Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas individu Mata Kuliah Manajemen
Kebisingan dan Getaran
Disusun oleh :
Eka Hartomy
11151010000068
JAKARTA
2017
i
KATA PENGANTAR
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Saran serta
kritik senantiasa penyusun harapkan untuk masukan di masa depan. Penyusun berharap
makalah ini dapat di pahami dengan baik dan bermanfaat bagi penyusun, serta
perkembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya ilmu Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
1. RESPON FISIOLOGIS DAN DAMPAK PAJANAN BISING
1.1 Dampak Pajanan Bising
Pajanan bising yang diterima manusia dapat menyebabkan berbagai gangguan
berikut : (Thorne PR et al., 2008) dalam (Eryani, 2016)
Gangguan Fisiologis
Gangguan fisilogis yang dapat terjadi antara lain kelelahan, pusing, denyut
jantung meningkat, ritme pernafasan meningkat, sakit kepala, tekanan darah
meningkat, serta peningkatan laju metabolik
Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis yang dialami antara lain gangguan perasaan, rasa tidak
nyaman, rasa khawatir dan cemas, kurang konsentrasi, rasa jengkel, mudah
marah, cepat tersinggung, dan sudah tidur. Dalam psikologi, semakin keras
suara akan semakin menganggu. Kemudian apabila suara yang terdengar
dapat diprediksi dan teratur, maka dampak gangguan yang diterima akan
lebih kecil.
Gangguan Komunikasi
Pajanan bising menyebabkan proses komunikasi terganggu akibat intervensi
dalam proses komunikasi, sehingga ketika berkomunikasi, komunikator
perlu meningkatkan volume suara agar komunikan dapat mengerti pesan
yang disampaikan oleh komunikator
Gangguan Tidur
Gangguan Pendengaran
Jenis gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pajanan kebisingan
terbagi menjadi tiga, antara lain :
Trauma Akustik
Secara umum, gangguan ini disebabkan pajanan tunggal atau lebih dari
satu pajanan bising yang memiliki intensitas tinggi pada wktu yang
1
singkat. Suara yang sangat keras seperti ledakan dapat membuat gendang
telinga pecah, hingga merusak sel sensoris saraf pendengaran
Temporary threshold shift (ketulian sementara)
Kemampuan pendengaran akan berkurang berdasarkan intensitas
pajanan yang diterima seseorang. Pemulihan pendengaran setelah
pajanan bising membutuhkan waktu 3 x 24 jam hingga 7 x 24 jam. Saat
pekerja mendapatkan pajanan bising sebelum pemulihan sempurna,
maka dapat memicu penurunan pendengaran hingga tuli
Permanent threshold shift (ketulian tetap)
Istilah lainnya adalah Noise Permanent Threshold Shift (NPTS) atau
Noise Induced Hearing Loss (NIHL), yaitu penurunan pendengaran
bertahap yang disebabkan kerusakan sensorneural akibat pajanan bising
dalam waktu lama dan intensitas tinggi. Jenis ketulian ini bersifat
irreversible atau tidak dapat disembuhkan.
2
berfungi menegangkan rangkaian tulang pendengaran saat suara yang masuk ke
dalam sistem pendengaran manusia memiliki kekuatan lebih dari 70 dB, agar
meredam getaran yang mencapai sel rambut reseptor pendengaran manusia.
Otot yang dipaksa bekerja secara kontinu dalam menghadapi suara bising yang
terlalu kuat dapat menyebabkan stimulasi yang merusak fungsi sel-sel rambut.
Kerusakan sel rambut dapat bersifat sementara dan permanen (Akbar, 2015)
Masa kerja
Setelah bekerja di tempat bising, gangguan pendengaran terjadi dalam periode 5
– 10 tahun, dan semakin lama pajanan bising yang diterima akan meningkatkan
kerusakan pendengaran akibat perontokkan sel-sel rambut pada telinga
(National Safety Council, 1975) dalam (Akbar, 2015)
Usia pekerja
Orang dengan usia tua akan mengalami penurunan fungsi pendengaran akibat
proses penuaan (presbycusis) yang merupakan proses degenerasi alat
pendengaran yang secara umum mulai terjadi pada usia 40 tahun ke atas
(Akbar, 2015)
Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok berperan dalam penurunan fungsi pendengaran. Hal ini
disebabkan gangguan peredaran darah manusia akibat efek nikotin dan
karbonmonoksida. Nikotin dapat merusak koklea pada telinga manusia akibat
sifat ototoksik nya, dan karbonmonoksida memicu produksi karboksi-
hemoglobin yang merpakan ikatan antara karbonmonoksida dan hemoglobin
sehingga menyebabkan iskemia, dan hemoglobin tidak mampu mengikat
oksegen secara normal. Dampak yang ditimbulkan adalah suplai oksigen
menuju organ korti pada koklea menjadi terganggu dan menyebabkan iskemia
(Akbar, 2015)
Penggunaan obat ototoksik
Jenis obat ototoksik yang menyebabkan penurunan pendengaran secara umum
berupakan jenis antibiotik amimoglikosid yang memberikan pengaruh pada
3
komponen akustik. Gangguan akustik dimulai pada tahap berkurangnya
kepekaan pada gelombang degan frekuensi tinggi secara tidak sadar, kemudian
muncul gejala tinitus bernada tinggi setelah antibiotik aminoglikosid berhenti
