PENDAHULUAN
Selain itu, pemeriksaan mata lengkap pada pasien yang sangat muda lebih
sulit untuk dilakukan. Dibutuhkan hubungan yang baik antara si anak,
orangtuanya, dan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan mata yang baik.
Pemeriksaan menjadi sulit dan sering mengharuskan untuk pemeriksaan di bawah
anestesi pada pasien yang tidak kooperatif. (4,5) Tantangan terapi juga ada ketika
merawat penyakit pada anak. Kepatuhan pemakaian obat secara oral dan tetes
mata dapat jauh lebih rendah pada anak.(3)
Inflamasi okuler akut dan kronis dapat memberi beban yang berat pada
pasien anak, baik karena respons imun yang berat serta potensi kerusakan akibat
inflamasi di masa mendatang. Selain itu, pengendalian inflamasi dapat lebih sulit
pada pasien anak, yang dapat memunculkan komplikasi yang mengancam
penglihatan. Anak-anak memiliki komplikasi uveitis yang unik yang tidak
dijumpai pada dewasa, seperti resiko timbulnya ambliopia, di mana menyebabkan
gangguan penglihatan ireversibel yang terjadi lama setelah inflamasi dapat
terkontrol. Selain itu, operasi membawa risiko tambahan pada anak dibandingkan
dengan dewasa, baik karena anak cenderung untuk lebih memiliki inflamasi
setelah prosedur bedah dibanding dewasa.(1,2)
1
Terapi kortikosteroid dan imunomodulator jangka panjang pada anak
menciptakan efek samping yang berpotensi mengancam kehidupan dengan risiko
tambahan keterlambatan pertumbuhan dan gangguan perkembangan. Masalah
yang unik ini dapat menunda atau menghambat pengobatan lebih lanjut. (3) Anak
lebih rentan dan memiliki efek samping sistemik yang berbeda dengan dewasa.
Misalnya, gangguan pertumbuhan akibat kortikosteroid pada anak praremaja serta
meningkatnya kecenderungan kortikosteroid untuk menginduksi peningkatan
tekanan intra okuler dan katarak. Kondisi ini menyebabkan munculnya pemakaian
corticosteroid-sparing agents seperti methotrexate.(6)
Uveitis pada anak memiliki insidens dan prevalensi yang jauh lebih rendah
dari pada dewasa. Uveitis dalam kelompok usia ini dengan insidens 4,3 hingga 6
dalam 100.000 penduduk (di Amerika Serikat dan Inggris). Prevalensi sekitar 30
kasus per 100.000. Kasus anak sekitar 5-10% dari semua kasus uveitis dalam
pelayanan kesehatan tersier. Secara historis, uveitis posterior menyumbang 40-
50% dari kasus uveitis pediatrik, 30-40% uveitis anterior, uveitis intermedia 20%,
dan 10% panuveitis. Namun, uveitis anterior merupakan bentuk yang paling
umum ditemukan pada hampir semua seri penelitian. Studi berdasarkan populasi
lainnya telah menunjukkan bahwa uveitis segmen anterior adalah lebih umum di
usia 0-7 tahun dan uveitis posterior lebih lazim di usia 8-15 tahun.(7,8,9)
2
BAB II
2.1. Epidemiologi
Uveitis pada anak adalah penyakit yang tidak umum. Sebuah survei
berbasis populasi yang dipublikasikan tahun 2000, dilakukan di Finlandia dan
menggunakan data dari tahun 1980-an, memperkirakan bahwa kejadian uveitis
pada anak usia <16 tahun adalah 4,3 per 100 000 orang per tahun. Ini secara
signifikan lebih rendah dari tingkat kejadian 27,2 per 100 000 orang per tahun
yang diukur untuk orang dewasa selama periode yang sama. Studi berbasis
populasi lainnya, dilakukan dalam dekade beberapa sebelumnya di Amerika
Serikat, memberikan hasil yang hampir sama, dilaporkan kejadian uveitis menjadi
6 per 100 000 orang berusia ≤ 14 tahun per tahun. Studi yang dilakukan di India
pada 1990-an, menunjukkan prevalensi relatif tinggi uveitis anak di negara
berkembang, namun juga melaporkan prevalensi penyakit ini lebih tinggi secara
keseluruhan.(10)
3
Tabel 1. Prevalensi dan Pola Uveitis Anak Hasil Penelitian Berbasis Klinis
(Penelitian-penelitian yang dipublikasikan sebelum tahun 2000) (dikutip dari 2)
Pada penelitian lain oleh Janine A. Smith dan rekan-rekan tahun 2009
yang meneliti uveitis pada anak dengan setting klinis menunjukkan bahwa
penyebab terbanyak adalah idiopatik, JIA/JRA, dan Toksoplasma.(11)
2.2. Etiologi
Secara umum, etiologi dari uveitis pada anak mirip dengan yang pada
dewasa dengan pengecualian dari penyebab sistemik. Secara umum, uveitis
idiopatik adalah penyebab paling umum dari uveitis pada anak (6,2 % - 59 %),
namun penyebab paling umum yang dapat diidentifikasi uveitis pada dewasa dan
anak-anak bervariasi. Pada dewasa, penyebab uveitis yang diidentifikasi paling
umum adalah HLA-B27 associated spondiloartropathy, sementara pada anak
4
penyebab diidentifikasi paling umum adalah JIA/JRA. JIA/JRA adalah penyakit
sistemik terkait yang paling sering, sekitar 40% dari semua kasus uveitis pada
anak dan 80% dari uveitis anterior pada anak.(2,7)
Bentuk uveitis endogen yang paling sering pada anak adalah JIA/JRA.
