Disusun Oleh;
Nama : Yohanna E S
Npm : 17 0605 0033
Prodi : S1 Farmasi
2020
A. SUBJECTIVE
Nama : Tn. TS
Usia : 55 tahun
Tinggi badan :-
Berat badan :-
Keluhan :demam, menggigil, sesak, perut keras, ± 1 bulan kaki
bengkak, kelamin bengkak, nyeri perut bawah ± 1
minggu terakhir.
Riwayat Penyakit : decom cordis dan jantung.
Riwayat pengobatan :
Bisoprolol 1x sehari 1 tablet
ISDN 3x sehari 5 mg
B. OBJECTIVE
TANGGAL
TANDA VITAL
15-Apr-13 16-Apr-13 16-Apr-13 16-Apr-13 17-Apr-13
Suhu tubuh C ° 36 36 36 36 36
Jaundice + + + + +
Nyeri perut + - - - -
NILAI TANGGAL
PARAMETER
NORMAL 15-Apr-13 16-Apr-13
Cr (0,5-1,5) 1,15
Na (135-145) 128
Cl (95-108) 97,1
TG (50-200) 103
Glukosa (76-110) 72
LDL (65-175) 85
Bakteri (negative) + +
C. ASSESMENT
DOSIS TANGGAL
FREKUENSI 13 13 Apr-13
Inj Acran Hanya diberikan saat di
(Ranitidine) V UGD
Hanya diberikan saat di
Baquinor 2x1½ v v v
Bisoprolol 1-0–0 v v
ISDN 3 x 5 mg v v v
1 ampul
dalam 500
ml selama
24 jam
Dobutamin v v
Spironolacton 1-0-0 v v
1. Beta bloker tidak disarankan tetap digunakan, karena golongan ini dapat
memperlambat denyut jantung dan menyebabkan depresi miokard. Beta bloker
dihentikan karena dapat mencetuskan asma. Karena itu, harus dihindarkan
pemberiannya pada pasien dengan riwayat asma atau bronkospasme. Oleh
karena itu Beta bloker dihilangkan karena dari awal pasien sudah
mengeluhkan sesak dan mempunyai riwayat jantung.
2. Lasix dihentikan karena pada tanggal 16 penggunaannya di tambah dengan
spironolactone. Hal ini aka nada efek interaksi obat yaitu peningkatan resiko
terjadinya hyperkalemia apabila furosemide tetap digunaan bersamaan
spironolactone.
3. Pada tanggal sebelum diberikan Lasix dan spironolakton. K memang
masih dalam rentang normal. Tetapi adakemungkinan pasien
mengalami hyperkalemia setelah diberikan kedua obat tersebut. Resiko
hyperkalemia dapat meningkat apabila spironolactone dikonsumsi
bersamaan dengan furosemide
D. PLAN
Terapi Non Farmakologi
Pengobatan non farmakologi adalahterapi hipertensi yang
dilakukan dengan mengubah pola hidup penderita hipertensi.
Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah menurunkan
berat badan jiak kegemukan, mengurangi minum alkohol,
berolahraga seperti jogging di pagi hari, mengurangi asupan
garam, mempertahankan asupan kalium, kalsium dan
magnesium, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak
jenuh dan kolesterol. Seperti halnya pada orang yang lebih
muda, intervalensi non farmakologi ini harus dimulai sebelum
menggunakan obat – obatan (kuswardhani 2005).
Terapi Farmakologi
Pengobatan farmakologi adalah terapi yang dilakukan untuk
mengetahui adanya penyakit yang akan mempengaruhi
metabolisme dan distribusi obat, karena harus di pertimbangkan
dalam memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian
obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan
secara perlahan (Nafrialdi 2007). Pasien ini mengalami
sindrome nefrotik sehingga memiliki edema anasarka oleh
karena itu diberi obat furosemide guna menghilangkan edema.
Namun Furosemide ini mengalami interaksi dengan obat
hipertensi yaitu Rasilez sehingga obat ini akan diganti dengan
obat golongan ACEi yaitu Captopril. Captopril adalah obat lini
pertama yang digunakan untuk hipertensi.
Furosemide
Keterangan : Terapi Udema anasarka. Furosemide merupakan
diuretic kuat. Tepat digunakan untuk penatalaksanaan gagal
jantung, edema dan hipertensi, namun harus hati-hati karena dapat
menyebabkan hipovolemia dan hipoalbumin.
Albumin
Keterangan: mengatasi resiko hipoalbumin, maka diberikan dengan
restriksi cairan, diberikan untuk mengatasi udem, namun harus hati-
hati karena dapat menyebabkan hipertensi.
Baquinor 2x 1 ½
Keterangan : Terapi ISK. Antibiotic yang digunakan untuk infeksi
saluran kemih. Obat ini bekerja dengan cara mneghentikan
pertumbuhan bakteri.