Analisis Flavonoid
Analisis Flavonoid
PENDAHULUAN
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak akan
pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru
ataupun untuk menujang berbagai kepentingan industri. Hal ini terkait dengan
keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Dari 250.000 jenis tumbuhan
tingkat tinggi seperti dikemukan di atas 54 % diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika
dan Indonesia dengan hutan tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis
tumbuhan tingkat tinggi sangat berpotensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para
peneliti Indonesia.
Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Sejak zaman dahulu,
masyarakat Indonesia telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Saat ini, para peneliti semakin berkembang
untuk mengeksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis yang positif bagi
manusia. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dikembangkan, senyawa-senyawa
yang memiliki potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid,
fenolat, dan alkaloid.
Senyawa yang paling mudah ditemukan adalah flavonoid karena senyawa ini
adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan
dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid
termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan
mengandung antioksidan. Oleh karena jumlahnya yang melimpah di alam, manusia lebih
banyak memanfaatkan senyawa ini dibandingkan dengan senyawa lainnya sebagai
antioksidan.
Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan metode
kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa murni
yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi baik
dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah diketahui struktur molekulnya biasanya
dilanjutkan dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan
kestabilan yang diinginka
BAB II
PEMBAHASAN
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di
alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat
warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen
tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah,
sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat
dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang
diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan. Bagian
tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu
oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan
nitrogen dalam tanah.
Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas
nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu.
Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses
evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid
berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi
dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada
berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur
biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida. Tidak ada benda yang begitu menyolok
seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga
dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antodianin
memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi
kecuali warna hijau. Secara biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan
penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga
dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.
Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan
kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin
memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau
biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis
flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh serangga.
Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat
tertentu.
Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2
cincin benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin ketiga.
Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan
atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).
Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut
flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak
memiliki aktivitas farmakologi. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus
pirilium. Flavonoid ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan
sebagai pewarna alami
Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur sikhimat
dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis cincin aromatik.
Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur asetat-malonat), yaitu
kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari
rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat) [Achmad, 1985].
Modifikasi flavonoid lebih lanjut, dapat mungkin terjadi pada berbagai tahap dan
menghasilkan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi gugus hidroksil
atau inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, metilenasi gugus orto-
dihidroksil, dimerisasi (pembentukan biflavonoid), pembentukan bisulfat, dan yang
terpenting adalah glikosilasi gugus hidroksil(pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti
flavonoid (pembentukanflavonoid C-glikosida) (Markham, 1988).
Markham (1988) menyatakan bahwa flavonoid pertama yang dihasilkan pada alur
biosintesis flavonoid ialah khalkon, dan semua turunan flavon diturunkan darinya melalui
berbagai alur. Semua golonganflavonoid saling berkaitan, karena berasal dari alur
biosintesis yangsama. Cincin A terbentuk karena kondensasi ekor-kepala dari tiga unit
asam asetat-malonat atau berasal dari jalur poliketida. Cincin B serta satuan tiga atom
karbon dari rantai propan yang merupakan kerangka dasar C6 – C3 berasal dari jalurasam
sikimat (Manitto, 1981).
B. Struktur Flavonoid:
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata
flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.
Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari
cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1.3-diarilpropana dihubungkan
oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat
oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan
antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sering sekali disebut sebagai
flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat
alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa isoflavonoid dan
neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku
Leguminosae.
Pola biosintesis pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu : pada tahap tahap
pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2
menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2).kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini
telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan. Cincin
A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yaitu kondensasi dari tiga unit
asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propana berasal
dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari
flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis biosintes utamadari cincin aromatik
yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan yang
disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propana dapat menghasilkan
berbagai gugus fungsi seperti pada ikatan rangkap, gugus hidroksi, gugus karbonil, dan
sebagainya. Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida,
dimana unit flavonoid terikat pada sutatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu
gula dan suatu alkohol yang saling berikatanmelalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya,
ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus
karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam
menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-
komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan
ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa,
galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida,
ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida. Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di-
atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid
terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organik
seperti eter, benzen, kloroform dan aseton. Antioksidan alami terdapat dalam bagian daun,
buah, akar, batang dan biji dari tumbuh-tumbuhan obat. Bagian tersebut umumnya
mengandung senyawa fenol dan polifenol.
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas.
Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan
peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan
fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid banyak terdapat dalam
tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari,
nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis
oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Flavonoid merupakan turunan fenol
yang memiliki struktur dasar fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15
karbon (C6-C3-C6) yang terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis.
Substitusi gugus kimia pada flavonoid umumnya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi
dan glikosilasi.