Penyebab paling umum dari uveitis anterior infeksius pada anak adalah herpes,
sedangkan Toksoplasma adalah bentuk uveitis posterior infeksius yang paling
sering.(2)
5
BAB III
3.1. Diagnosa
2. Penamaan
6
4. Pengujian di Ruang Periksa Dokter
Banyak tes diagnostik dan prosedur dapat dilakukan saat pasien di ruang
praktek dokter, sering kali selama kunjungan konsultasi awal.
6. Konsultasi Spesialistik
Sering kali, suatu diagnosa dapat tegas ditegakkan hanya jika pasien
benar-benar merespon terapi medis tertentu, biasanya pada antibiotika.
7
3.2. Gambaran Klinis
Pada dewasa, gambaran yang paling umum dari uveitis adalah mata merah
akut yang menyakitkan, sedangkan pada anak adalah uveitis persisten kronis dan
dapat asimtomatik. Karena itu, diagnosa uveitis sering tertunda pada anak karena
tidak terdiagnosa atau salah diagnosa.(1)
8
Berikut ini disajikan beberapa gambaran klinis uveitis yang banyak pada anak dan
sindroma Masquerade:
Uveitis Idiopatik
JRA adalah sinovitis kronis yang secara karakteristik dibagi menjadi tiga
kelompok utama berdasarkan gambaran klinis: sistemik, polyarticular, dan
pauciarticular. JRA sistemik terlihat pada anak di bawah usia 5 tahun. Hal ini
ditandai dengan demam tinggi dengan salah satu dari tanda-tanda berikut:
limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, perikarditis, atau transient
maculopapular rash pada tubuh dan tungkai. Arthralgia atau arthritis biasanya
absen atau pun minimal saat onset awal, dan pada pasien jarang muncul tanda-
tanda inflamasi mata.(13)
9
Pasien dalam kelompok polyarticular berkisar 40% dari semua kasus JRA.
Lima atau lebih sendi yang terkena selama 3 bulan pertama, lutut yang paling
sering terkena, diikuti oleh pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Kondisi ini
memiliki insiden 7% sampai 14% kemunculan uveitis.(13)
Bentuk pauciarticular dari JRA terlihat pada 40% dari pasien yang
terkena. Empat sendi atau lebih sedikit terpengaruhi, dengan lutut menjadi sendi
paling sering terlibat. Uveitis paling umum dalam kelompok ini, dengan kejadian
78% hingga 91%.(13,14)
Pars Planitis
10
Ada lima jenis toksoplasmosis didapat: exanthematous,
meningoencephalitic, lymphadenopathic, influenzal, dan okuler. Toksoplasmosis
okuler dapat hadir sebagai papilitis, retinitis, dan iridosiklitis. Jenis ini merupakan
yang paling umum dari uveitis posterior pada anak, berkisar hingga 50 % kasus.
