Anda di halaman 1dari 15

Makalah Fisika Farmasi

Larutan

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirqat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya-
penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
FISIKA FARMASI yang berjudul “Larutan dan Kelarutan”. Selain itu sebagai
bagian dari proses pembelajaran agar kami sebagai mahasiswa dapat memahami
tentgang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis mendapat
bantuan dari berbagai piak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada segala pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempuerna karena masih banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalh ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara global, larutan telah banyak dikenal semua kalangan dan
dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja, teh, larutan
garam, dan gula (oralit), sirup, dan lain sebagainya. Begitu pula bagi ahli
farmasi khususnya tenaga teknis kefarmasian, larutan tidak akan lepas
penggunannya dalam setiap kegiatan farmasi seperti meracik obat.
Larutan terjadi nika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut
secara kimia maupun fisik ke dalam bahan cair. Interaksi dapat terjadi
antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat terlarut
dengan zat terlarut (Syamsuni, 2007).
Larutan dapat pula didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua
atau lebih komponen yang membentuk suau dispersi molekular yang
homogen, merupakan satu fase. Larutan hanya terdiri dari dua zat yaitu
solut (zat terlarut) dan solven (pelarut) (Moechtar, 1989).
Larutan erat kaitannya dengan kelarutan. Kelarutan itu sendiri
merupakan sebuah peristiwa yang tidak lepas dalam suatu reaksi kimia.
Kelarutan adalah interaksi dua zat atau molekul atau lebih sehingga
terdapat kemungkinan-kemungkinan kimia yaitu bereaksi, bercampur, atau
tidak bercampur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat
berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan yaitu zat
terlarut dan pelarut. Komponen dapat berupa has, cair, atau padat.
Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih
besar maka disebut pelarut. Air merupakan pelarut yang tidak asing dalam
kehidupan. Sifat-sifat air seperti mudah di peroleh, mudah digunakan dan
kemampuan untuk melarutkan berbagai zat adalah sifat-sifat yang dimiliki
pelarut lain. Sifat ini menempatkan air sebagai pelarut universial.
Proses terjadinya suatu larutan dapat mengiuti proses berikut
(Mulyono, 1996):
a. Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat
yang baru
b. Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut
c. Terbentuknhya larutan berdasarkan disperse
Larutan terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Pasanagn zat tertentu
dapat saling melarutkan dalam semua perbandingan, hal ini biasanya
terjadai pada larutan gas-gas dan larutan cair-cair se[erti air-etanol. Akan
tetapi, untuk larutan yang wujudnya berbeda (cair-gas, cair-padat, padat-
padat) ada batas keduanya dalam membentuk larutan homogen. Nilai
batas jumlah zat terlarut pada suhu 25° C, tekanan 1 atau yang
menghasilkan larutan homogen.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang
dilarutkan dalam cairan, sepertihgaram datau gula dilarutkan dalam air.
Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, mislanya karbon dioksida
atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan,
sementara gas larut dalam gas lain, terapat pula larutan padat, mislanya

3
aloi (campuran logam) dan mineral tertentu (Martin, 1990).

B. Tipe Larutan
Tipe lartutan yang paling umum kita temui adalah larutan yang
terdiri atas solut yang terdiri dalam zat cair. Larutan yang berbentuk cair
dapat dibuat dengan melarutkan zat pdat dalam zat cair (contohnya NaCl
dalam air), melarutkan zat cair dalam zat cair (contohnya etilen-glikol
dalam air, larutan anti beku), atau melarutkan gas dalam zat cair
(contohnya CO₂ dalam air, efferfescens). Larutan jenuh adalah suatu
larutan dimaan zat terlarut dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat
terlarut). Larutahn tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsenytrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan
lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur
tertentu, terdapat juga zat terlarat yang tidak larut (Martin, 1990).
Selain larutan zair ada pula larutan gas seperti atmosfer yang
mengelilingi dunia dan larutan padat. Larutan padat anatar lain “alloy”
(campuran dati logam-logam) sebagai contohnya yaitu larutan padat
substitusonal dan larutan oadat interstisial. Larutan padat substitusional
terjadi apabila atom-atom. Molekul-molekul, atau ion-ion dari suatu zat
padat mengambil tempat di antara partikel-partikel zat padat lain di dalam
kisi kristalnya. Larutan padat interstisila merupakan tipe lain dan terbentuk
karena atom-atom zat padat lainnya (Maoechtar, 1989).

