TERHADAP
RENDAHNYA KUALITAS PROYEK
KONSTRUKSI JALAN
(STUDI KASUS PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN
DI PROVINSI NTT )
TESIS
Oleh
ARIE ARNADY
0606038484
THESIS
ARIE ARNADY
0606038484
Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi
pengarahan, diskusi dan bimbingan serta persetujuan sehingga tesis ini dapat
selesai dengan baik.
ABSTRACT
Therefore, this research haves an eye to does a study about factors having an
effect on to the low of quality of project of construction of road so that service
plan age of road is not reached, case study project of in Province East Nusa
Tenggara evaluated from side expert and stakeholders
To answer and evaluates what causing and how doing treatment to factors
resulting the low of quality of project of construction of road, identification need
to be done through risk method, where this method selected to be able to see rank
influencing election of factor having an effect on to the low of quality of project
of construction of road and through risk management covering risk factors, risk
analysis, evaluation of risk, and action manages risk ( treatment or risk response).
ABSTRAK
Kata kunci: Rendahnya kualitas konstruksi jalan, Umur rencana tidak tercapai,
Kinerja Mutu, Treatment
DAFTAR PUSTAKA 96
DAFTAR LAMPIRAN 99
3 Laporan Penelitian, Informasi Penanganan Konstruksi Jalan dan Jembatan Provinsi NTT, Maret 2007
4 Wignall Arthur, et.al., ”Perkerasan Lentur dan Komposit”, Buku Proyek Jalan-Teori dan Praktek, hal 77,
th.2003
8 Ally. Moch Anas Ir, “Mempercepat Pembangunan Jalan Regional Wilayah Timur” (Majalah Teknik Jalan
nomor 108, Juni, 2006 THN XXV hal. 9)
Tabel 1.1. Data Proyek Konstruksi Jalan Yang Diolah di Seksi NTT
Prosentase Penurunan
Target
No. Tahun Alokasi Kualitas Jalan Monitoring
Effektif
Kegiatan Penanganan Dana
Penanganaan Tahun Anggaran 2007
Proyek Jalan
(milyar) (km) (x km) < 4 tahun %
Dari data table 1.1. tersebut diatas terdapat faktor-faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap rendahnya kualitas proyek konstruksi jalan dan perlu
dilakukan diidentifikasi, dianalisa, dan bagaimana mengelola faktor-faktor risiko
yang terjadi, agar konstruksi jalan dapat mencapai umur rencana jalan
9 Data kondisi Penanganan Jalan Nasional Provinsi NTT, ”Laporan Monitoring Tahunan Proyek”TA.2006
Bab I : Pendahuluan
Berisikan mengenai latar belakang, identifikasi permasalahan, signifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
2.1 PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan penelitian berkenaan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap rendahnya kualitas proyek konstruksi jalan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, maka dalam proses penelitian ini dapat tercapai sebagaimana
mestinya perlu kiranya ditunjang oleh data-data yang diperoleh berdasarkan buku-
buku, maupun pedoman yang berlaku dan berkaitan dengan referensi penelitian
yang relevan berupa tesis, jurnal dan penelitian lainnya.
Keberhasilan proyek salah satunya dapat diukur dari pencapaian kinerja kualitas
proyek, dalam rangka mencapai kinerja kualitas proyek yang optimal terkadang
mengalami dan menemui beberapa risiko. Untuk meningkatkan kinerja kualitas
tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah manajemen risiko seperti identifikasi
faktor-faktor yang berpengaruh, analisa rencana dan tindakan atau respons
terhadap risiko yang ada. Sehingga pada akhirnya, hasil penelitian yang diperoleh
nantinya merupakan hasil penelitian yang representatif.
10 Pauner Edward T., ”Sistem Jaringan jalan Lintas di Pulau Sumatera” Majalah Teknik Jalan dan
Transportai, nomor 106, Juli, 2005
12
2.2.2. Program Perencanaan dari Project Implementation Unit
Dalam menjalankan rencana program dan perencanaan untuk
pembuatan jalan, terlebih dahulu Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
(SNVT) Perencanaan Jalan dan Jembatan (P2JJ) bersama SNVT fisik di
provinsi, dimana keduannya disebut Project Implementation Unit (PIU)
melaksanakan survai bersama untuk identifikasi awal usulan program.
Survai yang dilakukan minimal mencakup :
11
Biro Perencanaan dan KLN, Dep.PU, Laporan Hasil-hasil Pembangunan Prasarana PU dari Dana
Pinjaman LuarNegeri, halaman 15, Oktober,2005
12
Project Management Manual, Tata Cara Usulan Program - Project Implementation Unit IBRD 4744 –
IND volume 1, halaman 12, tahun 2004
10
11
13
Ma’soem Mohamad Dadang, Dr., Ir., MSCE, (Peneliti Puslitbang Jalan dan Jembatan Dep.PU),
“Maraknya Kerusakan Jalan Kita”, dinamika RISET, edisi April-Juni 2006, halaman 33-34
14
Ma’soem Mohamad Dadang, Dr., Ir., MSCE, ibid
12
15
Ma’soem Mohamad Dadang, Dr., Ir., MSCE, ibid
13
18
2.3.3. Masa Konstruksi Jalan
Tahap pelaksanaan atau konstruksi, biasanya banyak hal-hal atau
masalah yang muncul di lapangan dan tidak terekam dengan baik pada
perencanaan sehingga banyak terjadi perubahan-perubahan yang
mengakibatkan pelaksanaan tidak lagi sesuai dengan perencanaan.
Perencanaan sebaik apapun biasanya memerlukan perbaikan atau perubahan
dalam tahap pelaksanaannya. Semakin banyak perubahan dalam pelaksanaan
menunjukkan semakin tidak beresnya perencanaan. Apabila fleksibilitas
yang ada pada pelaksanaan bisa terkontrol dan dapat menutupi kekurangan-
kekurangannya, maka potensi rusaknya jalan bisa minimal.
