Anda di halaman 1dari 7

I.

Judul : Uji kreatin Pada Urine

II. Hari/tanggal : Senin, 14 Oktober 2019

III. Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kreatinin dalam urine,


dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif.

IV. Tinjauan Pustaka

V. Metode

1. Alat

- Gelas beker
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Gelas ukur 10 ml

2. Bahan

- Sampel ( urine mahasiswa )


- Urine patologis ( + kreatinin )
- Larutan asam pikrat jenuh
- Larutan NaOH 10%
- HCl pekat
- Aquadest

VI. Prosedur Kerja


VII. Hasil

Sampel Larutan Warna Perubahan Warna Hasil


Sampel 1 Asam Pikrat +NaOH 10% Kuning Merah +
Sampel 2 Asam Pikrat +NaOH 10% Merah Kuning +
+ HCL
Blangko Asam Pikrat +NaOH 10% Kuning Kuning _

VIII. Pembahasan

Kreatinin adalah produk limbah dari protein daging dalam makanan dan dari otot-
otot tubuh. Kreatinin dibuang dari darah oleh ginjal. Kreatinin dalam darah dan urin
meningkat bila ada gangguan ginjal. Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin,
yang dibentuk ketika makanan berubah menjadi energi melalui proses yang disebut
metabolisme. Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di
hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam
bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.
Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin
kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara
ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan dalam urin. Jumlah kreatinin yang diekskresikan melalui urine 1 = 1,8
g/24 jam. Hampir seluruhnya berasal dari kreatinin dalam tubuh. karena sebagian
besar kreatinin terdapat dalam jaringan otot, maka terdapat hubungan antara jumlah
kreatinin yang dikeluarkan dengan jumlah jaringan otot dalam tubuh. Cara yang
dipakai pada praktikum ini untuk mengetahui adanya kreatinin
Pemeriksaan kadar kreatinin urin ini dilakukan dengan reaksi Jaffe. Dasar metode
ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa
kuning jingga dan menggunakan alat fotometer. Reaksi Jaffe berdasarkan
pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan
dengan larutan pikrat alkalis. Prinsip dari pemerikasaan kreatinin urin ini, dalam
suasana alkalis. Kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk suatu warna
kompleks yang berwarna kuning-orange. Intensitas warna sebanding dengan
konsentrasi dan dapat diukur secara fotometri.
Pada pratikum uji kreatinin pada urine yang kami lakukan, kami mendapatkan
hasil bahwa sampel pada sampel 1 dan sudah ditambahkan asam pikrat yang
warnanya awalnya kuning setelah ditambahkan NaOH 10% berubah warna menjadi
warna merah, penambahan NaOH 10 % ini bertujuan untuk menjadikan
sampeltersebut dalam keadaan suasana basa, hal ini menandakan bahwa bahwa pada
urin yang di perlakukan basa tersebut positif mengandung kreatinin. Sedangkan pada
sampel 2 dan sudah ditambahkan asam pikrat yang awalmya berwarna kuning
setelah ditambahkan dengan NaOH 10% warnanya menjadi warna merah lalu setelah
diteteskan tetes demi tetes larutan HCL berubah warna menjadi kuning yang lebih
pekat dari blangko, perubahan warna ini terjadi saat tetes ke 70, penambahan HCl
pada sampel tersebut bertujuan untuk membuat sampel tersebut dalam suasana asam.
Hal ini membuktikan bahwa pada urin tersebut setelah diperlakukan menjadi asam
positif mengandung kreatinin. Namun kandungan kreatinin pada urine sampel
tersebut tidak telalu banyak atau sebatas normal karena perbedaan yang terdapet
pada sampel 2 dan blanko tidak terlalu banyak atau sedikit.

Kadar kreatinin memiliki nilai normal yaitu : 0,6 –1,2 mg% untuk sampel urin
sewaktu dan 1 – 1.5 mg% untuk sampel urin 24 jam. Apabila hasil kadar kreatinin
labih tinggi dari pada normalnya menunjukkan bahwa orang tersebut terkena
akuttubular nekrosis, dehidrasi, diabetes neforpati, eklamia (suatu kehamilan yang
meliputi kejang), glomerulonefritis, gagal ginjal, penyakit otot menyusun,
preeclampsia (kehamilan – induced hipertensi), pielonefritis, ginjal berkurangnya
aliran darah (syok, gagal ginjal, jantung kongestif), rhabdomyolysis, obstruks

IX. Penutup

a. Kesimpulan

b. Saran
Daftar Pustaka

Hedy, Suwarsono, 1990. Biologi Pertanian. Rajawali : Jakarta

Poedjiadi, A., 1994. Dasar- dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Salisbury,F. B., dan Cleon. W.Ross,1990.Fisiologi Tumbuhan.Institut Teknologi
Bandung: Bandung
International Journal of Science and Nature. 2(3): 616-620. Gilvery G. 1996. Biokimia:
Suatu Pendekatan Fungsional Edisi Ke-3. Surabaya: Universitas Airlangga Press.
LAMPIRAN

PADA SUHU 37 OC. PADA SUHU 100 OC

PADA SUHU 0°C HASIL

HASIL PRATIKUM ASAM DAN BASA


PENANGGUNG JAWAB

A.A ISTRI DWI GITHA LAKSMI


(P07131218010)

Anda mungkin juga menyukai