Anda di halaman 1dari 3

Kekosongan Dalam Kelas

Di suatu sekolah yang masih di ragukan keberadaanya terdapat 4 orang murid yang sedang
melakukan sebuah kegiatan yang menegangkan di kursi mereka masing-masing. Baiklah kita
langsung saja ke KTP!

Zio : " Mmmm "


Rika : " Mmmm "
Tara : " Mmmm "
Alva : " Mmmm~! Mmm~! Mmmm~~~!!- ( Meniru suara motor ) "
Zio : " Aku bosan " ( Motong Alva yang masih meniru suara motor "
Alva : " Lakukan split "
Zio : " Aku masih ingin punya keturunan "
Tara : " Bagaimana kalau kita melakukan permainan mengambung cerita yang di awali dari
urutan alvabet "
Zio : " Permainan itu ya. Ayo kita coba "
Rika : " Dumaulainya dari Aku ya... "
Alva : " Kenapa? "
Rika : " Kan ladies first. Wanita selalu didahulukan"
Alva : " Jika begitu, berarti mati juga wanita duluan "
Tara : " Sudahlah, kita lakukan kertas gunting batu saja "
Alva : " Itu terlalu ke kanak-kanakan, kita sudah kelas 10 "
Rika : " Bukannya kita kelas 9 "
Alva : " Tunggu saja, nanti juga jadi 10 "
Tara : " Begini, karena Aku yang menyarankan permainan ini, jadi biar Aku yang mulai duluan
dan yang mennetukan urutannya "
Zio : " Baiklah, Aku percayakan padamu "
Tara : " Yang kedua Zio, lalu Rika, dan terakhir Alva "
Alva : " Kenapa selalu Aku yang terakhir "
Zio : " Itu namanya kutukan "
Tara : " Aku mulai. A, Aku adalah anak seorang bangsawan "
Zio : " B, biar pun begitu rasa kesepian selalu menyelimutiku "
Rika : " C, cemua anak selalu menjauhiku "
Alva : " D, Dari dulu Aku sudah seperti ini, sampai kiamat pun terjadi dan Aku pun mati "
Alva : " Sayang sekali, jadi bad ending. Dia mati dalam keadaan masih suci "
Tara : " Masih belum, E, Eh ternyata hal itu tidak terjadi "
Zio : " F, Fadahal Aku sudah tegang "
Alva : " G, Genangan lumpur yang besar tiba-tiba tercipta dan menenggelamkan semuanya "
Rika : " Bukannya sekarang bagianku "
Tara : " H, Halusinasi, ternyata hal itu hanya halusinasi "
Alva : " I, Ikan hiu megalodon tiba-tiba datang dan memakan semuanya "
Tara : " Hey!, apa masalahmu? " ( berdiri ngotot )
Alva : " Seharusnya Aku yang berkata seperti itu " ( Berdiri dan balik ngotot )
Zio : " Sudahlah tenang, jangan jadi ribut seperti ini " ( Melerai )
Tara : " Jangan ikut campur lu " ( Dorong Zio )
Alva : " Lu bisa baca situasi kagak sih! " ( Dorong Zio )
Tara : " Lu mau ngajak ribut!? "
Zio : " Napa malah Gue yang kena "
Alva : " Itu artinya kutukanku sudah berpindah kepadamu. Gwahahahahaha! ( Tawa buta ijo ) "
Zio : " Tidak~~! " ( Bertekuk lutut seperti di film-film )
Rika : " Kalian lebay banget sih "
Alva : " Itu adalah naluri alamiah kami, jika Kau tidak suka enyahlah sekarang juga " ( Nunjuk )
Rika : " Tapi kan Aku tidak ber- "
Alva : " Berisik!! " ( Mukul Zio )
Zio : " Kenapa jadi Gue yang dipukul. Kenapa Gue jadi sial gini!? "
Alva : " Itu adalah..... kutukan "
Tara : " Sudahlah, bagaimana kalau kita bermain permainan yang lainnya "
Zio : " Ayo "
Alva : " Tapi kita akan bermain apa? "
Tara : " Itu dia masalahnya "
Alva : " Oh iya, ngomong-ngomong soal permainan Aku jadi ingat suatu hal, Aku ingin bertanya
suatu hal kepamu Rika "
Rika : " A-apa? "
Alva : " Sebenarnya Aku sudah lama ingin menanyakan hal ini, tapi sepertinya saat yang tepat
baru datang sekarang. Aku ingin bertanya, apa Kau sedang menstruasi? "
Rika : " Gue kira mau nanya apaan! " ( Mukul Alva )
( Terjatuh ) Alva : " Ternyata Kau sedang M " ( Berdiri )
Zio : " Kutukannya sudah kembali kepadamu!. Ha! "
Rika : " Jangan teriak di deket kuping Gue! " ( Mukul  Zio )
Alva : " Ha ha! "
( Hampir jatuh ) Zio : " Ha ha ha! "
Alva : " Ha ha ha ha! "
Zio : " Ha ha ha ha ha "
Tara : " Sudahlah, kenapa kalian maish saja mempermasalahkan kutukan yang tidak pernah
ada itu "
( Alva + Zio natap Tara tajam ) Alva + Zio : " Kau tidak mempercayainnya karena Kau tidak
pernah mengalaminya "
Tara : " Mengalami apa? "
Alva : " Tentu saja kesialan "
Tara : " Seperti "
Zio : " Ketemu Rika yang sok akrad di jalan yang ramai "
Rika : " Sialan lu! " ( Mukul Zio )
Alva : " Kenapa drama ini dipenuhi dengan unsur kekerasan, untung saja KPI tidak mengurusi
drama "
Guru : " Selamat pagi murid-murid " ( Masuk )
Alva : " Ini sudah siang "
Guru : " Ya tunggu aja, nanti juga pagi lagi "
Guru : " Ibu sudah berusaha mengabari kalian ber-4 " ( Nulis di papan tulis )
" Sekarang masih libur, masuk hari kamis " ( tulisan sang guru, lalu kabur dari kelas )
Tara : " Kita berempat sudah dikutuk "