Namun sebaliknya apabila ada pemaksaan kehendak karena fleksibilitasnya
sangat longgar, maka potensi cepat rusaknya jalan akan sangat terasa.
19
Sistem kendali pencapaian Proyek memegang peranan potensial,
untuk meningkatkan kemampuan para manajer konstruksi (pemimpin
proyek) dalam menjawab dengan cepat terhadap permasalahan proyek.
16 Chege Lucy W, ”Risk Management and Procurement System-An Imperative approach” Division of
Building and Construction Technologi, SCIR, (journal formerly known as the council for scientific and
industrial research), halaman 3, November 1999.
17 Kwak Young H., Ph.D.& Bushey Randall, PE, jurnal Manajemen Konstruksi dengan Resiko : Sebuah
metoda penyerahan proyek yg inovatif, hal 2, 2003
18 Ma’soem Mohamad Dadang, Dr., Ir., MSCE, ibid
19 Sacks Rafael, Dr et.al., (Journal Monitoring construction equipment for automated project performance
control), halaman, 2003
14
15
23 Dachlan Tatang & M.Sjahdanulirwan, Antisipasi Kegagalan dan Kerusakan Pada Perkerasan Jalan,
Journal , tahun 2002
16
24 Aly Moch Anas, Ir “Jeritan Jalan Atas Pelanggaran Hak Asasi Jalan (HAJ) oleh Pengguna Jalan”,
Kiprah, No.01/tahunI-Agustus 2001
25 Joenan Boyke, Ir, Msi, (wakil Sekretaris DPD HPJI-NTT) ”Kecepatan dan Ketepatan Penanganan
Kerusakan Perkerasan jalan”, makalah Penelitian NTT Menuju Kehandalan Konstruksi, hal 33
Desember, 2004
17
18
26 Irawan Hegar, Aplikasi Model Penurunan Kondisi Perkerasan Pada Konstruksi Jalan Baru Dengan
Visual Basic. Skripsi, Teknik Sipil, 2000 UI
19
27 Sjahdanulirwan, M (1997). Alternatif Spesfikasi Bina Marga Campuran Aspal Panas. Jurnal Puslitbang
Jalan. Badan Litbang PU. No.4 Tahun XIII. ISSIN:0216-4124, Pebruari 1997.
20
28 Inspektorat Jenderal Dep.PU, “Laporan Hasil Pemeriksaan Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan
Provinsi NTT, nomor 1/4/1/3/06/103 tanggal 11 Desember 2006
21
22
23
32 Purwantara Harry dan Yunan Muhyan, ”Masalah dalam Pelaksanaan Program Pemeliharaan Rutin
Jalan Dengan Dana Pinjaman OECF TA.1999/2000”, Makalah Penelitian Pada Konferensi Regional
Teknik Jalan ke-6, Wilayah Barat, Pekan Baru 11-13 Nopember 1999
24
PO
Pemeliharaan
Berkala (C2)
Batas Kemantapan
Konstruksi Jalan
Pemeliharaan Rutin (B) Pemeliharaan Rutin (B) Pemeliharaan Rutin (B) Batas Kritis
Sumber : Schliesser, A and Bull, A, 1993, roads : a new approach for road network management and conservation.Santiago : UN Economic Commission for Latin America and the Caribean.
25
34 Purwantara, harry dan Muhyan, Yunan, op.cit. AASHTO, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
(HPJI) 1999.
26
Full operation
Installation
substantially
complete
Major
Contracts
100% let
Project
“go”
decision
Range
Present
Complete
Dari skema di atas tampak bahwa jangka life cycle stage maupun
range precent complete dari tahap konstruksi lebih besar dari tahapan
27
Intermediate
Phases (one
or more)
Cost and
Staffing
level
Initial Final
phase phase
28
29
30
31
3.1. PENDAHULUAN
Metodologi penelitian merupakan suatu bentuk penjabaran tata cara dan
teknik-teknik pelaksanaan penelitian, dimana bab ini merupakan inti dari
seluruh kegiatan sistem penelitian. Metode penelitian dapat dijadikan sebagai
kunci untuk mewujudkan suatu hipotesa berlandaskan referensi-referensi yang
telah diperoleh sehingga tercapai tujuan penelitian sebgaimana yang
diharapkan. Dalam penelitian metodologi penelitian ini akan diuraikan tahapan-
tahapan proses penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat dilihat dengan jelas
variabel-variabel yang digunakan maupun perhitungan-perhitungan analistis
lainnya dengan maksud untuk memperoleh keakurasian pad hasil penelitian.
Ada banyak metode kerja yang dapat dilaksanakan pada sebuah penelitian,
namun demikian hal tersebut tidak terlepas dengan jenis penelitian, perolehan
data maupun konsep penelitian itu sendiri, hal ini perlu dilakukan agar
mempermudah di dalam penyusunan nanti.
32
Hipotesis :
Apabila faktor faktor
signifikan yang
menyebabkan rendahnya
kualitas proyek konstruksi
jalan tidak dapat
teridentifikasi, maka akan
berdampak kerusakan jalan
Diagram : 3.1. Kerangka Berfikir yang lebih parah lagi, dan
mengakibatkan rendahnya
kualitas konstruksi jalan
selama masa pelayanan
jalan, sehingga umur
rencana Jalan tidak
tercapai.