1) Antosianin
2) Flavonol
Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam
berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah
galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah
3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B),
dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau
3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan
quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam
tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida.
Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui
tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus
Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung
nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon.
3) Flavonon
4) Khalkon
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat
mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon
2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi
mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan
keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang
terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2-hidroksil-6-glikosilasi.
1. Dihidrokhalkon.
a. Flavon
a) Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula
atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh
glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut
dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa disamping
galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang
glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid
misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain.
b) Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan
karbon-karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada atom
C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit
dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa,
raminosa, silosa, arabinosa
c) Flavonoid Sulfat
d) Biflavonoid
Sistem cincin bisiklis dinamai cincin A dan C, sedangkan cincin unisiklis dinamai
cincin B. Kedua unit monomer biflavonoid ditandai dengan angka Romawi I dan II. Posisi
angka pada masing-masing monomer dimulai dari cincin yang mengandung atom oksigen,
posisi ke-9 dan ke-10 menunjukkan karbon pada titik penyatuan Senyawa biflavonóid
berperan sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti kanker, anti alergi, antimikrobia,
antifungi, antibakteri, antivirus, pelindung terhadap iradiasi UV, vasorelaksan, penguat
jantung, anti hipertensi, anti pembekuan darah, dan mempengaruhi metabolisme enzim.
Sebagian besar peran di atas dapat dipenuhi oleh berbagai senyawa biflavonoid yang
diekstraksi dari berbagai spesies Selaginella.
D. Sifat Flavonoid
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi
dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak inidikocok dengan eter
minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena ituwarnanya berubah bila ditambah
basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksipada kromatogram atau dalam larutan
(Harborne, 1987 : 70).
Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetic senyawa
senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur
biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida. Tidak ada benda yang begitu menyolok
seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga
dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antodianin
memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi
kecuali warna hijau. Secara biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan
penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga
dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.
2. Sifat Kelarutan Flavonoid
c. Glikosida flavonoid tidak larut dalam heksan, PE, kloroform, eter; sedikit
larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut dalam air. Contoh: rutin.
3. Kestabilan Flavonoid
Sumber Flavonid
Flavonoid tersebar luas pada tumbuhan tapi jarang terdapat pada bakteri,
jamur dan lumut. Dalam dunia tumbuhan, flavonoid tersebar luas dalam suku
Rutaceae, Papilionaceae (kacang-kacangan), Labiatae (Ortosiphon), Compositae
(contoh: Sonchus arvensis), Anacardiaceae, Apiaceae/Umbeliferae (seledri,
pegagan, wortel), dan Euphorbiaceae (contoh: daun singkong). Pada tingkat organ,
flavonoid tersebar pada seluruh bagian tanaman seperti biji, bunga, daun, dan
batang. Pada tingkat jaringan, flavonoid banyak terdapat pada jaringan palisade.
Pada tingkat seluler, flavonoid bisa terdapat pada dinding sel, kloroplas, atau
terlarut dalam sitoplasma. Pada paku-pakuan, flavonoidnya berupa flavonoid
polimetoksi sehingga hanya terdapat pada dinding sel dan tidak terdapat pada
sitoplasma karena sitoplasma mengandung banyak air sehingga bersifat polar dan
tidak dapat melarutkan flavonoid polimetoksi.
1. Blueberry
2. Teh hijau
Makanan lain yang mengandung flavonoid adalah teh hijau. Senyawa utama di
dalam teh hijau khususnya adalah polyphenol yang merupakan antioksidan
pencegah inflamasi dan kanker. Sudah banyak pula penelitian yang membahas
kandungan dalam teh hijau (kafein, theanine, dan catechin) yang membantu
peningkatkan sistem metabolisme tubuh.
3. Cokelat
4. Bilberry
Salah satu herbal alami yang juga kaya akan flavonoid adalah bilberry (bagian
dari vitamin C kompleks). Penelitian pernah membuktikan bahwa jenis
flavonoid tersebut membantu memperkuat dinding pembuluh darah dan
mencegah kelainan mata. Selain bilberry, cherry dan blackberry juga termasuk
sumber flavonoid yang baik.
5. Sayuran
Terakhir, ada sayuran yang disebutkan sebagai salah satu makanan yang kaya
akan flavonoid. Misalnya brokoli, kale, bawang bombai, paprika, dan bayam.
Namun sayang jamur bukan termasuk sayuran yang mengandung flavonoid.