Akhirnya Tara, Alva, Rika, dan Zio pun pulang ke rumah mereka masing-masing dengan
perasaan kesal di pundak mereka.

- Tamat –
Di sebuah desa tinggalah sepasang suami-istri yang sudah tua.Mereka tinggal
berdua karena anak-anak mereka semuanya pergi ke perantauan.Suaminya
sedang duduk di teras,

Kakek : Ma, ambilkan papa tehnya, dong!


Nenek :Tidak usah panggil saya Ma, kita sudah tua, sudah kakek nenek. Anak-
anak kita juga sudah dewasa bahkan ada yang sudah memiliki anak. Kita sudah
menjadi kakek dan nenek.
Kakek : Ya sudah kalau begitu, Nek ambilkan kakek tehnya!
Nenek : Memangnya saya terlihat tua makanya Anda panggil saya nenek?
Kakek :Lohhh, bagaimana sih dipanggil mama tidak mau dipanggil nenek marah?
Tetangga yang mendengar kegaduhan mereka ikut menimpali.
Pak Sukri : Kalian selalu bertengkar seperti muda-mudi yang masih pacaran.
Kakek : Maunya sih, begitu pak Sukri, tapi apa daya kulit sudah mengendur.
Bu Sukri : Memangnya kalau kulit mengendur disebut tua ya,Pak?
Nenek :Dia selalu berlagak seperti anak muda, padahal mengangkat kursi saja
kentutnya keluar.

Tiba-tiba datang Bu Karni,anak pertama suami-istri tersebut beserta anaknya Yuli


dan PakKarni suami Bu Karnimengunjungi orang tua dan kakeknya. Karni
membawakan oleh-oleh luar kota untuk kedua orangtuanya.

Kakek : Sudah berapa tahun kamu tidak mengunjungi ayah dan ibumu ini,Karni?
Yuli : Kakek memang pikun, baru sebulan yang lalu kami kemari.
Nenek : Dia memang pikun, kadang sampai lupa kalau dia sudah makan sampai
enam kali sehari.
Pak Karni : Wah, kalau begitu nanti badan Bapak akan gendut seperti pemain
sumo.
Bu Karni : Kalau badan Bapak gendut kasihan Ibu nanti disenggol sedikit
langsung melayang.
Nenek :Huusss, kamu kira Ibu tidak memiliki kekuatan untuk melawan badan
sumo bapakmu? Tenaga Ibu masih kuat seperti anak muda.
Bu Sukri : Ternyata suami istri sama saja, tidak mau kalah mengaku muda.

Anda mungkin juga menyukai