Anda di halaman 1dari 28

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. L
 Umur : 68 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Petani/Pekebun
 Alamat : Jl. Yos Sudarso, Brotonegaran, Ponorogo
 No Register : 30-21-71
 Tanggal Pemeriksaan : 05 Oktober 2015 (10.30 WIB)

B. RIWAYAT PENYAKIT
1. KELUHAN UTAMA
Nyeri pinggang di sebelah kiri hingga tidak dapat berjalan.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengeluhkan nyeri pinggang dan tidak dapat berjalan.
Nyeri dirasakan menjalar hingga kaki sebelah kiri. Keluhan sudah
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan terus menerus makin lama makin bertambah
berat rasa nyerinya. Pasien mengaku nyeri bertambah berat dengan
perubahan posisi seperti dari tidur ke berdiri, dari berdiri ke duduk,
dll. Nyeri tidak bertambah berat saat batuk atau mengejan. Pasien
mengaku dahulu sering mengalami sakit pinggang namun biasanya
sembuh sendiri. Pasien juga mengaku kalau dahulu pernah jatuh
namun bukan jatuh yang parah, hanya jatuh biasa. Pasien memiliki
riwayat pekerjaan sebagai seorang petani dan sering mengangkat
beban yang berat.
Pasien mengaku belum pernah mengobati penyakitnya yang
sekarang dan belum meminum obat apapun.

1
Pasien kemudian memeriksakan diri ke RSUD Dr Harjono
Ponorogo di Poli Saraf pada hari Senin tanggal 05 oktober 2015
pukul 10.15 WIB. Pasien datang dengan keluhan tidak dapat
berjalan karena nyeri pinggang yang hebat terutama disebelah kiri

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


 Batuk lama : disangkal
 Batuk berdarah : disangkal
 Diabetes Melitus : disangkal
 Trauma : diakui
 Penyakit Jantung : disangkal
 Penyakit ginjal : disangkal
 Tumor : disangkal
 Opname : disangkal
 Alergi makanan & obat : disangkal
 Penyakit yang diderita saat ini : disangkal
 Penyakit lain yang diderita : disangkal

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


 Batuk lama : disangkal
 Batuk berdarah : disangkal
 Diabetes Melitus : disangkal
 Trauma : disangkal
 Penyakit Jantung : disangkal
 Penyakit ginjal : disangkal
 Tumor : disangkal
 Penyakit yang diderita saat ini : disangkal

2
5. RIWAYAT KEBIASAAN
 Merokok : disangkal
 Konsumsi alkohol : disangkal
 Olah raga : disangkal
 Angkat beban berat : diakui

C. PEMERIKSAAN FISIK
1) Vital Sign
TD : 110/60 mmHg
N : 81 x/menit
RR : 16 x/menit
S : 36˚C
2) Status Internus
a Kepala : CA (-/-) SI (+/+)
b Leher : PKGB(-/-)
c Thorax :
Pulmo :
Inspeksi : Simetris, Massa (-)
Palpasi : Fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SDV(+/+) Wheezing(-/-)Rhonki(-/-)
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Redup, Batas jantung (DBN)
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising(-/-)
d Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi dari dada
Palpasi : Massa(-) Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)

3
e Ektremitas :
- -
Edema - -

Akral H H
H H

Kesan Status Internus : Kepala, leher, thorax dan ekstremitas pasien


dalam batas normal.

3) Status Neurologis
a. Kesadaran : Compos Mentis
Glasgow Coma Scale : E4 V5 M6

b. Meningeal Sign :
 Kaku kuduk : Tahanan (-)
 Brudzinski I : (-)
 Brudzinski II : (-)
 Brudzinski III : (-)
 Brudzinski IV : (-)
 Kernig : (-)

c. Nervus Cranialis :
Nervus Pemeriksaan Dextra Sinistra
N. Olfactorius Daya Pembau + +
N. Opticus Visus >2/60 >2/60
Buta Warna - -
N. Pupil 2 2
Occulomotorius Reflek Cahaya Miosis Miosis
M.rectus lateralis dbn dbn
Supor dbn dbn
M.rectus lateralis dbn dbn

