Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PATOGENESIS COVID 19”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURFITRIANI

NIM : G70117059

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai CORONAVIRUS 19 ini
tepat pada waktunya. makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
covid 19.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Palu, 06 Juli 2020

Nurfitriani
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................….....................…........................................………1

Kata Pengantar…......................................…………………………………….........……2
Daftar Isi…………....................…...........…………….....……………..……………….3
BAB I : Pendahuluan……...............................……………………..…………….........4
Latar Belakang……………….....................………………………………..…………...4
Rumusan Masalah…......................................…………………………………..………..5
Tujuan Masalah……………...........…............................................……………………..5
BAB II : Pembahasan……......................................……………………….....................6
A.Kajian Teori……………..........................................……………………….................6
B.epidemiologi covid 19......................................…....................……………………....7
C. Virologi covid 19….........................................……........………………....................8
D. Transmisi covid 19.........................................................……..................................…9
E. patogenesis covid 19.............…………..............................................………………10
BAB III : Penutup.........................………....................................…………………….11
Daftar Pustaka..................…………...............................……...................…………….12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di
Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui
pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Tanggal 18
Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).2 Sejak 31 Desember 2019 hingga
3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya
sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di
berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Sampel
yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru.2 Awalnya, penyakit ini
dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian
WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus
Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat ditularkan dari
manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190
negara dan teritori lainnya.5 Pada 12 Maret 2020,
WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.6 Hingga tanggal 29 Maret
2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia.5
Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif
COVID-19 dan 136 kasus kematian.
Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit
pada hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus
Corona hingga saat ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus
Virus Corona terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi
tidak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus
dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip Flu. kasusnya dimulai
dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus
infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan
tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain
yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak
asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu
menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru. Kasus ini diduga
berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis
daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi seperti ular, kelelawar,
dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut, Virus Corona bukan
kali ini saja memuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip
Flu, Virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeks yang lebih
parah dan gagal organ.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana epidemiologi dari covid 19?
2. Bagaimana virologi dari covid 19?
3. Bagaimana transmisi dari covid 19?
4. Bagaimana patogenesis dari covid 19?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui epidemiologi dari covid 19
2. Untuk mengetahui virologi dari covid 19
3. Untuk mengetahui transmisi dari covid 19
4. Untuk mengetahui patogenesis dari covid 19
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.
Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa
menyebabkan gangguan ringan pada system pernapasan, infeksi paru-
paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus
Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia.
Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bias
menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak anak, hingga orang dewasa,
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona disebut
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di
kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular
dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hamper semua negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Selain virus
SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome
(MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu
coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan
MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan
gejala.
B. Epidemiologi
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus
COVID-19 di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari
hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari
Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-
provinsi lain dan seluruh China.7 Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat
7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain
dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam,
Malaysia, Nepal, Sri Lanka, kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi,
Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan
Jerman.8 COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2
Maret 2020 sejumlah dua kasus.9 Data 31 Maret 2020 menunjukkan
kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus
kematian.10 Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%,
angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.5,11 Per 30 Maret
2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia.
Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19,
dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat
menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19
terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada
tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru.
Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.
C. Virologi
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160
nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya
adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6
jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus
OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV).14 Coronavirus yang menjadi etiologi
COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis
filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang
sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute
Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.15
Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses
mengajukan nama SARS-CoV-2
Struktur genom virus ini memiliki pola seperti coronavirus pada umumnya
(Gambar 1). Sekuens SARSCoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus
yang diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-
CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi
manusia. Mamalia dan burung diduga sebagai reservoir perantara.1 Pada
kasus COVID-19, trenggiling diduga sebagai reservoir perantara. Strain
coronavirus pada trenggiling adalah yang mirip genomnya dengan
coronavirus kelelawar(90,5%) dan SARS-CoV-2 (91%). Genom SARS-
CoV-2 sendiri memiliki homologi 89% terhadap coronavirus kelelawar
ZXC21 dan 82% terhadap SARS-CoV. Hasil pemodelan melalui komputer
menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada
protein spike domain receptor-binding yang hamper identik dengan SARS-
CoV. Pada SARS-CoV, protein ini memiliki afinitas yang kuat terhadap
angiotensinconverting-enzyme 2 (ACE2). Pada SARS-CoV-2, data in vitro
mendukung kemungkinan virus mampu masuk ke dalam sel menggunakan
reseptor ACE2. Studi tersebut juga menemukan bahwa SARS-CoV-2 tidak
menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti Aminopeptidase N (APN)
dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4).