33
34
35
36 Yin . Robert K., Prof. Dr “Studi Kasus Desain dan Metode” halaman 1, 2002
36
Y
tinggi
rendah
tinggi X
Keterangan
Y = Kinerja mutu pelaksanaan proyek
X = Dampak-dampak dari rendahnya kualitas konstruksi jalan
37
• Proses Penelitian
Identifikasi
Masalah Analisa Data Validasi
Corellation Kuisioner Tahap 3
Penetapan tujuan
dan maksud
penelitian
Data Collecting
Studi Literatur III
Pakar
Input SPSS
Data Collecting I
Pakar
Kesimpulan
A. Risiko dg AHP
Analisa Reduksi:
Analisa Risiko
Kualitatif
Data Collecting II
Kuisioner Tahap 2 Stakeholders
38
39
X23 Sasaran proyek dalam dokumen leleng tidak terdefinisi denga 42 ),43)
40
E. Faktor Internal
X66 Keterbatasan SDM proyek 57)
49 Arthur Wignall, et.al., ”Perkerasan Lentur dan Komposit”, Buku Proyek Jalan-Teori dan Praktek, hal
77, th.2003
50 Dadang Mohamad Ma’soem, DR. Ir. MSCE, ibid
51 Project Management Manual, ibid
52 Vijaj Kerma,”Human Resourse Skill for Manajer project, communication; A key to project success”
PMI
53 Soeharto Iman, ibid
54 Dadang Mohamad Ma’soem, DR. Ir. MSCE, ibid
55 Dadang Mohamad Ma’soem, DR. Ir. MSCE, ibid
56 Project Management Manual, ibid
57 Soeharto Imam, ibid
58 Kaming P F, et.al, Menilai Kinerja Manajer Proyek, tahun 2000
41
42
43
44
45
46
47
Kualitatif
Ordinal
Kuantitatif
Kontinum Interval
Ratio
48
49
Populasi
Peneliti
Reduksi
50
51
52
53
54
55
Keterangan :
E = risiko ekstrim
T = risiko tinggi
M = risiko moderat
R = risiko rendah
56
3.7.3.2.Penanganan Risiko
57
3.Schedule terlambatan
M M S S H
4. Schedule
Terlambatan w alaupun S S H H H
dengan Percepatan
4. Proyek berhenti
S H H H H
Sumber : Matrix Tingkat Risiko secara Kualitatif, Bahan Kuliah Manajemen Risiko Magister
Teknik, Kekhusussan Manajemen Proyek, Universitas Indonesia, Jakarta
Keterangan :
58
Probabilitas > 30% merupakan kemungkinan yang cukup besar bagi suatu
proyek yang diamati pengaruhnya.
59
60
61 Ghozali Imam, Castellan John, Statistik Non Parametrik, Univesitas Diponegoro, Semarang 2002.
61
62
Ghozali Imam(2002), ibid
62
4.1. PENDAHULUAN
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah dengan cara survei
terhadap responden yang sesuai terhadap sasaran dari penelitian ini yaitu
dengan tujuan untuk mendapatkan data yang valid sesuai dengan data yang
diperlukan. Survei merupakan metode yang sistematis untuk mengumpulkan
data berdasarkan sampel agar mendapatkan informasi dari populasi yang
sebenarnya sehingga dapat diketahui suatu perilaku atau karakteristik utama
dari populasi yang dituju pada suatu waktu yang telah ditentukan.
Pengumpulan data dilakukan melalui 3 tahap penyebaran kuisioner yang
menjadi instrument dalam penelitian ini, responden untuk Kuisioner Pertama
merupakan para pakar (expert) sebanyak 10 responden yang berpengalaman
lebih dari (20) dua puluh tahun dalam bidang konstruksi jalan, untuk
memberikan input tanggapan, komentar dan koreksi terhadap variabel-variabel
risiko yang tidak relevan.
Kuisioner Kedua diberikan kepada para stakeholder (kontraktor, konsultan
perencana, konsultan supervisi) yang menanganani proyek konstruksi jalan
sedang dan yang telah dikerjakan. Kuisioner kedua dalam proses analisanya
menggunakan 40 responden.
Kuisioner Ketiga diberikan ke pakar (expert) untuk mendapatkan Tindakan
Koreksi dan Pencegahan yang berisiko tinggi terhadap dampak dan penyebab
rendahnya kualitas proyek konstruksi jalan.
63
Data umum mengenai proyek yang diteliti, dan responden dapat di lihat
pada tabel profil seperti di bawah ini, data yang disajikan merupakan
rangkuman informasi hasil survei terhadap 40 responden, adapun data proyek
dan responden sebagai berikut :
64
Jumlah
Jumlah Variabel Jumalh Variabel
No Faktor Risiko variabel Tereduksi Tersisa
1. Perencanaan 27 14 (52,5%) 13 (48,0%)
2. Pelelangan 19 8 (58,0%) 11 (42,0%)
3. Konstruksi 30 8 (38,0%) 22 (62,0%)
4. Eksternal 8 3 (37,0%) 5 (65,0%)
5. Internal 8 5 (62,0%) 3 (3,07%)
sumber : hasil olahan data
65
66
Kuesioner Tahap II
Variabel yang telah direduksi dijadikan variabel penelitian yang diteruskan
kepada para stakeholder. Pengumpulan data penelitian dilakukan terhadap
proyek konstruksi jalan dengan studi kasus proyek pembangunan jalan di
propinsi Nusa Tenggara Timur.
Data yang didapat dari kuesioner tahap 2 adalah tingkat frekwensi risiko yang
terjadi dan pengaruh risiko terhadap kinerja kualitas proyek. Data tersebut
ditabulasi sebagaimana lampiran B, Baik data tingkat pengaruh maupun
frekuensi dilakukan statistik deskripsi yaitu frekuensi dan modus pada masing-
masing data. Contoh hasil dari tabulasi 2 sebagai berikut :
67
......................... … … ...
S40
No. sample Variabel Risiko S1 S2 ...
......................... … … ...
Dari tabel 4.4. dan tabel 4.5. diatas dilihat tabulasi data tingkat risiko
dari 40 sample pada masing-masing variabel. Data yang telah ditabulasikan
selanjutnya dianalisa dengan metode AHP untuk mendapatkan rangking
dampak-dampak dari rendahnya kualitas proyek konstruksi jalan berdasarkan
tingkat risikonya, yang dimulai dengan melakukan normalisasi matriks,
perhitungan nilai analisa frekuensi dan perhitungan nilai lokal global, dari hasil
perhitungan ini akan didapat nilai akhir resiko (goal) dan peringkat berdasarkan
bobot hasil perhitungan. Perhitungan detail dapat dilihat pada lampiran C.