4
Infor
Membuka mata + +
N. Trochlearis M.obliquus Dbn Dbn
superior
N. Trigeminus Motorik :
-Menggigit Ada Ada
kontraksi kontraksi
M.temporali M.temporali
s s
& &
M.masetter M.masetter

-Membuka mulut
Os. Os.
Mandibulla Mandibulla
simetris simetris
Sensorik :
-Sensibilitas
dbn dbn
N. Abducens M.rectus lateralis Dbn Dbn
N. Facialis a.Mengangkat alis a. + a. +
b.Mengerutkan b. + b. +
dahi c. + c. +
c.Menutup mata d. + d. +
d.Menggembungka
n pipi e. Simetris e. Simetris
e.Tersenyum
N. Pendengaran + +
Vestibulochocleari (bising jam tangan)
s
N. a. Tersedak a. – a. –
Glossopharingeus b. Faring b. Terangkat b. Terangkat
c. Reflek muntah c. + c. +

5
N. Vagus Bersuara Disphony Disphony (-)
Menelan (-) dbn
Dbn
N. Accesorius Memalingkan Ada Ada
kepala Kontraksi kontraksi
M.sterno M.sterno
Mengangkat bahu Ada Ada
kontraksi kontraksi
M.trapezius M.trapezius
N. Hypoglossus Menjulurkan lidah dbn Dbn
Kesan Nervus Cranialis : Nevus cranialis pasien dalam batas
normal.

d. Motorik :
Gerakan B B
B B

Kekuatan 555 555


555 444

Trofi E E
E E

Klonus : Patella & Ankle (-)

Reflek Fisiologis :
+2 +2 +2 +2
+2 +2 +2 +2
BPR KPR
+2 +2 +2 +2
+2 +2 +2 +2
TPR APR

Reflek Patologis :

6
Pemeriksaan Dextra Sinstra
Hoffman - -
Tromner - -
Babinski - -
Chaddock - -
Gonda - -
Stransky - -
Mandel B - -
Rosolimo - -
Oppenhim - -
Gordon - -
Schaffer - -

Kesan Motorik : Monoprese inferior sinistra

e. Sensorik
Eksteroseptif
No Pemeriksaan Ektremitas
+ +
1 Nyeri
+ +
+ +
2 Taktil
+ +

Propioseptif
No Pemeriksaan Ektremitas
+ +
1 Tekan
+ +
+ +
2 Gerak
+ +

f. Fungsi Cerebelum
 Finger to nose : (+/+)
 Heel to shin : (+/+)
 Romberg test : (-/-)
 Rebound phenomen : (+/+)

Kesan : Dalam batas normal

7
g. Provokasi Nyeri
 Laseque sign : (-/+)
 Patrick sign : (-/+)
 Kontrapatrick sign : (-/+)

Kesan : ischialgia sinistra

h. Fungsi Vegetatif
 Miksi : 5-7 x sehari ±500cc, warna kuning
jernih, darah (-)
 Defekasi : DBN, Konstipasi (-), konsistensi
lunak, darah (-)

8
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kimia Darah
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. SGOT 50.7 U/l 0-38
2. SGPT 94.7 U/l 0-40
3. ALP 342 U/l 98-279
4. ALB 3.2 g/dl 3.5-5.5
5. UREA 42.37 mg/dl 10-50
6. CREAT 0.92 mg/dl 0.7-1.4
7. UA 2.4 mg/dl 3.4-7
8. CHOL 139 mg/dl 140-200
9. TG 105 mg/dl 36-165
10. HDL 22 mg/dl 35-150
11. LDL 96 mg/dl 0-190