Pasien datang dengan keluhan floaters atau penurunan penglihatan. Pada
pemeriksaan, lesi putih kekuningan terlihat di retina dan merupakan daerah fokal
retinitis infeksius dengan inflamasi khoroid yang mendasarinya. Ketika lesi ini
sembuh, meninggalkan daerah atrofi dengan pigmentasi sekitar tepi (chorioretinal
scar).(13)
Sindroma Masquerade
11
antinuklear, dan HLA-B27. Tes tuberkulin kulit, yang digunakan untuk
mendiagnosa kasus uveitis TB, mengidentifikasi pasien yang memerlukan terapi
antituberkulosis ketika kortikosteroid sistemik digunakan.(2,14)
BAB IV
4.1. Terapi
12
Tujuan terapi uveitis pada anak adalah menurunkan inflamasi pada mata
sebelum terjadi komplikasi. Bila muncul komplikasi, tujuannya untuk menangani
tanpa menghasilkan efek samping dari terapi medis ataupun bedah.(12,15)
13
maksimal 60 mg/hari selama periode 4 minggu. Dosis ini secara bertahap
diturunkan hingga mencapai 5 sampai 10 mg/m 2/hari pada 6 bulan dan berhenti
pada 9 sampai 12 bulan. Kortikosteroid sistemik biasanya ditoleransi dengan baik,
selama pemberian disertai ajuvan yang umum diterapkan (misalnya, diet protein
normal, suplementasi kalium, kalsium dan vitamin, serta gastric protectors).(1,10,17)
4.1.2.2. Methotrexate
14
hepar. Direkomendasikan pemantauan laboratorium untuk jumlah sel darah
lengkap dan tes fungsi hati pada interval 4-6 mingguan.(10,17)
4.1.2.3. Siklosporin
4.2 Komplikasi
15
Dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat, inflamasi umumnya
reda dalam waktu 2 sampai 6 minggu. Respon yang jelek dilaporkan pada uveitis
anterior anak yang secara langsung berkaitan dengan keterlambatan dalam
diagnosa. Penundaan ini yang membuat komplikasi dari uveitis lebih umum pada
anak-anak daripada dewasa. Demikian pula, bahkan ketika komplikasi, seperti
glaukoma, muncul sekunder untuk uveitis dewasa dan anak-anak, komplikasi
cenderung lebih parah pada anak. Anak memiliki komplikasi uveitis yang unik,
yang tidak terlihat pada dewasa, seperti risiko ambliopia. (1,2,3)
16
Band keratopathy dapat diobati dengan pengangkatan epitel kornea diikuti
calcium chelation dengan EDTA. Terapi ulangan mungkin diperlukan.
Phototherapeutic Keratectomy (PTK) juga telah digunakan untuk mengobati band
keratopathy.(12)
Operasi katarak untuk pasien dengan uveitis anak dapat menjadi rumit
oleh komplikasi-komplikasi lainnya. Uveitis harus diobati secara agresif sehingga
terkontrol baik sebelum dan setelah operasi. Implantasi lensa intraokuler pada
anak dengan uveitis masih kontroversial. Operasi mata pada anak-anak umumnya
lebih rumit karena karakteristik anatomi dan fungsional yang khas, meliputi
ukuran bola mata yang kecil, peningkatan reaktivitas jaringan, dan kekakuan
sklera yang rendah.(12)
4.3. Prognosa
Perbedaan utama lain antara uveitis pada anak dan pada dewasa adalah
prognosa uveitis biasanya lebih buruk di anak, sampai dengan 35% dari anak yang
komplikasi. Prognosa secara keseluruhan pada uveitis lebih buruk dibanding pada
dewasa akibat keterlambatan dalam diagnosa dan memulai terapi. (7,15)
17
penyakit. Inflamasi berkepanjangan yang tidak terkendali menyebabkan beberapa
komplikasi yang menghambat penglihatan, seperti katarak dan band keratopathy
dan glaukoma. Munculnya hipotoni menandakan prognosa hasil yang buruk.(7,15)
BAB V
KESIMPULAN
18
1. Terdapat banyak tantangan diagnostik dan terapetik yang berkaitan dengan
uveitis pada anak di mana hal ini berkaitan dengan banyak perbedaan
antara uveitis pada anak dan pada dewasa.
2. Uveitis pada anak yang terbanyak sesuai penelitian berbasis populasi dan
penelitian berbasis klinis adalah Idiopatik, JRA, dan Toksoplasma.
6. Hubungan yang erat haruslah dibina antara dokter mata, dokter anak, dan
ahli-ahli bidang lain untuk memonitor pasien yang memiliki kebutuhan
manajemen yang berbeda-beda.
19