68
69
Penjelasan tabel 4.8 kelompok jabatan pada responden masing – masing Cluster
menunjukkan Cluster I dengan prosentase 66,7% responden adalah atasan
dengan kategori Direktur/Kepala Cabang (persero)/Team Leader, sedangkan
Cluster II dengan prosentase 56,0% responden adalah atasan dengan kategori
Kepala Direktur/Kepala Cabang (persero)/Site Engineer dan Cluster III dengan
prosentase 100% responden adalah Direktur/Kepala Cabang (persero)/Kepala
Devisi (persero).
E. Kelompok Pendidikan
70
Penjelasan tabel 4.10. hasil analisa diskriptif dengan program SPSS ver 15.0
dimana data responden Konsultan Perencana menghasilkan analisa bahwa
variabel X1=Survey dan investigasi kondisi lapangan yang tidak mendalam
dengan nilai tertinggi untuk mean (nilai rata-rata) sebesar 16,93 dan median
71
Penjelasan tabel 4.11. hasil analisa diskriptif dengan program SPSS ver 15.0
dimana data responden Konsultan Supervisi menghasilkan analisa bahwa
variabel X1=Survey dan investigasi kondisi lapangan yang tidak mendalam
dengan nilai tertinggi untuk mean (nilai rata-rata) sebesar 13,68 dan median
(nilai tengah) 15, berturut-turut X3 Disain tidak akurat, dan seterusnya
sebagaimana tabel tersebut diatas.
72
Penjelasan tabel 4.12. hasil analisa diskriptif dengan program SPSS ver 15.0
dimana data responden Kontraktor menghasilkan analisa bahwa variabel
X3=Disain tidak akurat dengan nilai tertinggi untuk mean (nilai rata-rata)
sebesar 14,71 dan median (nilai tengah) 16, berturut-turut X1=Survey dan
investigasi kondisi lapangan tidak mendalam, dan seterusnya sebagaimana tabel
tersebut diatas.
73
74
Dari hasil analisa diatas kemudian nilai akhir risiko diurutkan dari nilai yang
terbesar, peringkat 38 rangking terbesar secara keseluruhan dapat dilihat pada
lampiran D.
%
1 2 3 4 5 n Manfaat
Var Variabel Risiko 74.5 78.56 95.15 97.2 100 Faktor
Waktu yang diberikan untuk proses disain
X15 yang terbatas 2 4 13 19 2 40 93,67 Disain
Persyaratan dukungan peralatan sesuai jenis
X42 pekerjaan 4 3 11 16 6 40 93,38 Lelang
Kurangnya pemeliharaan terhadap ruas jalan
X75 yang telah PHO (selesai) 3 5 6 20 6 40 93,28 Konstruksi
Beban lalu lintas kendaraan dalam bentuk
jumlah beban sumbu standar ekivalen
X76 (ESAL) 2 6 12 15 5 40 93 Konstruksi
X35 Kualitas kontraktor yang tidak memadai 1 7 13 16 3 40 92,91 Lelang
... .................................................... .. .. .. .. .. .. ..... ...
X89 Kinerja pengawas lapangan 2 15 15 7 1 40 88,38 Internal
sumber : hasil olahan data
75
Koefisi en Level
variabel X Nama Variabel Korelasi Signf.
Menetapkan waktu pelaksanaan pekerjaan tidak
22 ,945(**) 0,00
proporsional
37 Kinerja pengawas lapangan ,941(**) 0,00
25 Ketidakcocokan desain dengan pelaksanaan ,906(**) 0,00
14 Kondisi tanah soft soil/ekspansif ,865(**) 0,00
36 Keterbatasan SDM proyek ,821(**) 0,00
Penyelidikan tanah yang komprehensif pada lokasi-
6 ,802(**) 0,00
lokasi khusus (expansive, gambut)
3 Kualitas personil perencana kurang memadai ,752(**) 0,01
Kemampuan tenaga pengawas memahami
28 ,752(**) 0,01
spesifikasi (Project Officer dan Konsultan)
23 Kurangnya pengawas yang berkualitas ,744(**) 0,01
Perubahan jenis dan kuantitas pekerjaan terkait
13 ,736(**) 0,01
keterbatasan lahan
16 Harga penawaran yang tidak wajar ,727(**) 0,01
4 Perhitungan Engineer Estimate (EE) tidak akurat ,704(*) 0,01
89 Kinerja pengawas lapangan ,668(*) 0,02
Kurangnya pemeliharaan terhadap ruas jalan yang
29 ,664(*) 0,02
telah PHO (selesai)
32 Kelangkaan dan kenaikan harga aspal bitumen ,661(*) 0,02
76
77
78
79
80
81
x1_r23 Perbaikan geometrik terkait kondisi topografi 0,04 0,39 0,14 0,63 0,09
x1_r16 Alokasi dana pembangunan yang terbatas 0,03 0,64 0,17 0,05 0,32
x5_r84 Dukungan sosial masyarakat sekitar lokasi 0,03 0,14 0,39 0,40 0,48
x6_r91 Budaya diskusi bersama untuk memecahkan masalah 0,13 0,11 0,51 0,05 0,26
x5_r77 Kenaikan harga BBM 0,19 0,02 0,10 0,67 0,36
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Sumber : data hasil olahan
82
83
Dimana variabel X89 Kinerja pengawas lapangan adalah variabel yang paling
signifikan dalam penentuan kinerja kualitas jalan yang mengakibatkan umur
rencana jalan tidak tercapai, menurut pendapat konsultan perencana, dengan
persamaan sebagai berikut : Y = 1,43 + 0,22 x89 + 0,12 x10 + 0,08 x40
84
85
1. Analisa Deskriptif
a. Hasil analisa diskriptif dengan program SPSS ver 15.0 dimana data
responden Konsultan Perencana menghasilkan analisa bahwa variabel
X1=Survey dan investigasi kondisi lapangan yang tidak mendalam
dengan nilai tertinggi untuk mean (nilai rata-rata) sebesar 16,93 dan
median (nilai tengah) sebesar 20, berturut-turut X75=Kurangnya
pemeliharaan terhadap ruas jalan yang telah PHO (selesai), dan
seterusnya sebagaimana penjelasan tabel 4.10.