Meskipun ada banyak khasiat lain dari jamur itu sendiri. Kita juga bisa
menikmati sayuran dan buah mentah setiap hari untuk asupan flavonoid bagi
tubuh. Namun jika menderita masalah kesehatan tertentu dan alergi terhadap
beberapa makanan, Anda bisa mengonsumsi suplemen flavonoid.
Prinsip dari pemisahan (isolasi) adalah adanya perbedaan sifat fisik dan
kimia dari senyawa yaitu kecendrungan dari molekul untuk melarut dalam cairan
(kelarutan), kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian), kecenderungan
molekul untuk melekat pada permukaan serbuk labus (adsorpsi, penserapan)
(Harborne, 1987).
1. Isolasi Flavonoid
a. Sitroborat
b. AlCl3
b. NH3
Sebelum melakukan suatu isolasi senyawa, maka yang dilakukan adalah ekstraksi terlebih
dahulu.
a. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses atau metode pemisahan dua atau lebih
komponendengan menambahkan suatu pelarut yang hanya dapat melarutkan salah
satu komponennya saja. Dalam prosedur ekstraksi, larutan berair biasanya dikocok
dengan pelarutorganik yang tak dapat larut dalam sebuah corong pemisah. Zat –
zatyang dapt larut akan terdistribusi diantara lapisan air dan lapisanorganik sesuai
dengan (perbedaan) kelarutannya. Padaekstraksi senyawa – senyawa organik dari
larutan berair, selain airatau eter, biasanya digunakan pula etil asetat, benzena,
kloroform dan sebagainya. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut yanglebih kecil dari pada bila jumlah pelarutnya banyak tapi
ekstraknyahanya sekali (Markham, 1988).
Metode ekstraksi terdiri atas dua jenis yakni ekstraksi panas dan ekstraksi dingin.
Ekstraksi panas menggunakan cara refluks dan destilasi uap sedangkan ekstraksi secara
dingin menggunakan cara maserasi, perkolasi dan soxhletasi.
Ekstraksi secara destilasi uap adalah cara yang digunakan untuk menyaring
saampel yang mangandung minyak yang mudah menguap ataumengandung
komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi padatekanan udara normal.
Destilasi merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan perbedaan titik didih
dari senyawa. Biasa digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri.
Perkolasi adalah suatu cara penarikan dengan memakai alat yang yang
disebut perkolator, dimana simplisia terendam dalam cairan penyari sehingga zat-
zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Ekstraksi secara perkolasi
merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk sampel yang telah dibasahi.
b. Kromatografi
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat
diekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini
dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu
warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah
dideteksipada kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987 : 70).
- Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
b) KLT 2 Dimensi
A. Sinar tampak
B. Sinar UV
C. Pereaksi warna
D. Kromatografi Kolom
Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada, besarnya berat molekul (BM)
dapat diperoleh dari pembuat informasi, pemberi sampel, atau data spektroskopik seperti
Nucleic Magnetic Resonance Spectrosphotometer (NMR), Infrared spectrophotometer,
ultra violet spectrumeter, dan mass Spectrophotometer. Semua data-data ini dapat
digunakan sebagai petunjuk bagi analis memilih tipe HPLC yang tepat untuk digunakan
(Johnson dan Stevenson, 1978)
Berdasarkan Hukum Dasar "like dissolves like" maka sangat mudah untuk
memutuskan tipe KCKT yang akan dipilih. Seleksi tipe KCKT, dengan cepat kita dapat
melihat bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000, maka kita dapat menggunakan
kromatografi eksklusi. Fasa geraknya adalah air jika sampelnya larut dalam air; bila dapat
larut dalam pelarut organik maka digunakan pelarut- pelarut organik sebagai rasa gerak.
Fasa diamnya adalah Sephadex atau Bondagel Seri E untuk rasa gerak air dan Styragel
atau MicroPak TSK gel untuk rasa gerak organik. Bila BM lebih rendah dari 2000,
pertama yang harus ditentukan adalah apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel
dapat larut dalam air, maka kromatografi partisi rasa terbalik atau kromatografi penukar
ion dapat digunakan. Bila kelarutan dipengaruhi oleh penambahan asam atau basa atau
bila pH larutan bervariasi lebih dari 2 (dua) satuan pH dari pH 7, maka kromatografi
penukar ion adalah pilihan utama. Bila kelambatan tidak dipengaruhi oleh asam dan basa
dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi partisi rasa terbalik adalah pilihan
terbaik. Tipe Eksklusi menggunakan ukuran poros yang kecil dan rasa air dapat juga
dicoba.