C. Konsentrasi
Konsentrasi larutan menyatakan sevcara kuantitatif komposisi zat
terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasu umumnya dinyatakan
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsenttasi adalah molar, molam dan

4
bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif,
kompisisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah)
atau pekat (berkonsetrasi tinggi).

Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu


larutan.

Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per
million)

= bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar
(M),

molal (m) atau normal (N).

a. Persen massa (% b/b)

Persen massa menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute) terhadap


massa

larutan

% Solute = 100 %

b. Persen volum (% v/v)

Persen volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute) terhadap volum


larutan

% solute = 100 %

c. Persen massa/volum (% b/v)

Persen massa per volum menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute)

terhadap volume larutan

% 100 %

d. Persen volum/massa (% v/b)

Persen volum per massa menyatakan perbandingan volum zat terlarut (solute)

terhadap massa larutan

% 100 %

5
e. Molaritas (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan

M= x

f. Molalitas (m)

Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1000 gram)

pelarut.

m= x

g. Normalitas (N)

Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.

N= xnx

h. ppm

ppm menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg larutan

ppm =

D. Jenis-jenis Larutan
Fase larutan dapat berwujud gas, padat, ataupun cair. Larutan gas
mislanya udara. Larutan padat misalnya perunggu amalgam, dan paduan
logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan
lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut
(solute). Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat
terlarut dan pelarutnya.
Contoh Larutan Zat Terlarut
Gas Cairan Padatan
Gas Udara (oksigen Uap air di udara Bau suatu zat
pelarut dan gas-gas lain (kelembapan) padat yang timbul
dalam nitorgen) dari larutnya
molekul padatan
tersebut di udara

6
Cairan Air terkarbonasi Etanol dalam air, Sukrosa (gula)
(karbon dioksida campuran berbagai dalam air, natirum
dalam air) hidrokarbon klorida (garam
(minyak bumi) dapur) dalam air,
amalgam emas
dalam raksa
padatan Hidrogen larut Air dalam arang Aloi logam
dalam logam, aktif, uap iar seperti baja dan
mislanya platina dalam kayu duralumin
Berdasarkan kemampunanya menghantarkan listrik, larutan dapat
dibedakan sebgaia larutan elekrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan
elektrolit mengandung zat elektrolit sehingga dapat menghantarkan listrik,
sementara larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
Larutan dapat digolongkan berdasarkan wujud pelarut,daya hantar listrik,tingkat
kejenuhan,zat terlarut,dan fase zat terlarut dan pelarutnya.

1. jenis-jenis larutan berdasarkan wujud pelarutnya.


a. larutan cair adalah larutan yang wujud pelarut(solven) berupa zat cair. Contoh
larutan cair antara lain larutan gula,larutan garam,dan sebagainya.
b. larutan padat adalah larutan yang wujud pelarutnya berupa zat padat.contoh
larutan padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran homogen antara
emas dan perak atau logam lain.
c. larutan gas adalah larutan yang wujud pelarutnya berupa zat gas.contoh larutan
gas adalah udara yang kita hirup sehari-hari untuk bernafas.

2. jenis-jenis larutan berdasarkan zat terlarutnya.

a. larutan pekatlarutan yang mengandung relatif lebih banyak


solute dibandingkan solvent.
b. larutan encer larutan yang mengandung relatif lebih
sedikit solute dibandingkan solvent.

3. jenis-jenis arutan berdasarkan fase zat terlarut dan


pelarutnya.

a. larutan gas dalam gas, contohya: udara

7
b. larutan gas dalam cairan,contohnya: air terkarbonisasi (CO2
dalam air).
c. larutan gas dalam padatan,contohnya: hidrogen dala
logam(platina).
d. larutan cairan dalam gas,contohnya: uap air di udara.

e. larutan cairan dalam cairan,contohnya:Alkohol dalam


air(bir).
f. larutan cairan dalam padatan,contohnya:air dalam kayu,air
dalam buah-buahan,dan sebagainya.
g. larutan padat dalam gas,contohnya:bau atau aroma.

h. larutan padat dalam cairan,contohnya : air gula.

i. larutan padat dalam padatan,contohnya :baja(campuran besi


dan karbon).