b. Hasil analisa diskriptif dengan program SPSS ver 15.0 dimana data
responden Konsultan Supervisi menghasilkan analisa bahwa variabel
X1=Survey dan investigasi kondisi lapangan yang tidak mendalam
dengan nilai tertinggi untuk mean (nilai rata-rata) sebesar 13,68 dan
median (nilai tengah) 15, berturut-turut X3 Disain tidak akurat, dan
seterusnya sebagaimana tabel 4.11.
c. Hasil analisa diskriptif dengan program SPSS ver 15.0 dimana data
responden Kontraktor menghasilkan analisa bahwa variabel X3=Disain
tidak akurat dengan nilai tertinggi untuk mean (nilai rata-rata) sebesar
14,71 dan median (nilai tengah) 16, berturut-turut X1=Survey dan
investigasi kondisi lapangan tidak mendalam, dan seterusnya
sebagaimana tabel 4.12.
2. Analisa Risiko
Dari analisa risiko AHP didapat rangking pembobotan 38 variabel bebas
(Independent X) terbesar X15=waktu yang diberikan untuk proses disain yang
86
3. Analisa Korelasi
a. Dari tabel 4.18. diatas di dapat yang signifikan adalah variabel
X3=Kualitas Personil Perencana Kurang Memadai dengan korelasi
0,752 level signifikan 0,01, variabel X28=Kemampuan Tenaga
Pengawas Memahami Spesifikasi (project Officer dan Konsultan
Supervisi) dengan korelasi 0,752 level signifikan 0,01,
X13=Perubahan Jenis dan Kuantitas Pekerjaan Terkait Keterbatasan
Lahan dengan korelasi 0,736 level signifikan 0,01 dan seterusnya
sampai dengan variabel X11=Keharusan Persetujuan Disain dari
Penyandang Dana Untuk Paket Berbantuan Luar Negeri dengan
korelasi 0,601 level signifikan 0,04.
Terdapat 14 variabel yang berkorelasi signifikan
b. Dari tabel 4.19. perhitungan dengan menggunakan SPSS ver.15.0, di
dapatkan hasil analisa korelasi untuk variabel pada responden
Konsultan Supervisi sebagaimana tabel tersebut diatas yang signifikan
adalah variabel X9=Alokasi Dana Pembangunan Yang Terbatas
87
4. Analisa Faktor
Hasil korelasi pada Konsultan Perencana sebanyak 14 variabel dan
Konsultan Supervisi 18 variabel, kemudian dengan tabulasi dalam analisa
faktor sebagaimana tabel 4.22. Pada varabel X1 variabelnya masuk pada faktor
5, karena faktor loading dengan faktor 5 yang terbesar yaitu 0.78 . Pada
variabel X3 variabelnya masuk pada faktor 5, karena faktor loading dengan
faktor 5 terbesar yaitu 0.59 untuk variabel selanjutnya cara pengelompokannya
sama seperti X1 dan X3.
5. Analisa Regresi
Model regresi untuk kinerja mutu variabel X yang dipakai untuk setiap
faktor dengan anggapan yang mempunyai rangking tingkat risiko yang tinggi :
a. Pada responden Konsultan Perencana variabel X89 Kinerja pengawas
lapangan adalah variabel yang paling signifikan dalam penentuan kinerja
kualitas jalan yang mengakibatkan umur rencana jalan tidak tercapai.
Sebagaimana contoh kasus yang terjadi pada Laporan Hasil Temuan
Inspektorat Jenderal Departemen PU pada BAB II alinea 2.4. point 2.4.3.
Studi Kasus Atas Rendahnya Kualitas Konstruksi Jalan Hasil Temuan
Team Pemeriksa Independen
b. Dimana variabel X40, penyusunan Owner Estimate tidak tajam adalah
variabel yang paling signifikan dalam menentukan biaya pelaksanaan
88
89
6.1. KESIMPULAN
Dalam pertanyaan penelitian ”faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap rendahnya kualitas proyek konstruksi jalan ?” dengan kaitannya
terhadap tujuan penelitian yaitu ”Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap rendahnya kualitas konstruksi jalan dan cara mengelola
tindakan atau treatment terhadap risiko utama pada proyek konstruksi jalan di
Provinsi Nusa Tenggara Timur.” terdapat faktor yang signifikan yaitu
X1=Survey dan Investigasi lapangan tidak mendalam, X75=Kurangnya
Pemeliharaan Terhadap Ruas jalan Yang telah Dilakukan PHO (Provissional
hand Over), X89=Kinerja Pengawas lapangan yang kurang memadai, dimana
sebagai bobot risiko yang mengakibatkan rendahnya kualitas konstruksi jalan.
Diperlukannya pembinaan terhadap perencanaan konstruksi yang benar,
menyangkut kualitas jalan terhadap umur jalan selama 10 tahun masa
pelayanan jalan.
Kualitas konstruksi dalam proyek jalan berhubungan erat dengan umur
rencana jalan secara keseluruhan, hal ini dapat terbukti dari 3 (tiga) proses
analisis seperti di bawah ini :
90
2. Analisa Risiko
Dari analisa risiko AHP didapat rangking pembobotan 38 variabel bebas
(Independent X) terbesar X15=waktu yang diberikan untuk proses disain yang
terbatas (faktor Perencanaan/Disanin), X42=Persyaratan dukungan peralatan
sesuai jenis pekerjaan (faktor Pelelangan), X75=Kurangnya pemeliharaan
terhadap ruas jalan yang telah PHO (Provisional Hand Over) proyek selesai
yang sudah diserahkan ke pemilik (faktor Konstruksi) dan seterusnya sampai
dengan variabel X89=Kinerja pengawas lapangan membentuk bobot risiko
terbesar (Faktor Internal)
Contoh beberapa kasus yang terjadi sebagaimana Laporan Hasil Temuan
Inspektorat Jenderal Departemen PU pada BAB II alinea 2.4. point 2.4.3. Studi
Kasus Atas Rendahnya Kualitas Konstruksi Jalan Hasil Temuan Team
Pemeriksa Independen.
a. Treatment yang dapat dilakukan menurut petunjuk pakar, perlunya
dibuat Data base IRMS (Inter Urban Road Management System)
guna mendapatkan data kondisi jalan yang akurat.
b. Pembinaan terhadap Sistem Pengendalian Mutu, melalui pelatihan yang
diselenggarakan secara berkala.