D. Transmisi
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia
menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih
agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui
droplet yang keluar saat batuk atau bersin.22 Selain itu, telah diteliti
bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui
nebulizer) selama setidaknya 3 jam. WHO memperkirakan reproductive
number (R 0) COVID-19sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain
memperkirakan R 0 sebesar 3,28

Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier


asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus
terkait transmisi dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat
kontak
erat dengan pasien COVID-19.22, 25 Beberapa peneliti melaporan
infeksi SARS-CoV-2 pada neonatus. Namun, transmisi secara vertikal
dari ibu hamil kepada janin belum terbukti pasti dapat terjadi. Bila
memang dapat terjadi, data menunjukkan peluang transmisi vertikal
tergolong kecil.22, 26 Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali
pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan
negatif.26 SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna
berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum.
Virus dapat terdeteksi di feses, bahkan ada
23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses
walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta
ini menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral.
Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh
dibandingkan SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan van Doremalen,
dkk.menunjukkan SARSCoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan
stainless steel (>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24
jam). Studi lain di Singapura menemukan pencemaran lingkungan yang
ekstensif pada kamar dan toilet pasien COVID-19 dengan gejala ringan.
Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu,
jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada sampel udara.
Persistensi berbagai jenis coronavirus lainnya
E. Patogenesis
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi
diduga tidak jauh berbeda dengan SARSCoV yang sudah lebih banyak
diketahui.30 Pada manusia, ARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel
pada saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan
dengan reseptor reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel.
Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike virus akan berikatan
dengan reseptor selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel,
SARS-CoV-2 melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis
protein-protein yang dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang
muncul di permukaan sel Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2
diduga setelah virus masuk ke dalam sel, genom RNA virus
akandikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua
poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya, genom virus akan mulai
untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk
masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau Golgi sel. Terjadi
pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein
nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum
endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung
partikel virus akan bergabung dengan membran plasma untuk
melepaskan komponen virus yang baru. Pada SARS-CoV, Protein S
dilaporkan sebagai determinan yang signifikan dalam masuknya virus ke
dalam sel pejamu. Telah diketahui bahwa masuknya SARS-CoV ke
dalam sel dimulai dengan fusi antara membran virus dengan plasma
membran dari sel. Pada proses ini, protein S2’ berperan penting dalam
proses pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya proses fusi
membran. Selain fusi membran, terdapat juga clathrindependent dan
clathrin-independent endocytosis yang memediasi masuknya SARS-CoV
ke dalam sel pejamu. Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam
infeksi SARS-CoV. Efek sitopatik virus dan kemampuannya
mengalahkan respons imun menentukan keparahan infeksi. Disregulasi
sistem imun kemudian berperan dalam kerusakan jaringan pada infeksi
SARS-CoV-2. Respons imun yang tidak adekuat menyebabkan replikasi
virus dan kerusakan jaringan. Di sisi lain, respons imun yang berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

Respons imun yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 juga belum sepenuhnya


