Anda di halaman 1dari 12

Latar belakang normative yuridis sosiologis,empiris (khusus) cantumkan kenapa

memilih kudus? Cantumkan

Peraturan yang mengatur Instansi instansi terkait pembuatan zebra cross

Data kecelakaan akibat tidak adanya zebra cross, zebra cross setengah jalan

Teknik pengambilan data??


Peraturan Yang Mengatur Instansi Instansi Terkait Pembuatan Zebra Cross

Dimana kegiatan menyusun rencana pemeliharaan jalan ialah kewajiban

penyelenggara jalan Pasal 18 (1) berbunyi Pemeliharaan jalan meliputi kegiatan

pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, rehabilitasi jalan, dan rekonstruksi

jalan. Pasal 18 ayat 4 berbunyi (4) Rehabilitasi jalan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan secara setempat, meliputi kegiatan: a. pelapisan ulang; b.

perbaikan bahu jalan; c. perbaikan bangunan pelengkap; d. perbaikan/penggantian

perlengkapan jalan; e. penambalan lubang; f. penggantian dowel/tie bar pada

perkerasan kaku (rigid pavement); g. penanganan tanggap darurat. h. pekerjaan

galian; i. pekerjaan timbunan; j. penyiapan tanah dasar; k. pekerjaan struktur

perkerasan; -16- l. perbaikan/pembuatan drainase; m. pemarkaan; n. pengkerikilan

kembali (regraveling) untuk perkerasan jalan tidak berpenutup dan jalan tanpa

perkerasan; dan o. pemeliharaan/pembersihan rumaja Pasal 3 ayat 1 berbunyi

Penyelenggara jalan wajib menyusun rencana pemeliharaan jalan.”Dalam Pasal 23

(1) ayat 1 diatur bahwa Penyelenggara jalan dalam melaksanakan kegiatannya

berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana dan

Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi Jalan dan/atau

peningkatan kapasitas Jalan wajib menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban,

dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2) Penyelenggara Jalan dalam

melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi

dengan instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 13 /Prt/M/2011

Tentang Tata Cara Pemeliharaan Dan Penilikan Jalan Pasal 18 ayat 1 dan Pasal 18

ayat 4 dan pasal 3 ayat 1 bisa disimpulkan jika Pemarkaan adalah kegiatan

pemeliharaan jalan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 Tentang

Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Pasal 12 Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian

Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat berbunyi “Direktorat Jenderal Bina

Marga mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang penyelenggaraan jalan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.”

Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015

Tentang Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat berbunyi “Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyelenggarakan fungsi: a.

perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber

daya air, penyelenggaraan jalan, penyediaan perumahan dan pengembangan

kawasan permukiman, pembiayaan perumahan, penataan bangunan gedung,

sistem penyediaan air minum, sistem pengelolaan air limbah dan drainase

lingkungan serta persampahan, dan pembinaan jasa konstruksi; b. koordinasi

pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada

seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat; c. pengelolaan ... - 3 - c. pengelolaan barang milik/kekayaan

negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat; d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; e. pelaksanaan bimbingan

teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat di daerah; f. pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis dan

strategi keterpaduan pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan

rakyat; g. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan umum

dan perumahan rakyat; h. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di

bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; dan i. pelaksanaan dukungan yang

bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.”

Menurut pasal 3 dan pasal 12 Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Rakyat Dimana penyelenggaraan jalan merupakan tugas dari Direktorat Jendral

Marga, dan fungsi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Pasal 23 (1) Penyelenggara Jalan dalam melaksanakan preservasi Jalan dan/atau

peningkatan kapasitas Jalan wajib menjaga Keamanan, Keselamatan, Ketertiban,

dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2) Penyelenggara Jalan dalam

melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi

dengan instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.


Keputusan Menteri Nomor 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan Pasal 40 berbunyi

“ Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan marka jalan dilakukan

oleh : a. Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk, untuk jalan nasional dan

jalan tol kecuali jalan nasional yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten Daerah

Tingkat Iiatau yang berada dalam Kotamadya Daerah Tingkat II;b. Pemerintah

Daerah Tingkat I, untuk jalan propinsi, kecuali jalan propinsi yang berada dalam

Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II atau jalan propinsi yang berada dalam

Kotamadya Daerah Tingkat II;c. Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten,

untuk : 1) jalan kabupaten; 2) jalan propinsi yang berada dalam Ibu Kota

Kabupaten Daerah Tingkat II, dengan persetujuan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I; 3) jalan nasional yang berada dalam Ibu Kota Kabupaten Daerah