3. Analisa Korelasi
Hubungan Korelasi antara kinerja mutu dengan variabel risiko adalah :
a. terdapat 14 variabel responden konsultan perencana yang signifikan
berkorelasi yaitu variabel X28=Kemampuan Tenaga Pengawas
Memahami Spesifikasi (project Officer dan Konsultan Supervisi)
dengan korelasi 0,752 level signifikan 0,01, X13=Perubahan Jenis dan
Kuantitas Pekerjaan Terkait Keterbatasan Lahan dengan korelasi 0,736
level signifikan 0,01 dan seterusnya sampai dengan variabel
91
4. Analisa Faktor
Hasil korelasi pada Konsultan Perencana sebanyak 14 variabel dan
Konsultan Supervisi 18 variabel, kemudian dengan tabulasi dalam analisa
faktor sebagaimana tabel 4.22. Pada varabel X1 variabelnya masuk pada faktor
5, karena faktor loading dengan faktor 5 yang terbesar yaitu 0.78 . Pada
variabel X3 variabelnya masuk pada faktor 5, karena faktor loading dengan
faktor 5 terbesar yaitu 0.59 untuk variabel selanjutnya cara pengelompokannya
sama seperti X1 dan X3.
5. Analisa Regresi
Model regresi untuk kinerja mutu variabel X yang dipakai untuk setiap
faktor dengan anggapan yang mempunyai rangking tingkat risiko yang tinggi :
a. Pada responden Konsultan Perencana variabel X89 Kinerja pengawas
lapangan adalah variabel yang paling signifikan dalam penentuan kinerja
kualitas jalan yang mengakibatkan umur rencana jalan tidak tercapai.
Sebagaimana contoh kasus yang terjadi pada Laporan Hasil Temuan
Inspektorat Jenderal Departemen PU pada BAB II alinea 2.4. point 2.4.3.
Studi Kasus Atas Rendahnya Kualitas Konstruksi Jalan Hasil Temuan
Team Pemeriksa Independen
b. Dimana variabel X40, penyusunan Owner Estimate tidak tajam adalah
variabel yang paling signifikan dalam menentukan biaya pelaksanaan
92
93
6.2. SARAN
Perlunya diteliti lebih detail pada variabel risiko yang divalidasi dimana
variabel tersebut secara analisa berpengaruh pada kinerja mutu tetapi kurang
berpengaruh pada pelaksanaannya. Variabel tersebut antara lain :
a) Faktor Perencanaan/Disain
X2 = perlunya studi lingkungan melalui amdal
X8 = kesalahan menganalisa karakter dan geografi lahan
X11 = kesalahan menentukan jenis/item pekerjaan
X17 = persetujuan disain yang berbelit-belit menyangkut kebijakan
X21 = kebijakan terhadap jenis konstruksi yang baru
b) Faktor Pelelangan
X29 = penetapan persyaratan lelang yang ketat
X33 = sasaran proyek dalam dokumen lelang tidak terdefinisi dengan jelas
X34 = penyelenggaraan aanwijsing (rapat kantor dan lapangan) tidak efektif
dalam pelaksanaannya.
94
95
Ally Moch Anas, Ir “Jeritan Jalan Atas Pelanggaran Hak Asasi Jalan (HAJ)
oleh Pengguna Jalan”, Kiprah, No.01/tahunI-Agustus 2001
96
Joenan Boyke, Ir, Msi, (wakil Sekretaris DPD HPJI-NTT) ”Kecepatan dan
Ketepatan Penanganan Kerusakan Perkerasan jalan”, makalah
Penelitian NTT Menuju Kehandalan Konstruksi, hal 33 Desember,
2004.
Kwak Young H., Ph.D.& Bushey Randall, PE, jurnal Manajemen Konstruksi
dengan Resiko : Sebuah metoda penyerahan proyek yg inovatif, hal 2,
2003
Ma’soem Mohamad Dadang, Dr., Ir., MSCE, (Peneliti Puslitbang Jalan dan
Jembatan Dep.PU), “Maraknya Kerusakan Jalan Kita”, dinamika
RISET, edisi April-Juni 2006, halaman 33-34
Pauner Edward T., ”Sistem Jaringan jalan Lintas di Pulau Sumatera” Majalah
Teknik Jalan dan Transportai, nomor 106, Juli, 2005
97
Santoso, Singgih , Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11,5
Gramedia , Jakarta 2002
Vijaj Kerma, Human Resourse Skill for Manajer project, communication; A key
to project success” PMI, tahun 2000
Yin . Robert K., Prof. Dr “Studi Kasus Desain dan Metode” halaman 1, 2002
Yin, R. K., Case Study Research : Design and Method , Sage Publication, 1994.
