
23 P 6 6 7400
24 P 17 4 7100
25 L 10 4 10300
26 P 6 4 25000
27 P 12 4 2500
28 L 10 6 7500
29 P 16 4 4200
30 L 16 2 6400
31 P 12 4 3400
32 P 9 6 1900
33 L 12 6 6200
34 L 9 6 5800
35 L 9 6 9100
44
Lampiran 2
Hasil Analisa Data
Tabel 9
Hasil Uji Deskriptif Antara Skala Tubex TF Dengan Jumlah Leukosit
Pada Penderita Demam Tifoid
Std.
Statistic Error
Hasil Pemeriksaan Mean 4.02 .111
Tubex Pasien 95% Confidence Lower
3.80
Interval for Mean Bound
Upper
4.24
Bound
5% Trimmed Mean 4.03
Median 4.00
Variance 2.127
Std. Deviation 1.458
Minimum 2
Maximum 6
Range 4
Interquartile Range 4
Skewness -.018 .184
Kurtosis -1.105 .366
Hasil Pemeriksan Mean 6927.01 298.713
Hitung Jumlah 95% Confidence Lower
Leukosit Pasien 6337.42
Interval for Mean Bound
Upper
7516.60
Bound
5% Trimmed Mean 6564.56
Median 6200.00
Variance 15525913.5
61
Std. Deviation 3940.294
Minimum 1000
Maximum 25000
Range 24000
Interquartile Range 4425
Skewness 1.572 .184
Kurtosis 3.599 .366
49
Tabel 10
Hasil Uji Normalitas Antara Skala Tubex TF Dengan Jumlah Leukosit
Pada Penderita Demam Tifoid
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pemeriksaan
.236 174 .000 .809 174 .000
Tubex Pasien
Hasil Pemeriksan
Hitung Jumlah Leukosit .133 174 .000 .887 174 .000
Pasien
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 11
Hasil Uji Korelasi Hubungan Antara Skala Tubex TF Dengan Jumlah
Leukosit Pada Penderita Demam Tifoid
Hasil Hasil
Pemeriksaa Pemeriksan
n Tubex Hitung Jumlah
Pasien Leukosit
Pasien
Spearman's Hasil Correlation 1.000 -.264**
rho Pemeriksaan Coefficient
Tubex Pasien Sig. (2-tailed) . .000
N 174 174
Hasil Correlation -.264** 1.000
Pemeriksan Coefficient
Hitung Jumlah Sig. (2-tailed) .000 .
Leukosit Pasien N 174 174
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
50
Lampiran 3
Instrumen Penelitian
Pemeriksaan Tubex TF
tifoid.
skala warna.
5) Parafilm
6) Rak Tubex TF
7) Timer
9) Tisu
Prosedur :
reagen tersebut.
8) Diletakkan well diatas skala warna magnet dan diamkan 5 menit diatas
Interpretasi Hasil :
hari kemudian.
Instrumen Penelitian
menghitung leukosit.
1) Sysmex XN-1000
2) Darah EDTA
Cara Kerja :
tabung ke alat.
5) Hasil akan keluar dengan sendirinya di layar monitor dan dicetak oleh
printer.
Lampiran 4
Gambar 2
Rapid typhidot detection Tubex® TF
(Sumber : RSUD Budhi Asih Jakarta Timur)
Gambar 3
Alat Hematologi Analyzer Sysmex Xn-1000
(Sumber : RSUD Budhi Asih Jakarta Timur)
56
Lampiran 5
Lampiran 6
Surat Balasan Izin Penelitian
59
Lampiran 7
Kartu Konsultasi Bimbingan
60
Lampiran 8
Kartu Konsultasi Perbaikan
61
BIODATA PENULIS
NIM : 1010161041
Email : hoktavianti1@gmail.com
No. Hp : 08981217544