dapat dipahami, namun dapat dipelajari dari mekanisme yang ditemukan
pada SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika virus masuk ke dalam sel, antigen
virus akan dipresentasikan ke antigen presentation cells (APC). Presentasi
antigen virus terutama bergantung pada molekul major histocompatibility
complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II juga turut berkontribusi.30
Presentasi antigen selanjutnya menstimulasi respons imunitas humoral dan
selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik terhadap
virus. Pada respons imunhumoral terbentuk IgM dan IgG terhadap SARS-
CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG
dapat bertahan jangka panjang. Hasil penelitian terhadap pasien yang telah
sembuh dari SARS menujukkan setelah 4 tahun dapat ditemukan sel T CD4+
dan CD8+ memori yang spesifik terhadap SARS-CoV, tetapi jumlahnya
menurun secara bertahap tanpa adanya antigen. Virus memiliki mekanisme
untuk menghindari respons imun pejamu. SARS-CoV dapat menginduksi
produksi vesikel membran ganda yang tidak memiliki pattern recognition
receptors (PRRs) dan bereplikasi dalam vesikel tersebut sehingga tidak
dapat dikenali oleh pejamu. Jalur IFN-I juga diinhibisi oleh SARS-CoV dan
MERS-CoV. Presentasi antigen juga terhambat pada infeksi akibat MERS-
CoV. Kebanyakan coronavirus menginfeksi hewan dan bersikulasi di hewan.
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,
kuda,kucing dan ayam. Coronavirus disebut juga virus zoonotik yaitu virus
yang ditransmisikan dari hewan kemanusia. Banyak hewan liar yang dapat
membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular
tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang
biasa ditemukan untuk coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan
midlle east respiratory syndrome (MERS).). Namun pada kasus SARS, saat
itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru ditemukan
terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah. Barulah pada
penelitian lebihlanjut ditemukan bahwa luwak hanyalah sebagai host
intermediet dankelelawar tapal kuda (horseshoe bars) sebagai host
alamiahnya. Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan
dari manusiake manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute
feses dan oral.Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus
yangdapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E
dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East
respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe
acute respiratory syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang
ketujuh adalah Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar
biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E
dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1
diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan
penyakit akut laringotrakeitis (croup) Coronavirus terutama menginfeksi
dewasa atau anak usia lebih tua, dengan gejala klinis ringan seperti common cold
dan faringitissampai berat seperti SARS atau MERS serta beberapa strain
menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus biasanya sering
terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait dengan faktor
iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang cenderung banyak
perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan karakteristik
Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak
terlalu tinggi. Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia
Coronavirus jenis baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan
populasi normal, bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar
virus dalam jumlah besar dalam satu waktu, dapat menimbulkan
penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang
dengan sistem imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi
lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah.
Infeksi Coronavirus menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang lemah
terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi. Pada tahun 2002-
2003, terjadi kejadian luar biasa di Provinsi Guangdong, Tiongkok yaitu
kejadian SARS. Total kasus SARS sekitar 8098 tersebar di 32 negara, total
kematian 774 kasus. Agen virus Coronavirus pada kasus SARS disebut
SARS-CoV, grup 2b betacoronavirus. Coronavirus hanya bisa
memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel
host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai
tropismenya. Pertama, penempelandan masuk virus ke sel host diperantarai
oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam
menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV
protein Sberikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-
2(angiotensinconvertingenzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa
oraldan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit
usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk
selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genomvirus. Selanjutnya
replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNAmelalui translasi dan
perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan
dan rilis virus.Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran
napasataskemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan
siklushidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada
infeksiakut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat
berlanjutmeluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan.Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel hostnya, virus tidak
bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari coronavirus setelah menemukan
sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel
host diperantarai oleh protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S
penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya.
Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu
enzim ACE-2. ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal,
nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum
tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus
halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk
selanjutnya translasi replika gen dari RNA genom virus. Selanjutnya
replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan
perakitan dari kompleks replikasi virus, tahap selanjutnya adalah perakitan
dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran pernafasan
atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya) setelah itu menyebar kesaluran napas bawah, pada infeksi akut
terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh
beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi
virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI,2020).

Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas


bawah diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor
virus dan sistem imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap
pertama terjadi kerusakan difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T
dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap
infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-bercak. Pada tahap
kedua, organisasi terjadi sehingga terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasiluas
di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapivirus juga bereplikasi di
enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruhdi feses, juga urin dan cairan
tubuh lainnya.5 Studi terbaru menunjukkan peningkatan sitokin proinflamasi
diserum seperti IL1B, IL6, IL12, IFNγ, IP10, dan MCP1 dikaitkan
denganinflamasi di paru dan kerusakan luas di jaringan paru-paru pada pasien
dengan SARS. Pada infeksi MERS-CoV dilaporkan menginduksipeningkatan
konsentrasi sitokin proinflamasi seperti IFNγ, TNFα, IL15,dan IL17.
Patofisiologi dari tingginya patogenitas yang tidak biasa dari SARS-CoV atau
MERS-CoV sampai saat ini belum sepenuhnya dipahami
Coronavirus dengan Patogenisitas Rendah Termasuk ke dalam
kelompok ini adalah HCoV-229E, HCoV- OC43, HCoV-NL63, dan HCoV-
HKU. Kelompok virus ini menyebabkan infeksi saluran napas bagian atas
yang ringan-sedang seperti cold-like respiratory illnesses musiman. Dalam
kata lain penyakit flu atau selesma yang sering datang secara musiman salah
satu penyebab yang banyak adalah coronavirus. Coronavirus dengan
Patogenisitas Tinggi Kelompok virus ini menimbulkan penyakit radang
saluran napas bagian bawah atau pneumonia. Kondisi ini dapat
menyebabkan kondisi fatal karena menyebabkan acute lung injury (ALI) dan
acute resporatory distress syndrome (ARDS). Kedua kondisi tersebut
berkaitan dengan kegagalan organ paru berfungsi sebagai alat tukar oksigen
(ventilasi) dan berkaitan dengan tingkat mortalitas atau kematian yang
tinggi.