2. Foto Rontgen

Kesan: skoliosis lumbalis


Spondilosis lumbalis VL 4 dan 5

9
E. RESUME
Pasien mengeluh nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kiri sejak 1
minggu yang lalu. Nyeri dirasakan bertambah berat dan semakin berat
ketika berpindah posisi. Terdapat riwayat jatuh dan selalu mengangkat
berat dahulu. Sebelumnya pasien sering mengeluhkan sakit pinggang
namun dapat sembuh sendiri dan tidak pernah diperiksakan.
RPD : riwayat trauma diakui
RPK : -
Kebiasaan angkat berat diakui
Vital Sign
TD : 110/60 mmHg
N : 81 x/menit
RR : 16 x/menit
S : 36˚C
Status Internus
Kepala : CA (-/-) SI (+/+)
Leher : PKGB(-/-)
Thorax : pulmo, cor dbn
Abdomen : dbn
Ektremitas : dbn
Status Neurologis
Kesadaran : Compos Mentis
Meningeal Sign : -
Nervus Cranialis : dbn
Motorik :
555 555
kekuatan otot 555 444

Sensorik : dbn
Reflek Fisiologis : n/n
Reflek Patologis : -/-
Fungsi Cerebelum : dbn

10
Provokasi Nyeri :
 Laseque sign : (-/+)
 Patrick sign : (-/+)
 Kontrapatrick sign : (-/+)

Fungsi Vegetatif : normal

F. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Ischialgia sinistra, monoparese inferior sinistra,
Diagnosis topis : Medulla Spinalis Segmen Lumbalis (nervus
ischiadicus), vertebrae lumbal 4-5
Diagnosis etiologi : Susp. Hernia Nukleus Pulposus

G. PLANNING
 Diagnostik :
o Magnetic Resonance Imaging (MRI)

 Terapi :
o Inj. Metil Prednisolon 3x1
o Inj. Ranitidine 2x1
o Inj. Diazepam 3x1
o Inj. Vit B1 3x1
o Meloxicam tab 2x1 7,5 mg

H. PROGNOSIS
 Disease : Dubia ad bonam
 Discomfort : Dubia ad bonam
 Disatistaction : Dubia ad bonam
 Disability : Dubia ad bonam
 Death : Dubia ad bonam

11
Low Back Pain

12
A. Definisi
Low Back Pain adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala
utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak dan tidak nyaman di daerah
punggung bagian bawah. Dalam masyarakat LBP tidak mengenal perbedaan
umur, jenis kelamin, pekerjaan , status sosial, tingkat pendidikan, semua bisa
terkena LBP. Lebih dari 80% umat manusia dalam hidupnya pernah
mengalami LBP.

B. Etiologi
Penyebab nyeri punggung bawah ada barbagai macam, dibedakan
dalam kelompok dibawah ini:
1. Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur
anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas,
atau perubahan degeratif pada suatu struktur misalnya diskus
intervertebralis.
2. Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan tulang,
dan penyakit paget pada tulang bisa menyebabkan nyeri di area
lumbosakral
3. Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai
kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama
ke kaki. Gejala ini timbul akibat penekanan nervus iskiadikus, biasanya
akibat penonjolan diskus intervertebralis ke lateral.

C. Faktor Resiko
1. Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur
dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan
keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur
sekitar 55 tahun.
2. Jenis Kelamin

13
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya
jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
3. Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih
resikotimbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi
penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang.
4. Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan
otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama
bekerja, getaran, dan kerja statis.
5. Aktivitas / olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,
misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi
berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik
daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat
beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban
merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah
jongkok terlebih dahulu.
6. Kebiasaan merokok

14
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki
kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran darahnya,
termasuk ke tulang belakang.
7. Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis,
lordosis, maupun kifosis, merupakan faktor resiko untuk terjadinya LBP.