3) Metode Spektroskopi
Spektroskopi merupakan suatu metode untuk penentuan rumus struktur dari suatu
senyawa. Menurut Anwar (1994) bahwa spektroskopi bila dibandingkandengan metode
kimia konvensional (metode basah), spektroskopi memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya: Jumlah zat yang diperlukan untuk analisis relatif kecil dan zat tersebut sering
kali dapat diperoleh kembali dan waktu pengerjaannya relatif cepat.
Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara (5,7,4‟)
adalah kekuatan nisbi yang rendah pada pita Idalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan
isoflavon. Ciri nisbi ini tidak berubah, bahkan bila pola oksigenasi berubah, sekalipun
rentang maksimal serapan pada jenis flavonoid (tabel 2) yang berlainan tumpang tindih
sebagai keseragaman polaoksigenasi. Keseragaman dalam rentang maksimal ini akan
bergantung pada polahidroksilasi dan pada derajat substitusi gugus hidroksil (Markham,
1988: 39).
Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap.
Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12
jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan
hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi
menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan dari
senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil, santifil dan lain-lain
Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol, lalu diuapkan sampai kental dan
ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu
ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai kering yang
kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut
etil. asetat diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida.
Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan pemisahan
dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n -
butanol yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan
leukoantosianin. Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari
komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom.
Metode ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat
dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.
Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang
diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etanol pekat dilarutkan dalam air
lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan demikian didapat
tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
a) Uji WILSTATER
E. Identifikasi flavonoid
Pada hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-
komponennya menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan alcohol yang
dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah
glukosa tersebut masinbg-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan
gentiobiosida. Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida
dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh
gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic seperti
eter, benzene, kloroform dan aseton.
Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini
terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam
kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan
merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada
bunga yang dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi
flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang
bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta
kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa
flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia
menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi
tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama,
penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung
terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta
molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan. Senyawa flavonoid untuk obat
mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara
tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada
seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan
ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa
senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga
dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa
tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular messenger}
dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap
proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif
(menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi).
Sebagai bahan alami, buah-buahan, sayuran, dan teh merupakan serat alami
yang memiliki kandungan senyawa flavonoid dalam kadar yang tinggi. Seperti
yang kita ketahui bahwa buah, sayuran, dan teh banyak mengandung vitamin dan
mineral yang memang sangat berguna bagi kesehatan tubuh kita, misalnya kerena
adanya kandungan vitamin E dan vitamin C yang memang telah dikenal sebagai
antioksidan sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sejauh yang masyarakat
umum ketahui, kandungan pada buah, sayuran, dan teh adalah kandungan vitamin
dan mineralnya saja. Padahal di dalamnya juga terdapat kandungan flavonoid yang
juga merupakan antioksidan. Bahkan flavonoid merupakan antioksidan yang jauh
lebih baik dari pada antioksidan lainnya, seperti pada vitamin E dan vitamin C. Hal
ini membuktikan bahwa flavonoid sebagai antioksidan memiliki potensi yang lebih
tinggi sebagai obat antikanker dari pada vitamin dan mineral.
2. Penyakit Kanker
Sudah jelas bahwa sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan
sekitarnya (invasive) dan terus menyebar. Penyebarannya bisa melalui jaringan
ikat, darah, dan yang lebih berbahaya lagi bahwa sel kanker dapat menyerang
organ-organ penting dan saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel
membelah diri apabila ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Berbeda
dengan sel kanker yang akan membelah terus meskipun tubuh tidak
memerlukannya sehingga akan terjadi penumpukan sel baru. Sel baru ini lah yang
disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan
normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya.
Selain lingkungan, makanan yang kita makan juga dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan sebab
makanan yang dikonsumsi seseorang dapat mempengaruhi pengaktifan sel kanker
pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker
pada saluran pencernaan adalah makanan yang diasap dan diasamkan. Makanan
tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung. Contoh lainnya
adalah minuman yang mengandung alkohol yang menyebabkan kanker
kerongkongan. Bahkan zat pewarna makanan pun dapat menjadi penyebab
timbulnya kanker pada saluran pencernaan. Terdapat pula penyebab kanker pada
saluran pencernaan, yaitu logam berat seperti mercury yang biasanya sering
terdapat pada makanan laut yang tercemar, seperti kerang, ikan, dan sebagainya.
Selain itu, perlu diperhatikan oleh masyarakat adalah bahwa berbagai makanan
manis mengandung tepung yang diproses secara berlebihan juga merupakan faktor
penyebab aktifnya sel kanker dalam tubuh.
a. Anti-inflamasi
b. Anti-tumor/Anti-kanker
d. Anti-allergi
e. Penyakit kardiovaskuler
g. Anti kolesterol