Beberapa coronavirus dengan patogenisitas tinggi dikenal sebagai


penyebab beberapa kondisi darurat medis internasional beberapa
diantaranya: Epidemi SARS tahun 2002-2003 yang menginfeksi 8400 orang
dengan tingkat kematian 9,6% MERS tahun 2012 yang menginfeksi 1936
orang dengan tingkat kematian ~36% yang terakhir adalah COVID-19 yang
telah banyak menyebar ke banyak negara. Hal yang menjadi ciri dari
beberapa pandemi di atas adalah munculnya varian yang berasal dari hewan.
Seperti dijelaskan di atas bahwa coronavirus menginfeksi berbagai jenis
spesies dari hewan sampai manusia. Virus yang muncul dengan patogenisitas
tinggi di atas umumnya merupakan peristiwa loncatan coronavirus yang
awalnya menginfeksi hewan kemudian berubah menjadi patogen di manusia.
Contohnya pada MERS-CoV, virus aslinya adalah patogen pada hewan unta
dan kelelawar. Begitu pula pada SARS-CoV dan 2019-nCoV. Awal
muasalnya adalah coronavirus yang berasal dari hewan kemudian bermutasi
dan menjadi varian yang menginfeksi manusia. SARS-CoV-2 masuk ke
dalam sel melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (Ace2). Pada
paru manusia, reseptor ini diekspresikan oleh sel epitel alveolar tipe I dan II.
Diantara kedua sel ini 83% sel alveolar tipe II mengekspresikan Ace2
sehingga sel ini merupakan target utama dari SARS-CoV-2. Masuknya virus
ke reseptor ini kemudian akan menyebabkan ekspresi Ace2 meningkat yang
kemudian menyebabkan kerusakan sel alveolar. Kerusakan ini kemudian
akan membangkitkan respon reaksi sistemik yang berat dan bahkan
kematian. Respon imun inilah yang menyebabkan kondisi klinis berat seperti
sepsis.

.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena
infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada system pernapasan, infeksi paru-paru yang berat,
hingga kematian. Kebanyakan coronavirus menginfeksi hewan dan
bersikulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit
pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan
seperti babi, sapi, kuda,kucing dan ayam. Coronavirus disebut juga virus
zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan kemanusia. Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang
merupakan host yang biasa ditemukan untuk coronavirus. Coronavirus pada
kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute
respiratorysyndrome (SARS) dan midlle east respiratory syndrome (MERS).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel hostnya, virus tidak
bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari coronavirus setelah menemukan
sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel
host diperantarai oleh protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S
penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya.
B. Saran
Saran saya agar kita lebih giat lagi untuk membaca literatur terkait covid 19
ini agar pengetahuan kita bisa bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesisf coronavirus disease
(COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020; Published online March 3. DOI:
10.1016/j.jaut.2020.102433.
Ren L-L, Wang Y-M, Wu Z-Q, Xiang Z-C, Guo L, Xu T, et al. Identification of a novel
coronavirus causing severe pneumonia in human: a descriptive study. Chin Med J.
2020; published online February 11. DOI: 10.1097/CM9.0000000000000722.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.
World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus
that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020 [cited 2020 March
29]. Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavirus
2019/technical-guidance/naming-the-coronavirusdisease-(covid-2019)-and-the-virus
that-causes-it.
World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report –
70 [Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020 March 31]. Available
from:https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation reports/20200330-
sitrep-70-covid-19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2
World Health Organization. WHO Director-General’s opening
remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020
[Internet]. 2020 [updated 2020 March 11]. Available from:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals-opening-remarks-at-the-
media-briefing-on-covid-19---11-arch-2020.
Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and Important Lessons From the Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of a Report of 72314 Cases
From the Chinese Center for Disease Control and Prevention. JAMA. 2020; ublished
onlineFebruary 24. DOI: 10.1001/jama.2020.2648.
World Health Organization. Situation Report – 10 [Internet]. 2020 [updated 2020
January 30; cited 2020 March 15]. Available from: https://www.who.int/docs/default-
source/
coronaviruse/situation-reports/20200130-sitrep-10-ncov. pdf?sfvrsn=d0b2e480_2.
World Health Organization. Situation Report – 42 [Internet].
2020 [updated 2020 March 02; cited 2020 March 15]. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/ coronaviruse/situation-reports/20200302-
sitrep-42-covid-19.pdf?sfvrsn=224c1add_2.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi Emerging Kementerian
Kesehatan RI [Internet]. 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020 March 31].
Available from: https:// infeksiemerging.kemkes.go.id/.
World Health Organization. Novel Coronavirus (2019-nCoV)Situation Report - 54
[Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March
cited 2020 March 30]. Available from: https://www.who.int/
docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200314- sitrep-54-covid 19.pdf?
sfvrsn=dcd46351_2.
Istituto Superiore di Sanità. Epidemia COVID-19 aggiornamento
nazionale 19 marzo 2020 – ore 16:00. Roma: Istituto Superiore di Sanità; 2020.
Korea Centers for Disease Control and Prevention. Updates on
COVID-19 in Republic of Korea, 18 March 2020 [Internet]. 2020