D. Gambaran Klinis
Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun. Gejala
dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat trauma. Intensitas
nyeri dengan NPS (Numeric Pain Scale) >7 tercatat pada 70% kasus saat
kunjungan pertama. Gejala yang menyertai LBP meliputi iskialgia (95%),
rasa baal (hipostesia) (77,5%), dan kelemahan tungkai (7,5%). Riwayat
trauma yang signifikan dijumpai pada 82,5% kasus. Rasa baal sesuai
dermatom pada 77,5%. Tanda Lasegue positif pada 95% kasus.
Dalam LBP bisa di manifestasikan dengan rasa nyeri yang bermacam
penyebab dan variasi rasanya. Dimana tipe-tipe tersebut dibedakan menjadi
empat tipe ras nyeri : nyeri lokal, nyeri alih, nyeri radikuler dan yang timbul
dari spasme muskuler.
Nyeri lokal disebabkan oleh sembarang proses patologis yang
menekan atau merangsang ujung-ujung saraf sensorik. Keterlibatan struktur –
struktur yang tidak mengandung ujung-ujung saraf sensoris adalah tidak
nyeri. Sebagai contoh, bagian sentral, medula korpus vertebra dapat
dihancurkan oleh tumor tanpa menimbulkan rasa nyeri, sedangkan fraktur
atau ruptur korteks dan distorsi periosteum, membran sinoval, otot, anulus
fibrosus serta ligamentum sering memberikan nyeri yang luar biasa. Struktur-
struktur yang terakhir diinervasi oleh serabut-serabut aferen rami primer
posterior dan saraf sinuvertebralis. Meskipun keadaan nyeri sering disertai
dengan pembengkakan jaringan yang terkena, hal ini bisa tidak tampak jika
suatu struktur yang dalam dari tubuh bagian belakang merupakan lokasi dari
penyakitnya.

15
Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa nyeri yang stabil tetapi
bisa intermiten dengan variasi yang cukup besar menurut posisi atau aktivitas
pasien. Nyeri dapat bersifat tajam atau tumpul dan sekalipun sering difus, rasa
nyeri ini selalu terasa pas atau di dekat tulang belakang yang sakit. Gerakan
berlawanan arah secara refleks dari segmen-segmen tulang belakang oleh
otot-otot paravertebralis sering tercatat dan dapat menyebabkan seformitas
atau abnormalitas postur. Gerakan atau sikap tertentu yang mengubah posisi
jaringan yang cedera memperberat nyeri. Tekanan yang kuat atau perkusi
pada struktur superfisial regio yang terkena biasanya menimbulkan nyeri
tekan yang merupakan gejala untuk membantu mengenali lokasi
abnormalitas.
Nyeri alih terdiri atas dua tipe yang diproyeksikan dari tulang
belakang ke regio yang terletak di dalam daerah dematom lumbal serta sakral
bagian atas, dan diproyeksikan dari visera pelvik dan abdomen ke tulang
belakang. Nyeri akibat penyakit-penyakit di bagian atas vertebra lumbal
biasanya dialihkan ke permukaan anterior paha dan tungkai; nyeri yang
berasal dari segmen lumbal
bawah dan sakral akan dialihkan ke regio gluteus paha posterior, betis serta
kadang-kadang kaki. Nyeri jenis ini, meskipun berkualitas dalam, sakit dan
agak difus, cenderung pada beberapa saat untuk di proyeksi ke superfisial.
Pada umumnya, nyeri alihmemiliki intensitas yang sejajar dengan nyeri lokal
pada punggung.
Dengan kata lain, pergerakan yang mengubah nyeri lokal mempunyai
efek serupa pada nyeri rujukan, meskipun tidak dengan ketepatan dan
kecepatan seperti pada nyeri radikuler. Suatu perkecualian yang penting dari
hal ini adalah nyeri yang disebabkan oleh aneurisma aorta. Anuresmia aorta
yang membesar dengan perlahan-lahan dapat menimbulkan erosi pada
vertebra bagian anterolateral dan menimbulkan perasaan mengganggu yang
berubah mengikuti gerakan atau posisi berbaring.
Nyeri radikuler memiliki beberapa ciri khas nyeri alih tetapi berbeda
dalam hal intensitasnya yang lebih besar, distal, keterbatasan pada daerah