dikonsumsi yang mampu bertahan hingga dua minggu. Patologi akibat
kerusakan akustik berupa degenerasi berat sel rambut organ corti dimulai pada
bagian basilar dan menjalar ke apeks (Akbar, 2015)
Riwayat penyakit telinga
- Otitis media
Otitis media merupakan peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan
bakteri Streptococcus pneumoniae, Haemopilus influenzae, dan
Staphylococcus aureus. Peradangan ini terjadi apabila terjadi penyumbatan
pada tuba eustakhius yang mengalirkan sekresi telinga tengah menuju
tenggorokan. Penyumbatan ini menyebabkan penimbunan sekresi, saat tuba
eustakhius terbuka, tekanan pada telinga yang mengalami kongesti mampu
menarik sekresi hidung yang tercemar melalui perantara tuba eustakhius
untuk masuk menuju telinga bagian tengah sehingga infeksi telinga tengah
terjadi. infeksi berulang ini menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada
gendang telinga dan penurunan pendengaran permanen (Corwin, 2000)
dalam (Akbar, 2015)
- Tinnitus
Dampak yang ditimbulkan tinnitus adalah suara berdenging pada satu atau
kedua telinga. Tinnitus disebabkan penumpukkan kotoran telinga atau
presbiakusis yang kemudian menghambat aliran suara yang diterima pada
telinga, sehingga menurunkan fungsi pendengaran (Akbar, 2015)
Pemakaian alat pelindung telinga
Penggunaan alat pelindung telinga dapat mereduksi tingkat kebisingan yang
masuk ke telinga bagian luar dan tengah sebelum menuju ke telinga bagian
dalam (Akbar, 2015)
4
2. HLPP (Hearing Loss Prevention Program) atau HCP (Hearing Conservation
Program)
2.1 HLPP (Hearing Loss Prevention Program)
HLPP adalah
HLPP dilaksanakan untuk
HLPP dilaksanakan oleh
HLPP dilaksanakan di
HLPP dilaksanakan saat
Dalam pelakasnaan HLPP, terdapat beberapa elemen yaitu : (Franks, 1996) dalam
(Sitanggang, 2015)
Survei kebisingan
Evaluasi audiometri
Pelaporan
Evaluasi program
5
3.2 Kelebihan dan Kelemahan
Sumbat telinga (ear plug)
Kelebihan serta kelemahan APT sumbat telinga antara lain : (Akbar, 2015)
Kelebihan :
a. Baik untuk digunakan pada tempat kerja panas
b. Ukuran kecil dan praktis untuk dibawa
c. Relatif murah dibandingkan APT tutup telinga
d. Gerakan kepala tidak terbatasi
e. Efektif digunakan tanpa mengganggu penggunaan kacamata, tutup
kepala, dan atribut lain
Kelemahan :
a. Kemampuan reduksi bising lebih rendah dari tutup telinga
b. Pemasangan membutuhkan waktu lebih lama dari tutup telinga
c. Penggunaan hanya dapat dilakukan pada saluran telinga yang sehat
d. Monitoring relatif sulit dilakukan karena pemakaian yang sulit dilihat
e. Saluran telinga akan mudah terkena infeksi apabila tangan dalam
keadaan kotor saat memasang sumbat telinga
Tutup telinga (ear muff)
Kelebihan serta kelemahan APT tutup telinga antara lain : (Akbar, 2015)
Kelebihan :
a. Berbagai ukuran telinga yang berbeda dapat diantisipasi dengan
menggunakan satu ukuran APT tutup telinga
b. Penggunaan mudah diawasi oleh pengawas
c. Reduksi bising umumnya lebih besar dari sumbat telinga
d. Tidak mudah hilang
e. Orang dengan infeksi telinga ringan tetap dapat menggunakan APT
tutup telinga
Kelemahan :
a. Tidak praktis untuk disimpan atau dibawa
6
b. APT tutup telinga memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan
sumbat telinga
c. Dalam ruang agak sempit dapat menghambat gerakan kepala pekerja
d. Pada tempat kerja panas, tidak nyaman dipakai
e. Mengganggu kenyamanan apabila pekerja menggunakan atribut lain
seperti kacamata, tutup kepala, dan atribbut lainnya
f. Penggunaan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan elastisitas pita
penghubungnya berkurang
Helmet/enclosure
Kelebihan serta kelemahan APT helmet/enclosure antara lain : (Akbar, 2015)
Kelebihan :
Kelemahan :
7
Tingkat kebisingan dapat berkurang sebesar 35 dB pada frekuensi 250 Hz
hingga 50 dB dalam frekuensi tinggi
4. AUDIOMETRI
4.1 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaaan Audiometri
Pemeriksaan audiometri dilakukan untuk mengetahui jenis tetulian yang
dialami seseorang berupa tuli konduktif, tuli saraf (sensorineural), tuli campuran,
dan mengetahui derajat ketulian (Affandi, 2012)
Tujuan lain dalam pengukuran audiometri, antara lain : (Anggarita, 2009)
Mendiagnosa penyakit telinga
Kegiatan skrining pada balita dan anak sekolah dasar
Melakukan pengukuran terhadap kemampuan pendengaran pada kegiatan
sehari-hari atau kegunaan validasi untuk mengetahui kebutuhan alat bantu
dengar, maupun keperluan hukum atau asuransi
Bentuk pemantauan terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan di tempat
yang bising
8
>70 – 90 dB : tuli berat
>90 dB : tuli sangat berat
9
4.5 Kemungkinan Bias pada Pelaksanaan Pengukuran Audiometri
DAFTAR PUSTAKA
10
Sitanggang, D. A. 2015. "Gambaran Program Pengendalian Bising
Pada PT Pindad (Persero) Bandung Tahun 2014."
11