updated 2020 March 18; cited 2020 March 21]. Available from:
https://www.cdc.go.kr/board/board.s?mid=a30402000000&bid
=0030&act=view&list_no=366586&tag=&nPage=1.
Riedel S, Morse S, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical
Microbiology. 28th ed. New York: McGrawHill Education/Medical; 2019. p.617-22.

Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel Coronavirus from


Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med. 2020;382(8):727-33.

Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, de Groot RJ, Drosten C,


Gulyaeva AA, et al. The species Severe acute respiratory
syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and
naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020; published online
March 2. DOI: 10.1038/s41564-020-0695-z
Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A pneumonia outbreak
associated with a new coronavirus of probable bat origin. Nature. 2020;579(7798):270-
3.
Zhang T, Wu Q, Zhang Z. Probable Pangolin Origin of SARSCoV-2 Associated with
the COVID-19 Outbreak. Curr Biol. 2020; published online March 13. DOI:
10.1016/j.cub.2020.03.022
Chan JF-W, Kok K-H, Zhu Z, Chu H, To KK-W, Yuan S, et al. Genomic
characterization of the 2019 novel human-pathogenic coronavirus isolated from a
patient with atypical pneumonia after visiting Wuhan. Emerg Microbes Infect.
2020;9(1):221-36.
Zhang H, Penninger JM, Li Y, Zhong N, Slutsky AS. Angiotensinconverting enzyme 2
(ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor: molecular mechanisms and potential therapeutic
target. Intensive Care Med. 2020; published online March 3. DOI: 10.1007/s00134-020-
05985-9
World Health Organization. Report of the WHO-China Joint ission on Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Geneva: World Health Organization; 2020.
Han Y, Yang H. The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus infection
disease (COVID-19): A Chinese perspective. J Med Virol. 2020; published online
March 6. DOI: 10.1002/ jmv.25749
van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson
BN, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-
CoV-1. N Engl J Med. 2020; published online March 17. DOI:
10.1056/NEJMc2004973
Liu Y, Gayle AA, Wilder-Smith A, Rocklöv J. The reproductive number of COVID-19
is higher compared to SARS coronavirus. J Travel Med. 2020;27(2).
Bai Y, Yao L, Wei T, Tian F, Jin D-Y, Chen L, et al. Presumed Asymptomatic Carrier
Transmission of COVID-19. JAMA. 2020; published online February 21. DOI:
10.1001/jama.2020.2565
Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical characteristics and
intrauterine vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant
women: a retrospective review of medical records. Lancet. 2020;395(10226):809-15.
Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for gastrointestinal infection
of SARS-CoV-2. Gastroenterology. 2020; published online March 3. DOI:
10.1053/j.gastro.2020.02.055
Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air, Surface
Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a Symptomatic Patient.
JAMA. 2020; published online March 4. DOI: 10.1001/jama.2020.3227
Kampf G, Todt D, Pfaender S, Steinmann E. Persistence of coronaviruses on inanimate
surfaces and their inactivation with biocidal agents. J Hosp Infect. 2020;104(3):246-51.
Li X, Geng M, Peng Y, Meng L, Lu S. Molecular immune pathogenesis and diagnosis
of COVID-19. J Pharm Anal. 2020; published online March 5. DOI:
10.1016/j.jpha.2020.03.001
de Wit E, van Doremalen N, Falzarano D, Munster VJ. SARS and MERS: recent
insights into emerging coronaviruses. Nat Rev Microbiol. 2016;14(8):523-34.
Simmons G, Reeves JD, Rennekamp AJ, Amberg SM, Piefer AJ,
Bates P. Characterization of severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus
(SARS-CoV) spike glycoprotein-mediated viral entry. Proc Natl Acad Sci U S A.
2004;101(12):4240-5.

Anda mungkin juga menyukai