16
radiks saraf dan faktor-faktor yang mencetuskannya. Mekanisme terjadinya
terutama berupa distorsi, regangan, iritasi dan kompresi radiks spinal, yang
paling sering terjadi di bagian sentral terhadap foramen intervertebralis.
Sebagai tambahan, telah diduga bahwa pada pasien dengan stenosis spinalis
pola “klaudikasio lumbal” dapat disebabkan oleh iskemia relatif yang
berhubungan dengan kompresi. Meskipun nyerinya sendiri sering tumpul atau
sakit terus berbagai pergerakan yang meningkatkan iritasi radiks atau
meregangkannya bisa sangat memperhebat nyeri, menimbulkan suatu kualitas
menusuk-nusuk.
Penjalaran nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral di dekat
tulang belakang hingga bagian tertentu pada ekstermitas bawah. Batuk, bersin
dan mengejan merupakan manuver pencetus yang khas, tetapi juga karena
meregangkan atau menggerakkan tulang belakang, semua kejadian tersebut
dapat pula meningkatkan intensitas nyeri lokal.
Gerakan membungkuk ke depan dengan lutut diekstensikan atau
“gerakan mengangkat lutut dalam keadaan lurus” akan mencetuskan nyeri
radikuler pada penyakit bagian bawah vertebra lumbal yang terjadi atas dasar
regangan, kompresi vena jugularis yang menaikkan tekanan intraspinal dan
dapat menyebabkan suatu pergeseran pada posisi dari atau tekanan pada
radiks, dapat menimbulkan efek serupa. Iritasi radiks saraf lumbal keempat
serta kelima dan sakral pertama yang membentuk nervus iskiadikus, akan
menimbulkan rasa nyeri yang terutama meluas ke bawah hingga mengenai
permukaan posterior paha dan permukaan posterior serta lateral tungkai.
Secara khas, penjalaran rasa nyeri ini yang disebut dengan istilah
sciatica berhenti di daerah pergelangan kaki dan disertai dengan perasaan
kesemutan atau rasa baal (parastesia) yang menjalar ke bagian yang lebih
distal hingga mengenai kaki. Rasa kesemutan, parastesia, dan rasa baal atau
kelaianan sensoris pada kulit, perih pada kulit, dan nyeri sepanjang saraf
tersebut juga dapat menyertai nyeri skiatika klasik. Dan pada pemeriksaan
fisik, hilangnya refleks, kelemahan, atrofi, tremor fasikuler, dan kadang-

17
kadang edema statis dapat terjadi jika serabut-serabut motoris radiks anterior
terkena.
Nyeri akibat spasme otot biasanya ditemukan dalam hubungannya
dengan nyeri lokal, namun dasar anatomik atau fisiologiknya lebih tidak jelas.
Spasme otot yang berkaitan dengan berbagai kelainan tulang belakang dapat
menimbulkan distorsi yang berarti pada sikap tubuh yang normal.
Akibatkanya, tegangan kronik pada otot bisa mengakibatkan rasa pegal atau
sakit yang tumpul dan kadang perasaan kram. Pada keadaan ini, penderita
dapat mengalami rasa kencang pada otot-otot skarospinalis serta gluteus dan
lewat palpasi memperlihatkan bahwa lokasi nyeri terletak dalam struktur ini.
Nyeri lainnya yang sering tidak ditemukan asalnya kadang
digambarkan oleh pasien sebagai penyakit kronis punggung bagian bawah.
keluhan - keluhan unilateral perasaan tertarik, kram (tanpa spasme otot tidak
sadar). Nyeri robek, berdenyut – denyut, atau memukul – mukul, atau
perasaan terbakar atau dingin sulit diinterpretasikan namun. Seperti parastesia
dan rasa baal, seharusnya selalu memberi dugaan kemungkinan penyakit saraf
atau radiks.
Karakteristik LBP dibagi dalam beberapa kelompok :
a. LBP viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera
didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan
istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan
selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
untuk menghilangkan nyerinya.
b. LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin
memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke

18
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk,
mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan
sepanjang columna vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya
menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
c. LBP neurogenik
Keadaan neurogenik pada saraf yang dapat menyebabkan nyeri
punggung bawah pada:
1) Neoplasma
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik,
sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu
sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri
berkurang bila penderita berjalan.
2) Araknoiditis
Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri
timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan
tersebut
3) Stenosis canalis spinalis
Penyempitan canalis spinalis disebabkan oleh proses
degenerasi discus intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum
flavum. Gejala klinis timbulnya gejala claudicatio intermitten
disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita
istirahat.
d. LBP spondilogenik,yaitu:
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di columna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses
patologik di artikulatio sacro iliaka.
1) LBP osteogenik
Sering disebabkan radang atau infeksi misalnya osteomielitis
vertebral dan spondilitis tuberculosa. Trauma yang dapat
mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis. Keganasan,

19
kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan
oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi.
Metabolik misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,
hipofosfatemia familial.
2) LBP diskogenik
Sering disebakan oleh :
Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif
pada discus intervertebralis, sehingga jarak antar vertebra
menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan canalis
spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior.
Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan tertekannya
radiks oleh kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan
radang. Gejala neurologik timbul karena gangguan pada radiks yaitu:
gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi
otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan dengan
cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava) atau dengan
menekan kedua vena jugularis (percobaan Naffziger).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana
nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah
canalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek. Dasar
terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih
banyak dialami oleh laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama
yang timbul yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot
– otot sekitar lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini
disebabkan oleh spasme otot – otot tersebut dan spasme ini
menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal dan terjadi scoliosis.
HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid, parestesia dan retensi
urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada Lumbal 5 – Sakral 1 dan
Lumbal 4 – Lumbal 5 pada HNP lateral Lumbal 5– Sakral 1 rasa

20
nyeri terdapat dipunggung bawah, ditengah – tengah antara kedua
bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan
ekstensi jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada
HNP lateral Lumbal 4 – Lumbal 5 rasa nyeri dan nyeri tekan
didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu
jari kaki berkurang dan refleks patella negative. Sensibilitas pada
dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena, menurun. Pada
tes lasegue akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang.
Percobaan valsava dan naffziger akan memberikan hasil positif.
Spondilitis ankilosa, proses ini mulai dari sendi sakroiliaka
yang kemudian menjalar keatas, ke daerah leher. Gejala permulaan
berupa rasa kaku dipunggung bawah waktu bangun tidur dan hilang
setelah mengadakan gerakan. Pada foto roentgen terlihat gambaran
yang mirip dengan ruas – ruas bambu sehingga disebut bamboo
spine.
e. LBP psikogenik
LBP miogenik dikarenakan oleh:
1) Ketegangan otot:
Sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.
Rasa nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot,
regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang,
serta regangan pada kapsula.
2) Spasme otot atau kejang otot:
Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa
nyeri sekaligus menambah kontraksi.
3) Defisiensi otot

21
Dapat disebabkan oleh kuranglatihan sebagai akibat dari mekanisasi
yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena
imobilisasi.
4) Otot yang hipersensitif
Dapat menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan
menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.

E. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri dengan
setepat-tepatnya, atau keterangan yang rinci sehingga letaknya dapat
diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, ntuk dibedakan apakah nyeri bersifat radikular atau
nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk – tusuk, disayat, mendeyut,
terbakar, kemeng yang terus – menerus, dan sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh penderita
yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa sehingga
penderita mempunyai sikap tertentu untuk meredakan rasa nyeri
tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya dengan
aktivitas tubuh, perlu ditanyakan posisi yang bagaimana dapat
memperberat dan meredakan rasa nyeri.
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung kepada
penderita misalnya mendorong mobil mogok, memindahkan almari
yang cukup berat, mencabut singkong, dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut, perlahan,
menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti kapan rasa sakit mulai
timbul, hilang timbul, makin lama makin nyeri, dan sebagainya.
h. Obat – obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis analgetik apa
saja yang pernah diminum.

