Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ramdhan Zulkarnaen Dosen : Fitriana Siregar, M.

Pd
NIM : 19210007 Matkul : Manajemen Pendidikan
Prodi : PGMI (Weekend)

SOAL;

Dari ruang lingkup manajemen pendidikan yang telah kita ketahui


manajemen kurikulum, manajemen peserta didik dan tenaga kependidikan,
manajemen keuangan manajemen sarana dan prasarana manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakat. Berdasarkan analisis anda, manakah
yang menurut pandangan anda ruang lingkup manajemen pendidikan yang
paling bermasalah yang terjadi di wilayah anda jika dikaitkan dengan standar
nasional pendidikan. Uraikanlah penyebabnya dan bagaimana memperbaiki
permasalahan tersebut!

JAWABAN;

Berdasarkan pengamatan tentang kondisi satuan pendidikan di sekitar


penulis (Kelurahan Gelam Jaya Kec Pasarkemis Kab Tangerang) didapatkan
informasi sebagai berikut;

Ketersediaan tenaga pendidik masih belum terpenuhi. Apabila dilihat di


lapangan, seluruh guru yang ada belum dapat menangani seluruh
rombongan belajar yang ada secara maksimal. Hal ini dikarenakan jumlah
guru yang ada belum sesuai dengan jumlah maksimal siswa dalam setiap
rombel untuk jenis sekolah berkebutuhan khusus. Sehingga siswa tersebut
kurang maksimal dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru, karena jumlah siswa dalam satu kelas melebihi batas maksimal.
Ketersediaan tenaga pendidik merupakan salah satu langkah awal untuk menganalisis
manajemen tenaga pendidik.

Dalam rangka perbaikan dari permasalahan di atas, penulis mengutip dari


lama ini (https://mediaindonesia.com/read/detail/287392-mengatasi-
kekurangan-guru) yang diposting Senin 03 Februari 2020, 06:00 WIB

Dalam beberapa kesempatan, Nadiem juga menyatakan dan percaya bahwa kunci

sukses pendidikan dan pembelajaran ialah kualitas guru. Akan tetapi,


belum terdengar langkah konkret kebijakan mengatasi problem utama terkait guru,
yaitu kompetensi dan kekurangan guru di beberapa sekolah negeri. Banyak sekolah
yang hanya memiliki satu atau dua guru aparatur sipil negara (ASN). Guru
merangkap sebagai kepala sekolah sekaligus staf tata usaha. Guru honorer Jumlah
guru honorer pada 2019 hampir 800 ribu. Terjadi peningkatan jumlah jika
dibandingkan dengan di Desember 2018 mencapai 41 ribu. Padahal, pada akhir 2017
terdapat 735.825 guru honorer. Angka ini menunjukkan pentingnya rekrutmen guru
ASN secara berkala. Menurut data Kemendikbud 2019, guru dan tendik (tenaga
kependidikan) berjumlah 3.357.935. Guru ASN 1.607.480, guru tetap yayasan
458.463, guru tidak tetap provinsi 14.833, guru tidak tetap kabupaten/kota 190.105,
guru bantu pusat 3.829, guru honorer sekolah 728.461, serta status lainnya 354.764
orang. Sekolah-sekolah negeri kekurangan guru ASN. Oleh karena itu, meski dilarang
Mendikbud sebelumnya Muhadjir, kepala sekolah bergeming. Sampai saat ini, kepala
sekolah dan dinas pendidikan daerah tetap merekrut guru honorer karena seleksi
guru ASN tak kunjung dibuka. Skema pemanfaatan tenaga guru pensiun pun tak
berjalan. Masalahnya tidak semua guru honorer diangkat berdasarkan surat
keputusan kepala daerah; gubernur, bupati, atau wali kota. Sebagian besar diangkat
oleh kepala sekolah yang berdampak pada gaji kecil, di bawah Rp500 ribu setiap
bulan. Itu pun dibayarkan setiap tiga bulan sekali. Gaji mereka dialokasikan dari dana
bantuan operasional sekolah (BOS), bukan dari APBD. Pasalnya, sekolah negeri
dilarang memungut iuran bulanan dari wali siswa. Masa kerja dan status guru
honorer beragam. Dari satu tahun hingga lebih dari 10 tahun; guru honorer sekolah
dan guru honorer daerah; guru honorer bersertifikat dan nonsertifikat. Perbedaan
status membedakan kesejahteraan mereka. Tidak semua kepala daerah mau
menandatangani surat keputusan guru honorer karena pertimbangan keterbatasan
dana daerah. Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ada 1,1 juta
guru honorer diangkat menjadi ASN tanpa tes. Kebijakan politis ini diambil karena
desakan DPR dan guru, juga pertimbangan masa kerja mereka yang rata-rata di atas
10 tahun. Bisa dikatakan alasan kemanusiaan. Kritiknya, kualitas guru atau ASN
dipertanyakan. Masa pengabdian tidak selalu berbanding lurus dengan kompetensi
guru. Tuntutan pengangkatan guru honorer muncul lagi pada masa Presiden Jokowi.
Namun, Jokowi tidak bersedia mengangkat mereka tanpa seleksi. Sebagai jalan
tengah, digunakan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).
ASN dibagi menjadi pegawai tetap PNS dan PPPK (pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja).

Hasil pengamatan penulis sementara ini, bahwa pemerintah saat ini masih sedang
berusaha memperbaiki permasalahan ini. Bagi setiap pendidik yang ada, diharapkan
mampu meningkatkan kualitas baik dari segi kompetensi keguruan atau dari aspek
lainnya dalam rangka penunjangan keberhasilan proses pendidikan di masing-masing
satuan pendidikan yang ada di setiap daerah.

Anda mungkin juga menyukai