Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eka Hartomy

nIM : 11151010000068

K3 2015

Pengembangan Media Promosi K3 tentang Perilaku Tidak Aman di PT Pelindo II


Tahun 2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Media merupakan alat bantu yang penting dalam proses belajar. Menurut (Mubarak,
dkk, 2007) media adalah alat yang digunakan dalam menstimulus kegiatan belajar dan
mampu menyalurkan pesan, merangsang perasaan, pemikiran, serta keinginan seseorang.
Setelah sasaran mampu menerima isi pesan dari media, sasaran akan mengalami
peningkatan pengetahuan. Berdasarkan penelitian (Niska, 2013), penggunaan media
poster mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan pencapaian rata-rata nilai siswa
sebesar 85,05 dan ketuntasan hasil belajar pada siswa adalah 89,47% dengan indikator
kriteria kelulusan minimal 70, dan ketuntasan belajar >80%. Dalam kegiatan promosi
kesehatan, media digunakan dalam membantu fasilitator dalam menyampaikan pesan-
pesan kesehatan, sehingga masyarakat mampu menerima pesan kesehatan dengan mudah
(Fitriani, 2011). Selain itu, peranan media dalam promosi kesehatan adalah membuat
pesan yang disampaikan terlihat lebih menarik serta mudah dipahami, sehingga sasaran
memperoleh pengetahuan lebih mudah dan menerapkan perilaku yang sesuai dengan isi
pesan dalam media tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Dalam menunjang pelaksanaan K3, terdapat program promosi kesehatan khusus di
tempat kerja, yaitu promosi K3. Menurut WHO, Promosi K3 merupakan kegiatan
promosi kesehatan di tempat kerja yang diselenggarakan dengan melibatkan pekerja,
perusahaan dan stakeholder untuk memperbaiki serta meningkatkan kondisi kesehatan
pekerja dan perusahaan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Depkes RI, promosi K3
merupakan kegiatan promosi kesehatan di tempat kerja yang dilakukan untuk
memberdayakan pekerja agar mampu mengenali masalah dan tingkat kesehatan personal,
serta dapat mengatasi, memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan personal
dan tempat kerjanya (Notoatmodjo, 2010). Tujuan dari promosi K3 adalah
menyebarluaskan informasi kesehatan, serta mengubah perilaku pekerja menjadi positif,
sehingga kesehatan yang dimiliki pekerja menjadi lebih baik (Li dan Cox, 1986) dalam
(Notoatmodjo, 2010). Selain itu, tujuan promosi K3 menurut Depkes RI antara lain
mengurangi kejadian penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja, mengurangi angka
ketidakhadiran pekerja, meningkatkan perilaku sehat yang positif, menciptakan tempat
kerja yang aman dan sehat, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).
Permasalahan dalam pelaksanaan K3 di tempat kerja adalah perilaku tidak aman atau
unsafe act. Unsafe act merupakan tindakan manusia yang menyebabkan suatu pekerjaan
tidak dilakukan dengan benar (Pratama, 2015). Apabila unsafe act tidak ditangani, maka
akan menyebabkan kecelakaan kerja. Menurut H.W. Heinrich, faktor yang berkontribusi
dalam kecelakaan kerja antara lain unsafe act sebesar 88%, 10% unsafe condition, dan
2% faktor yang tak dapat dihindari (Ramli, 2010) dalam (Pratama, 2015). Berdasarkan
penelitian (Daniel, 2011) dalam (Pratama, 2015), kecelakaan kerja tubrukan kapal di
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya disebabkan pekerja yang melakukan tindakan tidak
aman. ILO mencatat bahwa 270 juta pekerja cedera dan 2.000.000 pekerja meninggal
akibat kecelakaan kerja di dunia (Pratama, 2015).Kemenakertrans tahun 2009 mencatat
kecelakaan kerja terjadi sebanyak 54.398 kasus (Permana, 2014) dalam (Pratama, 2015).
Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan mencatat tahun 2015 kecelakaan kerja terjadi sebesar
110.285 kasus, tahun 2016 105.182 kasus, dan hingga bulan Agustus tahun 2017 terdapat
80.392 kasus (BPJS Ketenagakerjaan, 2018). Apabila tidak ditangani, maka kecelakaan
kerja dapat menyebabkan banyak kerugian, seperti kesempatan kerja berkurang atau
hilang, korban jiwa, tenaga terampil berkurang, dan lain-lain (Pratama, 2015).
Salah satu penyebab unsafe act pada pekerja adalah tingkat pengetahuan. Menurut
penelitian (Pratama, 2015), pekerja dengan pengetahuan baik masuk dalam kategori
unsafe act yang rendah. Selain itu, dalam penelitian (Septiana dan Mulyono, 2014),
pekerja yang memiliki pengetahuan baik akan mengurangi tindakan tidak aman yang
dilakukan. Untuk menangani masalah unsafe act pada pekerja, program K3 perlu dibuat
di perusahaan. Salah satu program K3 yang dapat dibuat adalah promosi K3, dan dalam
pelaksanaan promosi K3 peranan media atau alat bantu sangat dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan promosi
Pelabuhan merupakan tempat kapal laut menaikan atau menurunkan penumpang,
berlabuh, bersandar, melakukan kegiatan bongkar muat barang menggunakan fasilitas
keselamatan pelayaran, dan tempat untuk perpindahan transportasi (Putra dan Djalante,
2016). PT Pelindo II adalah salah satu pelabuhan di Indonesia yang berlokasi di Cilegon,
Banten. Kegiatan yang dilakukan antara lain penyaluran logistik, bongkar muat barang,
dan lain-lain. Dalam pelaksanaan kegiatannya, aspek keselamatan dan kesehatan kerja
perlu diperhatikan, sehingga program promosi kesehatan, khususnya program promosi K3
dipelabuhan yang didukung penggunaan media yang efektif dalam pelaksanaannya perlu
diterapkan agar permasalahan K3 seperti unsafe act dapat ditangani
Dengan penjelasandiatas, peneliti tertarik untuk meneliti Pengembangan Media
Promosi K3 tentang Perilaku Tidak Aman di PT Pelondo II Tahun 2018
1.2 Rumusan Masalah
Media merupakan alat bantu yang penting dalam proses belajar. Dalam kegiatan promosi
kesehatan, media digunakan dalam membantu fasilitator dalam menyampaikan pesan-
pesan kesehatan, sehingga masyarakat mampu menerima pesan kesehatan dengan mudah
(Fitriani, 2011). Untuk menunjang pelaksanaan K3, terdapat program promosi kesehatan
khusus di tempat kerja, yaitu promosi K3. Tujuan dari promosi K3 adalah
menyebarluaskan informasi kesehatan, serta mengubah perilaku pekerja menjadi positif,
sehingga kesehatan yang dimiliki pekerja menjadi lebih baik (Li dan Cox, 1986) dalam
(Notoatmodjo, 2010).
Permasalahan dalam pelaksanaan K3 di tempat kerja adalah perilaku tidak aman atau
unsafe act. Apabila unsafe act tidak ditangani, maka akan menyebabkan kecelakaan kerja.
Menurut H.W. Heinrich, faktor yang berkontribusi dalam kecelakaan kerja antara lain
unsafe act sebesar 88%, 10% unsafe condition, dan 2% faktor yang tak dapat dihindari
(Ramli, 2010) dalam (Pratama, 2015). Apabila tidak ditangani, maka kecelakaan kerja
dapat menyebabkan banyak kerugian, seperti kesempatan kerja berkurang atau hilang,
korban jiwa, tenaga terampil berkurang, dan lain-lain (Pratama, 2015). PT Pelindo II
adalah salah satu pelabuhan di Indonesia yang berlokasi di Cilegon, Banten. Kegiatan
yang dilakukan antara lain penyaluran logistik, bongkar muat barang, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan Pelabuhan, aspek keselamatan dan kesehatan kerja perlu
diperhatikan, sehingga program promosi kesehatan, khususnya program promosi K3
dipelabuhan yang didukung penggunaan media yang efektif dalam pelaksanaannya perlu
diterapkan agar permasalahan K3 seperti unsafe act dapat ditangani
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana tahapan konsep pengembangan media poster perilaku tidak aman di PT
Pelindo II Tahun 2018?
2. Bagaimana tahapan desain pengembangan media poster perilaku tidak aman di PT
Pelindo II Tahun 2018?
3. Bagaimana tahapan pengumpulan bahan pengembangan media poster perilaku tidak
aman di PT Pelindo II Tahun 2018?
4. Bagaimana tahapan pembuatan pengembangan media poster perilaku tidak aman di
PT Pelindo II Tahun 2018?
5. Bagaimana tahapan testing pengembangan media poster perilaku tidak aman di PT
Pelindo II Tahun 2018?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum

1.4.2 Tujuan Khusus

1.5 Manfaat Penelitian

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahid Iqbal, Chayatin, Nurul, Rozikin, Khoirul, dan Supradi. 2007. PROMOSI
KESEHATAN: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Fitriani, sInta. 2011. PROMOSI KESEHATAN. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: RINEKA
CIPTA

Niska, Bakhiti. 2013. PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK PENINGKATAN HASIL


BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI
SEKOLAH DASAR. JPGSD Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216
Pratama, Aditya Kurnia. 2015. HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN
UNSAFE ACTION PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI PT. TERMINAL
PETIKEMAS SURABAYA. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol.
4, No. 1 Jan-Jun 2015: 64–73

bPJS Ketenagakerjaan. Menaker Hanif Dorong Pemda Bikin Komitmen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Wilayahnya Diakses dari
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/18057/Menaker-Hanif-Dorong-Pemda-Bikin-
Komitmen-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-(K3)-di-Wilayahnya 14 September 2018
pukul 15.00 WIB

Septiana, Dwi Ayu, dan Mulyono. 2014. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNSAFE
ACTION PADA PEKERJA DI BAGIAN PENGANTONGAN UREA. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014: 25-34
Putra, Adris A., dan Djalante, Susanti. 2016. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PELABUHAN DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Jurnal
Ilmiah Media Engineering Vol.6 No.1, Januari 20116 (433-4) ISSN: 2087-9334

Anda mungkin juga menyukai