98
x7 Gambar disain tidak lengkap & tidak sesuai kondisi lapangan 6 6 8 17 3 40 90.79
x10 Penyelidikan tanah yang komprehensif pada lokasi-lokasi khusus (expansive, gambut) 4 9 20 6 1 40 89.78
x12 Penghitungan HSD-EE yang tidak sesuai dengan harga satuan yang sedang berjalan 6 11 15 8 0 40 87.90
x15 Waktu yang diberikan untuk proses disain yang terbatas 2 4 13 19 2 40 93.67
x18 Keterkaitan dengan proses pembahasan dan penerbitan DIPA yang lama 6 8 10 13 3 40 89.76
x19 Keharusan persetujuan disain dari penyandang dana untuk paket berbantuan luar negeri 5 6 7 14 8 40 91.76
x22 Adanya kebijakan terhadap penyesuaian pekerjaan/eskalasi yang berpengaruh terhadap harga satuan 10 16 8 5 1 40 83.72
x24 Perubahan jenis dan kuantitas pekerjaan terkait keterbatasan lahan 2 12 17 6 3 40 89.81
x27 Terlambatnya penyampaian informasi perubahan perencanaan disain yang terjadi ( change order) 7 10 12 11 0 40 87.95
Tidak terperinci persyaratan kualifikasi kontraktor dalam dokumen lelang (seperti pengalaman
x30 pekerjaan sejenis; tenaga bersertifikat) 7 17 9 7 0 40 84.84
x33 Sasaran proyek dalam dokumen leleng tidak terdefinisi dengan jelas 13 17 7 3 0 40 81.53
x34 Penyelenggaraan aanwijzing (kantor & lapangan) tidak efektif dan maksimal 8 12 8 10 2 40 86.79
x39 Mekanisme dan prosedur lelang terlalu panjang dan berbelit-belit 10 14 12 4 0 40 84.38
x41 Perlunya pengecekan peralatan kontraktor untuk kesiapan pelaksanaan konstruksi 6 13 17 1 3 40 87.07
Tidak dilaksanakan Rapat penjelasan lapangan (PCM) yang mensepakati kegiatan dan tanggung jawab
x48 antar pihak terkait 14 13 9 4 0 40 82.72
x49 Seleksi kemampuan sub kontraktor, guna pemberdayaan rekanan kecil 8 10 16 5 1 40 87.24
x53 Dominasi paket kontrak oleh kontraktor tertentu, berakibat pekerjaan tidak terkontrol dengan baik 5 14 12 9 0 40 87.22
x63 Koordinasi dan komunikasi antar unsur proyek tidak berjalan dg baik 7 20 7 6 0 40 83.54
x65 Hubungan koordinasi yang kurang baik antara kontraktor dengan konsultan 4 19 12 5 0 40 85.46
x67 Kurangnya kemampuan melakukan komunikasi (communication skill) internal dengan pekerjan proyek 8 20 7 5 0 40 82.97
x69 Tidak dilaksanakan identifikasi cacat mutu setiap opname lapangan 5 11 13 11 0 40 88.57
x71 Kurangnya teguran tertulis kepada kontraktor terhadap cacat mutu pekerjaan 6 15 10 9 0 40 86.29
x72 Pemberlakuan routine check kulitas pekerjaan sesuai spec (control by process) 5 12 14 6 3 40 88.26
x74 Kemampuan tenaga pengawas memahami spesifikasi (Project Officer dan Konsultan) 3 13 12 11 1 40 88.89
x75 Kurangnya pemeliharaan terhadap ruas jalan yang telah PHO (selesai) 3 5 6 20 6 40 93.28
x76 Beban lalu lintas kendaraan dalam bentuk jumlah beban sumbu standar ekivalen (ESAL) 2 6 12 15 5 40 93.00
x87 Kurang ketersediaan informasi antar bagian dan keahlian khusus yang terlibat dalam proyek 11 18 4 7 0 40 82.35
x91 Kurang diterapkan budaya diskusi bersama untuk memecahkan masalah 5 11 14 6 4 40 88.79
x92 Kinerja SNVT yang kurang dalam melakukan pembinaan di lapangan 8 12 9 9 2 40 86.74
Y Kinerja kualitas mutu 78,89
87,42391
x49 Seleksi kemampuan sub kontraktor, guna pemberdayaan rekanan kecil 8 10 16 5 1 40 87.24
x50 Definisi scope proyek yang tidak lengkap 5 22 8 4 1 40 83.77
x51 Kesalahan konstruksi 10 18 6 6 0 40 82.82
x52 Kurangnya pengawas
Dominasi paket yang
kontrak berkualitas
oleh kontraktor tertentu, berakibat pekerjaan 1 13 11 15 0 40 90.01
x53 tidak terkontrol dengan baik 5 14 12 9 0 40 87.22
x54 Kurangnya pengawasan quality control 3 12 17 7 1 40 89.10
x55 Peningkatan scope pekerjaan 4 20 12 4 0 40 84.99
x56 Metode pelaksanaan yang tidak berurutan 5 15 13 7 0 40 86.70
x57 Keterlambatan pengadaan material 0 19 10 11 0 40 87.84
x58 Ketidakcocokan desain dengan pelaksanaan 4 12 14 10 0 40 88.62
x59 Terjadi perubahan lingkup pekerjaan 3 21 8 7 1 40 85.37
x60 Kompleksitas pekerjaan 9 10 13 8 0 40 86.76
x61 Terjadinya penambahan waktu pelaksanaan 4 13 11 12 0 40 88.31
x62 Manajemen pengendalian dan pengawasan yang lemah 4 16 7 13 0 40 87.11
x63 Koordinasi dan komunikasi antar unsur proyek tidak berjalan dg baik 7 20 7 6 0 40 83.54
x64 Kinerja konsultan supervisi yang buruk 2 17 14 7 0 40 87.43
Hubungan koordinasi yang kurang baik antara kontraktor dengan
x65 konsultan 4 19 12 5 0 40 85.46
x66 Kurangnya kejelasan strategi sistem pengelolaan proyek 4 24 6 6 0 40 83.44
Kurangnya kemampuan melakukan komunikasi (communication