22
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan mengalami
LBP yang cukup mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hamil muda,
dalam trimester pertama, khususnya bagi wanita yang dapat
mengalami LBP berat.
k. Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya penderita akan
menolak bila kita langsung menanyakan tentang “banyak pikiran” atau
“pikiran sedang ruwet” dan sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita
menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental tadi
secara tidak langsung, dengan cara penderita secara tidak sadar mau
berbicara mengenai faktor stress yang menimpanya.
2. Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
1) Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari
berbaring.
2) Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
3) Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur tungkai yang
abnormal.
b. Palpasi dan perkusi
1) Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
2) Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya
deviasi
c. Tanda vital (vital sign)
3. Pemeriksaan neurologis
a. Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi
involunter.
b. Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
c. Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles.
4. Pemeriksaan range of movement:

23
Untuk memperkirakan derajat nyeri, function lesa, untuk melihat ada
tidaknya penjalaran nyeri.
5. Percobaan – percobaan:
a. Tes Lasegue
b. Tes Patrick dan anti-patrick
c. Tes Naffziger
d. Tes Valsava
e. Tes Prespirasi

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan
sumbatan/hambatan aliran LCS, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan
glukosa. Untuk menentukan ada tidaknya sumbatan dilakukan tes
Queckenstedt yaitu pada waktu dilakukan pungsi lumbal diperhatikan
kecepatan tetesannya, kemudian kedua vena jugularis ditekan dan
diperhatikan perubahan kecepatan tetesannya. Bila bertambah cepat
dengan segera, dan waktu tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali
seperti semula berarti tidak ada sumbatan. Bila kecepatan bertambah dan
kembalinya terjadi secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total.
Bila tidak ada perubahan makin lambat tetesannya berarti sumbatan total.
2. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis, bamboo spine,
destruksi vertebra, osteofit, ruang antar vertebra menyempit, scoliosis,
hiperlordosis, penyempitan foramen antar vertebra, dan sudut ferguson
lebih dari 30°.
3. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung kecepatan
hantar sarf tepi dan latensi distal, juga dapat diketahui adanya serabut otot

24
yang mengalami kelainan. Tujuan ENMG yaitu untuk mengetahui radiks
yang terkena dan melihat ada tidaknya polineuropati.
4. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma,
penyempitan canalis spinalis, penjepitan radiks dan kelainan vertebra.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama
beberapa hari dengan tempat tidur dari papan dan ditutup selembar busa
tipis. Tirah baring ini bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik
akut, fraktur dan HNP.
2. Medikamentosa
Obat – obat simptomatik yaitu: analgetika, kortikosteroid, AINS.
Obat – obat kausal: anti tuberculosis, antibiotic, nukleolisis misalnya
khimopapain, kolagenase (untuk HNP).
3. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan
mengurangi lordosis.
4. Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata atau
terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik.

H. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya Low Back Pain dan cara
mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi, diantaranya adalah
1. Latihan Punggung Setiap Hari, dimana latihan ini bisa dilakukan sehari –
hari dengan gerakan-gerakan ringan, tekniknya adalah:

25
a. Sikap dasar terlentang, gunanya untuk menguatkan otot gluteus
maksimus, mencegah hiperlordorsis lumbal. Tekniknya menekan
punggung anda pada alas sambil menegangkan otot perut dan kedua
otot gluteus maksimus, pertahankan selama 5 – 10 hitungan.
b. Lutut ke dada, gunanya untuk meregangkan otot punggung yang tegang
dan spasme. Tekniknya adalah tarik lutut ke dada bergantian
semaksimal mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit, dipertahankan 5 –
10 detik, lakukan juga dengan kedua lutut.
c. Meregangkan otot bagian lateral, gunanya untuk meregangkan otot
lateral tubuh yang tegang. Tekniknya adalah dengan tangan di bawah
kepala dan siku menempel pada alas, paha kanan disilangkan ke paha
kiri kemudian tarik kesamping kanan dan kiri sejauh mungkin, lakukan
juga dengan meyilangkan paha kiri di atas paha kanan.
d. Straight Leg Raising, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan
otot hamstring dan gluteus. Tekniknya adalah satu lutut kanan di tekut,
kaku kiri dinaikkan ke atas tanpa bantuan lengan dan tangan,
pertahankan 5 – 10 detik, ulangi sebaliknya.
e. Sit Up, gunanya untuk menguatkan otot perut dan punggung bawah.
Tekniknya adalah pelan – pelan menaikkan kepala dan leher sehingga
dagu menyentuh dada, diterukan dengan mengangkat punggung bagian
sampai kedua tangan mencapai lutut (tangan diluruskan), sedangkan
punggung bagian tengah dan bawah tetap menempel pada dasar.
f. Hidung ke lutut, gunanya menguatkan otot perut dan meregangkan otot
iliopsoas. Tekniknya adalah dengan posisi menekuk, lutut secara
bergantian ditarik sampai ke hidung, pertahankan 5 – 10 detik, lakukan
pada lutut satunya.
g. Gerakan gunting, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan otot
hamstring, punggung, gluteus dan abdomen. Tekniknya adalah kedua
tangan di belakang kepala, tarik kedua tungkai ke atas kemudian kedua
kaki disilangkan, tungkai ditarik ke muka belakang bergantian, lakukan
10 kali, kemudian ke samping kanan dan samping kiri.