Tingkat II dengan persetujuan Direktur Jenderal. d. Pemerintah Daerah Tingkat II

Kotamadya untuk : 1) jalan kotamadya; 2) jalan propinsi yang berada dalam Kota-

madya Daerah Tingkat II, dengan persetu-juan Gubernur Kepala Daerah Tingkat

I; 3) jalan nasional yang berada dalam Kota-madya Daerah Tingkat II dengan

persetujuan Direktur Jenderal.”Pasal 41 berbunyi “ Penyelenggara jalan tol dapat

melakukan perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan marka jalan

di jalan tol, setelah mendengar pendapat Direktur Jenderal.”Pasal 42 berbunyi “

Instansi, badan usaha atau warga negara Indonesia dapat melakukan pengadaan,

pemasangan dan pemeliharaan marka jalan dengan ketentuan : a. Penentuan lokasi

dan penempatannya mendapat persetujuan pejabat sebagaimana dalam Pasal 40;

b. Memenuhi persyaratan teknis sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini.”

Pasal 96 Tanggung Jawab Pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu

Lintas diatur dalam UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
:Pasal 96 (1) Menteri yang membidangi sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan bertanggung jawab atas pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa

Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf

c, huruf e, huruf g, huruf h, dan huruf i, Pasal 94 ayat (2), Pasal 94 ayat (3) huruf

b, Pasal 94 ayat (4), serta Pasal 94 ayat (5) huruf a dan huruf b untuk jaringan

jalan nasional. (2) Menteri . . . - 55 - (2) Menteri yang membidangi Jalan

bertanggung jawab atas pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, huruf g,

huruf h, dan huruf i, serta Pasal 94 ayat (3) huruf a untuk jalan nasional. (3)

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggung jawab atas

pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 94 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf f, huruf g, dan huruf i, Pasal 94 ayat (3)

huruf c, dan Pasal 94 ayat (5). (4) Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan

Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) untuk jalan provinsi setelah mendapat rekomendasi dari instansi terkait.

(5) Bupati bertanggung jawab atas pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu

Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk jalan kabupaten

dan/atau jalan desa setelah mendapat rekomendasi dari instansi terkait. (6)

Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu

Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk jalan kota setelah

mendapat rekomendasi dari instansi terkait. Pasal 97 (1) Dalam hal terjadi

perubahan arus Lalu Lintas secara tiba-tiba atau situasional, Kepolisian Negara

Republik Indonesia dapat melaksanakan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

kepolisian. (2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas kepolisian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan Rambu Lalu Lintas, Alat

Pemberi Isyarat Lalu Lintas, serta alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan

yang bersifat sementara. (3) Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat

memberikan rekomendasi pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

kepada instansi terkait.

Pasal 97 Undang Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan berbunyi “ Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat

memberikan rekomendasi pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

kepada instansi terkait.”

Pasal 223 Undang Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan berbunyi Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab” adalah

pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkat kesalahan akibat kelalaian. Yang

dimaksud dengan “pihak ketiga” adalah : a. orang yang berada di luar Kendaraan

Bermotor; atau b. instansi yang bertanggung jawab di bidang Jalan serta sarana

dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan

jalan di Indonesia dan dalam pembangunan jalan nasional, telah melaksanakan

berbagai upaya dalam peningkatan keselamatan jalan

Kementerian Perhubungan, adalah instansi yang bertanggung jawab dalam

pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan dan dalam penyelenggaraan

perlengkapan jalan. Pasal 1 no 4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

13 /Prt/M/2011 Tentang Tata Cara Pemeliharaan Dan Penilikan Jalan yakni


berbunyi “Perlengkapan Jalan adalah sarana yang dimaksudkan untuk

keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu-lintas serta kemudahan

bagi pengguna jalan dalam berlalu-lintas yang meliputi marka jalan, rambu lalu-

lintas, alat pemberi isyarat lalu-lintas, lampu penerangan jalan, rel pengaman

(guardrail), dan penghalang lalu-lintas (traffic barrier)”