x67 skill) internal dengan pekerjan proyek 8 20 7 5 0 40 82.97
Kurangnya kemampuan melakukan komunikasi (communication
x68 skill) eksternal (dengan konsultan supervisi, kontraktor) 8 17 9 5 1 40 84.34
x69 Tidak dilaksanakan identifikasi cacat mutu setiap opname lapangan 5 11 13 11 0 40 88.57
x70 Dilaksanakannya pelaksanaan denda keterlambatan 14 14 6 6 0 40 82.41
Kurangnya teguran tertulis kepada kontraktor terhadap cacat mutu
x71 pekerjaan 6 15 10 9 0 40 86.29
Pemberlakuan routine check kulitas pekerjaan sesuai spec (control by
x72 process) 5 12 14 6 3 40 88.26
Keterlambatan pembayaran MC yang berakibat pekerjaan
x73 terbengkalai 6 15 9 9 1 40 86.41
Kemampuan tenaga pengawas memahami spesifikasi (Project Officer
x74 dan Konsultan) 3 13 12 11 1 40 88.89
x75 Kurangnya pemeliharaan terhadap ruas jalan yang telah PHO (selesai) 3 5 6 20 6 40 93.28
Beban lalu lintas kendaraan dalam bentuk jumlah beban sumbu
x76 standar ekivalen (ESAL) 2 6 12 15 5 40 93.00
x77 Kenaikan harga BBM 8 7 6 16 3 40 89.29
x78 Kelangkaan dan kenaikan harga aspal bitumen 2 15 13 10 0 40 88.41
x79 Terjadinya inflasi ikut andil mendorong keterlambatan pelaksanaan 3 17 11 7 2 40 87.15
x80 Perubahan cuaca yang ekstrim 10 15 8 6 1 40 84.19
x81 Kejadian bencana alam 15 13 10 1 1 40 82.17
x82 Kinerja kontraktor 2 9 14 14 1 40 91.22
x83 Kinerja konsultan 4 7 12 14 3 40 91.26
x84 Kurangnya dukungan sosial masyarakat sekitar lokasi 4 13 11 11 1 40 88.38
x85 Keterbatasan SDM proyek 5 7 15 12 1 40 90.40
x86 Sistem informasi pelaporan proyek (SIPP) tidak akurat 9 17 8 6 0 40 83.75
Kurang ketersediaan informasi antar bagian dan keahlian khusus yang
x87 terlibat dalam proyek 11 18 4 7 0 40 82.35
x88 Sistem pengendalian proyek yang tidak maksimal 8 14 9 9 0 40 85.67
x89 Kinerja pengawas lapangan 2 15 15 7 1 40 88.38
x90 Tidak dilaksanakannya pelatihan rutin penguasaan spesifikasi 11 11 12 5 1 40 85.28
x91 Kurang diterapkan budaya diskusi bersama untuk memecahkan masalah 5 11 14 6 4 40 88.79
x92 Kinerja SNVT yang kurang dalam melakukan pembinaan di lapangan 8 12 9 9 2 40 86.74
Y Kinerja kualitas mutu 78
x2_r35 Adanya perubahan (addendum) dokumen lelang x2_r35 0,42 0,53 0,20 0,27 -0,19
Penyelidikan tanah yang komprehensif pada lokasi-
x1_r10 lokasi khusus (expansive, gambut) x1_r10 0,39 0,27 0,39 0,21 0,02
x1_r3 Disain tidak akurat 0,32 0,07 0,04 0,10 0,59
Tidak dilaksanakan identifikasi cacat mutu setiap
x4_r69 opname lapangan 0,29 0,55 0,37 0,22 0,01
Keterkaitan dengan proses pembahasan dan
x1_r18 penerbitan DIPA yang lama 0,27 0,70 0,17 0,10 0,18
x2_r40 Penyusunan Owner Estimate (OE) tidak tajam 0,27 0,36 0,35 0,20 0,23
x1_r16 Alokasi dana pembangunan yang terbatas 0,03 0,64 0,17 -0,05 0,32
Keharusan persetujuan disain dari penyandang
x1_r19 dana untuk paket berbantuan luar negeri 0,13 0,54 0,16 0,38 0,34
Persyaratan dukungan peralatan sesuai jenis
x2_r42 pekerjaan 0,15 -0,55 0,16 0,25 0,20
Gambar disain tidak lengkap & tidak sesuai
x1_r7 kondisi lapangan 0,05 0,60 0,14 0,29 0,11
Waktu yang diberikan untuk proses disain yang
x1_r15 terbatas 0,20 0,73 0,04 -0,06 0,16
x5_r83 Kinerja konsultan 0,16 -0,07 0,86 0,08 -0,10
x5_r82 Kinerja kontraktor 0,12 0,24 0,81 -0,14 -0,04
x6_r89 Kinerja pengawas lapangan 0,07 0,23 0,77 0,08 0,24
Kemampuan tenaga pengawas memahami
x4_r74 spesifikasi (Project Officer dan Konsultan) 0,05 0,13 0,58 0,46 0,23
x6_r85 Keterbatasan SDM proyek 0,18 0,46 0,54 0,02 0,36
Budaya diskusi bersama untuk memecahkan
x6_r91 masalah -0,13 0,11 0,51 0,05 0,26
x4_r61 Terjadinya penambahan waktu pelaksanaan 0,18 0,05 0,44 0,27 0,00
Perubahan jenis dan kuantitas pekerjaan terkait
x1_r24 keterbatasan lahan 0,17 0,54 0,20 0,58 -0,21
x1_r6 Perhitungan Engineer Estimate (EE) tidak akurat 0,12 0,25 0,20 0,49 0,47
x1_r23 Perbaikan geometrik terkait kondisi topografi 0,04 0,39 0,14 0,63 -0,09
x5_r77 Kenaikan harga BBM -0,19 0,02 0,10 0,67 0,36
x5_r78 Kelangkaan dan kenaikan harga aspal bitumen 0,07 -0,07 0,07 0,81 0,07
x1_r13 Perubahan disain selama proses perencanaan 0,26 0,05 -0,13 0,70 0,22
x5_r84 Dukungan sosial masyarakat sekitar lokasi 0,03 -0,14 0,39 0,40 0,48
x1_r5 Kualitas personil perencana kurang memadai 0,26 0,28 0,29 0,17 0,70
Survey dan investigasi kondisi lapangan tidak
x1_r1 mendalam 0,05 0,09 0,06 0,05 0,78
Extraction Method: Principal Component Analysis. > Rotation Method : Varimax with Kaiser Normalization.
a Rotation converged in 7 iterations.