26
h. Hipertekstensi sendi paha, gunanya untuk menguatkan otot gluteus dan
punggung bawah serta meregangkan otot fleksor paha. Tekniknya
adalah dengan posisi tengkurap, tungkai ditarik keatas, ulangi pada
kaku sebelahnya.
2. Memberikan edukasi
a. Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi
b. Jangan berdiri waktu lama, selingi dengan jongkok
c. Berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk mengurangi
hiperlordosis lumbal
d. Bila mengambil sesuatu di tanah atau mengangkat benda berat, jangan
langsung membungkuk, tapi regangkan kedua kaki lalu tekuklah lutut
dan punggung tetap tegak dan angkatlah barang tersebut sedekat
mungkin dengan tubuh
e. Waktu berjalan, berjalannya dengan posisi tegak, rileks dan jangan
tergesa – gesa
f. Waktu duduk, pilihlah tempat duduk yang, dengan kriteria busa jangan
terlalu lunak, punggung kursi berbentuk huruf S, bila duduk seluruh
punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan kursi, bila duduk
dalam waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi dari yang satunya
g. Waktu tidur, punggung dalam keadaan mendatar (kurangi pemakain
alas kasur yang memakai alas dari per)
h. Saat olahraga, sebaiknya olahraga renang dan jogging.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.
Bimariotejo. (2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 20 Februari 2010 dari
www.backpainforum.com.

27
Cadwell, E & Hegner, B R. (2003). Asisten Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC.
Daniel. (2006). OAINS Konvensional Masih Jadi Pilihan. Diambil 23 Februari 2010
dari http://www.majalah.farmacia.com/default.asp.
Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A C & Hall, J E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa
Indonesia : Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC.
Hakim. (1990). Nyeri Pinggang Bawah. Diambil 24 Februari 2010 dari
www.emidicine.com.
Hidayat, A A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Ismiyati, S W& Cit, C R. (1997). Latihan Dengan Metode William Dan Mc Kenzie
Pada Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta: TITAFI XIII.
Idyan, Z. (2008). Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan Low
Back Pain. Diambil 23 Februari 2010 dari http://inna-ppni.or.id.
Kenworthy, Snowley, Gilling. (2002). Common Foundation Studies in Nursing, Third
Edition. USA: Churchill Livingstone.
Kozier, B; Glenora, E; Audrey, B; Shirlee, J S. (2004). Fundamental Nursing:
Concept and Procedures. 8th edition. USA: Pearson Prentice Hall.
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran.
Maher, S & Pellino. (2002). Aktivitas Tubuh penyebab LBP. Diambil 22 Februari
2010 dari www.healtcare.uiowa.edu.
Mook, E & Chin, P W. (2004). The Effects of Slow-Stroke Back Massage on Anxiety
and Shoulder Pain in Elderly Stroke Patients. Diambil 1 Maret 2010 dari
http://www.scincedirect.com/science.

28

Anda mungkin juga menyukai