4. jenis-jenis larutan berdasarkan daya hantar listriknya.

a. Larutan elektrolit adalah jenis larutan yang dapat


menghantarkan arus listrik. contoh:larutan amonia,larutan
HCl,larutan cuka,larutan H2SO4,air kapur dan larutan H2S.
b. larutan non-elektrolit adalah kenis larutan yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik. Contoh: larutan
urea,larutan alkohol dan larutan glukosa.

5. jenis-jenis larutan berdasarkan tingkat kejenuhan.

a. larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute


(zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk
membuat larutan jenuh.Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel-partikelnya tidak dapat habis bereaksi
dengan pereaksi(masih bisa melarutkan zat). Larutan
tak jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion<
ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).

8
Larutan Jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah
solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute
padatnya. Atau dengan kata lain larutan yang partikel-partikelnya
tepat habis bereaksi dengan pereaksi(zat dengan konsentrasi
maksimal).Larutan jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi ion =
ksp berarti larutan tepat jenuh.

Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut


dalam larutan dan zat tidak larut.Dalam kesetimbangan ini,
kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap. Artinya
konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama.

Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan.


Untuk solute padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan
dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase
cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase
cair yang mengkristal menjadi fase padat.

b. larutan Sangat Jenuh Yaitu suatu larutan yang mengandung lebuh


banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut melarutkan sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh
terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion > ksp berarti larutan
lewat jenuh (mengendap).

E. Sifat Larutan
Sifat fisik zat dpat dikelompokkan dalam sifat koligatif, aditif, dan
konstitutif. Dalam bidang termodinamika, sifat termodinamika dari sistem

9
digolongkan, dalam sifat ekstensif, bergantung pada jumlah zat dalam
sistem (misalnta massa dan volume) dan sifat intensif, yang tidak
bergantung jumlah zat dalam sistem (misslanya tempearut, tekanaan
kerapatan, tegangan pemrukaan, dan viskositas dari cairan murni).
1. Sifat Koligatif
Terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat
koligatif larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap,
penurunan titik beku, ddan kenaikan titik didih. Harga sifat koligatif
kira-kira sama untuk konsentrasi yang setara dari berbagai zat
nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan jenis atau sifat
kimiawi dari konstituen. Dalam menetapkan sifat koligatif dari larutan
zat padat dalam cairan, dianggap zat padat tidak menguap dan tekanan
uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.
2. Sifat Aditif
Bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada jumlah
sifat konstituen dalam larutan. Contih sifat aditif dari suatu senyawa
adalah berat molekul, yaitu jumlah massa atom konstituen. Massa dari
komponen suatu larutan juga bersifat aditif, massa total dari larutan
adalah jumlah masing-masing komponen.
3. Sifat Konstitutif
Bergantung paada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih sedikit,
padda jensi dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini
memberikan petunjuk terhadap aturan senyawa tunggal, dan kelompok
molekul dalam sistem. Banyak sifat fisik yang sebagian aditif dan
sebagian konstitutif. Pembiasan cahay, sifat listrik, sifat permukaan
dan antarpermukaan dan kelarutan obat setidak-tidaknya sebagian
berupa sifat konstitutif dan sebagian sift aditif.

F. Pelarutan
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya
benzena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka

10
nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol
disebut garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam
dalam air disenut larutan garam (air tidak disebutkan). Ion natirum
tersolvasi oleh molekul-molekul air. Molekul komponen-komponen
larutan berinteraksi lansgung dalam keadaan tercampur. Pada proses
pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan
dengan tarikan antar palarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan
zat terlarut zam-sama polar, akan terbentuk suatu struktur zat pelarut
mengelilingi zzat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara zat
terlarut dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambhakan terus-menerus ke dalam
pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat
larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa pdatan dan pelarutnya
berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan
terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarrut dalam larutan tersebut adalah
maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya
keadaanm jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungn, seperti suhu, tekanan, dana kontaminasi. Secara umum,
kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yag dapat terlarut dalam pelarut
tertentu) sebandin terhadapatg suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat
padat, walaupun adda perkecualian. Kelarutan zat caor dalam zat cair
lainnya secara umum kurang peka terhadapat suhu daripada kelarutan
pdatan atau gas dalam zat cari. Kealrutan gas dalam air umumnya
brbadning terbalik terhadap suhu.

G. Larutan Ideal
Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama
besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada
keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal.
Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut
(cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelrut dalam larutan.