Kesimpulan dari pasal 1 no 4 tersebut marka jalan merupakan marka jalan

Dan pemeliharan perlengkapan jalan yang contoh nya ialah marka jalan

dilakukan oleh instansi yang disebutkan dalam Pasal 15 Peraturan Direktur

jenderal nomor : SK. 4303/AJ.002/DRJD?2017 tentang petunjuk teknis marka

jalan yang berbunyi : “ Pemeliharaan perlengkapan jalan dilakukan oleh:

a. Balai pengelola Transportasi Darat, untuk jalan nasional;

b. Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

Bekasi (Jabodetabek), untuk jalan nasional di wilayah Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek);

c. Dinas Perhubungan Provinsi, untuk jalan provinsi

d. Dinas Perhubungan kabupaten, untuk jalan kabupaten dan jalan desa

e. Dinas Perhubungan kota, untuk jalan kota”

Berdasarkan pasal Pasal 59 ayat (1) Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor : Km 60 Tahun 1993 T E N T A N G Marka Jalan Direktur Jenderal

Perhubungan Darat melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas

penyelenggaraan marka jalan.

Sesuai dengan Pasal 7 ayat 2e Undang Undang No 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintasa dan angkutan jalandinyatakan :”bahwa tugas pokok dan fungsi Polri
dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu : “urusan pemerintah di

bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan

hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu

lintas”.

Dimana pasal 4 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 1993tentang Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan berbunyi “Rekayasa lalu lintas

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi : a. perencanaan, pembangunan

dan pemeleiharaan jalan; b. perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan

pemeliharaan rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat

pengendali dan pengaman pemakai jalan. “

Kesimpulannya tugas dan fungsi POLRI dalam hal penyelenggaraan lalu

lintas meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan rambu-

rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat pengendali dan

pengaman pemakai jalan

Beberapa Instansi terkait dalam rekayasa lalu lintas diatur dalam pasal 5

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang

Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu

Lintas Pasal 5 ayat (1) Perencanaan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas

dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana

lalu lintas dan angkutan jalan, menteri yang bertanggung jawab di bidang jalan,

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, gubernur, bupati, atau walikota

sesuai dengan kewenangannya.


Pasal 5 ayat (2) Perencanaan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas yang

dilakukan oleh gubernur, bupati, atau walikota sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi dari instansi terkait yang

memuat pertimbangan sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 5 ayat (3) Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk

manajemen dan rekayasa lalu lintas yang dilakukan oleh gubernur, meliputi: a.

kementerian yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas

dan angkutan jalan, mengenai sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;

b. kementerian yang bertanggung jawab di bidang jalan, mengenai jalan; dan c.

Kepolisian Negara Republik Indonesia, mengenai operasional manajemen dan

rekayasa lalu lintas.

Pasal 5 ayat (4) Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk

manajemen dan rekayasa lalu lintas yang dilakukan oleh bupati atau walikota,

meliputi: a. kementerian yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana

lalu lintas dan angkutan jalan, mengenai sarana dan prasarana lalu lintas dan

angkutan jalan; b. kementerian yang bertanggung jawab di bidang jalan, mengenai

jalan; c. Kepolisian Negara Republik Indonesia, mengenai operasional manajemen

dan rekayasa lalu lintas; dan d. pemerintah provinsi setempat.

Pasal 5 ayat (5) Perencanaan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas oleh

gubernur dilakukan setelah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi yang

berbatasan.
Pasal 5 ayat (6) Perencanaan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas oleh

bupati atau walikota dilakukan setelah berkoordinasi dengan pemerintah

kabupaten/kota yang berbatasan.


Di Jalan Dr. Lukmonohadi tepatnya di depan Pabrik Djarum dimana zebra cross

dibangun setengah jalan, terjadi kecelakaan lal u lintas sebanyak dua kali dalam

kurun waktu yang sama yakni tahun 2018. kecelakaaan lalu lintas yang pertama

dialami seorang pejalan kaki yang hendak menyeberang jalan melalui zebra cross

yang hanya dibangun setengah jalan. Dan kecelakaan lalu lintas yang kedua

dialami pengendara sepeda motor yang hendak menyebrang di tempat tersebut

pula. Di Jalan Sunan Kudus tahun 2018 terdapat pemuda berumur 21 tahun yang

mengalami kecelakaan ketika menyeberang jalan melalui zebra cross yang hanya

dibangun setengah jalan. Dan di Perempatan Jalan A. Yani juga pernah ada

peristiwa kecelakaan lalu lintas antara kendaraan roda empat dan roda dua yang

hendak menyeberang. Dimana di Perempatan tersebut tidak adanya fasilitas

penyeberangan jalan zebra cross.

Anda mungkin juga menyukai