11
Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa
larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh
larutan yang dapat dianggap idela adalah campuran benzena dan toluena.
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan
penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada
larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut
murni tidaklah sama dengan volume larutan (Martin, 1990). Pada larutan
ideal menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan
melakukan tekanna ynag sama dengan farksi mol kali tekanan uap dari
pelarut murni. Dalam larutan yang mengadung zat terlatut yang tidak
mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya
disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat dianggap sebagai tekanan uap
pelarut maupun tekanan uap larutan.

H. Tekanan Uap Larutan


Suatu larutan terjadi, maka sifat-sifat fisiknya tidak lagi sama
dengan sifat fisik solven atau solutnya, tapi tergantung pada konsentrasi
komponen-komponen yang membentuk campuran tersebut. Satu sifatnya
yaitu tekanan uap dari larutan. Untuk suatu larutan dimana solut, yang
tidak mudah menguap dan tidak berdisosiasi, terlarut dalam solven (berarti
solut sendri mempunyai kecenderungan sedikit sekali untuk
berdisosiasiatau lepas dari larutan dam memasuki fase gas), maka tekanan
uapnya hanya ditimbulkan oleh solven larutan. Tekanan uap tersebut
diberikan oleh hukum Raoult, yang menyatakan bahwa tekanan uap dari
larutan pada temperatur tertentu sama dengan fraksi molar dari solven
dalam fase cair dikalikan dengan tekanan uap dari solven murni pada
temperatur yang sama atau
Plarutan = Xsolve P°solven
Suatu larutan yang mengandung 95 mol% air dan 5 mol% solut
yang tidak menguap seperti gula, akan mempunyai suatu tekanan uap
hanya 95% dari tekanan uap murni air. Kalau dinyatakan secara kualitatif,

12
maka tekanan uap dari larutan diturunkan oleh penambahan solut ynag
tidak mudah menguap.
Besarnya tekanan uap keseimbangan ditentukan oleh kecepatan
penguapan dari permukaan zat cair. Jika kecepatannya tinggi, molekul
dalam konsentrasi besar harus ada dalam uap pada keadaan setimbang
sedemikian rupa hingga kecepatan kembalinya ke dalam zat air juga
tinggi. Sebaliknya jika kecepatan penguapan rendah, maka konsentrasi
molekul juga rendah dalam fase uap. Karena kecepatan penguapan dari
larutan lebih rendah daripaada solven murni.
Karena hanya solven yang daapat menguap, maka fraski molkeul
pada permukaan larutan yang dapat meninggalkan zat cair tergantung pada
fraksi dari semua molekul pada permukaan, yaitu molekul-molekul solven,
yang merupakan rasio dari jumlah mol dari partikel-partikel yaang ada di
permukaan. Ratio ini merupakan fraksi molar dari solven. Jika larutan
terdiri dari 95 mol% solven, maka kecepatan penguapan dari larutan hanya
dilakukan oleh 95% dari solven sendiri. Karena itu, tekanan uap
kesetimbanagn beerkurang menjadi 95% dari tekanan uap untuk solven
murni. Hasil ini sama dengan jika kita peroleh dengan menggunakan
hukum Raoult (Moechtar, 1989).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat
berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan yaitu zat

13
terlarut dan pelarut. Komponen dapat berupa has, cair, atau padat.
Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih
besar maka disebut pelarut.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimaan zat terlarut dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutahn tidak jenuh atau
hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsenytrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan
sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak
daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat
terlarat yang tidak larut.
Konsentrasi larutan menyatakan sevcara kuantitatif komposisi zat
terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasu umumnya dinyatakan
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat, ataupun cair. Larutan gas
mislanya udara. Larutan padat misalnya perunggu amalgam, dan paduan
logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan
lain-lain.
Sifat fisik zat dpat dikelompokkan dalam sifat koligatif, aditif, dan
konstitutif. Dalam bidang termodinamika, sifat termodinamika dari sistem
digolongkan, dalam sifat ekstensif, bergantung pada jumlah zat dalam
sistem (misalnta massa dan volume) dan sifat intensif, yang tidak
bergantung jumlah zat dalam sistem (misslanya tempearut, tekanaan
kerapatan, tegangan pemrukaan, dan viskositas dari cairan murni).
B. Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini penulis dan pembaca
mendapatkan ilmu yang telah kami masukkan di makalah ini. Semoga
dengan adanya makalah ini penulis dan pembaca dapat memahami larutan
kelarutan.

14

Anda mungkin juga menyukai