Anda di halaman 1dari 5

Mengenai proses kembalinya ke masyarakat bagi narapidana pidana khusus misalnya

narapidana terorisme ada asas yang meng khusus, kalau kasus terorisme itu jarang terjadi
di Semarang, hampir tidak ada klien kasus terorisme.
Proses kembalinya ke masyarakat narapidana pidana khusus misalnya narapidana
terorisme ada asas yang mengkhusus
Kasus Pidana khusus terberat di BAPAS Semarang sepertinya tidak ada. Jika narapidana
korupsi adalah orang-orang yang mapan dia mudah untuk kembali ke masyaraat, tetapi
kalau narkotika biasanya juga karena kebutuhan ekonomi.
Banyak klien yang melakukan tindak pidana berkali- kali . Banyak narapidana yang
recidive.
Tetapi kalau di BAPAS narapidana hanya wajib lapor 1 bulan sekali. Kalau di BAPAS
sepanjang tidak mengganggu jam kerja klien jika klien sudah berkerja, klien mengikuti
kegiatan tersebut.
Tidak perlu peraturan pelaksanaan pidana yang terpisah dikodifikasikan, karena BAPAS
pelaksanaan tugas nya ada Undang-Undang Pemasyarakatan sendiri yang memayungi
BAPAS untu pelaksanaan tugas unit pelaksanaan teknis di LAPAS, BAPAS, Undang-
Undang Pemasyarakatan.
Jadi Undang-Undang Pemasyarakatan di LAPAS ialah pembinaan dana, jika berbicara
tentang narapidana, ketika seseorang sudah inkrah divonis pengadilan bersalah, dihukum
sekian tahun, katakanlah satu tahun, statusnya menjadi tahanan. Jadi Narapidana 2 tahun
itu jadi narapidana 1 tahun itu akan menjadi narapidana yang pembinaan awalnya di
LAPAS 2/3 dari masa tahanan 1 tahun, dia menjalani 8 bulan, selama 8 bulan itu
dilaksanakan pembinaan dalam LAPAS . Di LAPAS terdapat kualifikasi pembinaan
awal, pembinaan lanjutan, dan pembinaan akhir.
Pembinaan akhirnya itu setelah 2/3 masa tahanan nya mendapatkan hak yakni hak untuk
mendapatkan cuti bersyarat, pembebasan bersyarat, dan cuti menjelang bebas.
Setelah mendapatkan hak cuti menjelang bebas, dilimpahkan ke BAPAS
dia menyelesaikan 4 bulan itu di BAPAS, jadi di integrasikan, jadi sebenarnya sama, dia
menjalani proses hukumnya selama 1 tahun, yakni 8 bulan di LAPAS, dan 4 bulan di
BAPAS . Dan terdapat ketentuan peraturan di BAPAS ialah ada wajib lapor, tidak boleh
melakukan pelanggaran hukum lagi. Dia harus memenuhi kewajiban dia sebagai kepala
keluarganya terutama jika klien laki-laki yang sudah berkeluarga harus berkerja lagi.
Yang paling penting dia tidak boleh melakukan pelanggaran . Misala dalam 1 bulan
terkena kasus pencurian lagi , dia masih punya tanggungan 3 bulan , jadi 3 bulan masih
menjadi tanggungan dia , harus diselesaikan, dia pun harus menunggu proses hukum
yang baru misalnya dalam kasus pencurian lagi tersebut terkena pidana 1 tahun jadi yang
tiga bulan tadi ditambah ke hukuman, menjalani di LAPAS lagi, jadi tidak ada yang
terpisah.
Kalau tugas dan fungsi masing-masing aparat penegak hukum , kalau tugasnya sudah di
pemasyarakatan ya sudah jadi kejaksaan kepolisian sudah tidak ada campur tangan disitu,
tugasnya hakim memutus perkara vonis , kalau sudah masuk di LAPAS berarti sudah
tugasnya LAPAS, kalau sudah ada pemberitahuan jika si A sudah melaksanakan putusan
sedangkan putusan pengadilan negeri selama 1 tahun di LAPAS setelah 8 bulan nanti dia
mendapat integrasi, ada pemberitahuan dari pihak kepolisian/kejaksaan . Jadi ketika klien
dibina dibimbing di BAPAS pun sudah ada pemberitahuan dari kejaksaan maupun
pengadilan sampai selesai 4 bulan tersebut, setelah selesai juga ada pemberitahuan
pengakhiran, sudah selesai dikembalikan ke masyarakat sudah tidak ada tanggungan.
Tanggungan proses hukumnya pun selesai.
Peraturan yang mengatur mengenai BAPAS adalah Undang-Undang Pemasyarakatan
saja. Patokannya KUHAP, kalau KUHP tidak terlalu karena hanya pasal-pasal tindak
pidana. Jika BAPAS istilahnya membimbing menerima membina narapidana. BAPAS itu
ada di KUHAP, KUHP mungkin sebagian.

Jika peraturan KUHP (hukum materiil) dan KUHAP (hukum formil) dikhususin mengenai penitensier

setelah pelaksanaan , terus nanti ada (peraturan pelaksanaan pidana)nya sendiri khusus, jika

dikodifikasikan secara khusus antara ketiganya tidak berpengaruh terhadap system pelaksanaannya

karena masing masing sudah ada paying hukum nya. Jadi BAPAS dalam melaksanakan tugas fungsi

pembimbingan dan pengawasan klien sudah ada payung hukumnya Undang-Undang

Pemasyarakatan. Jadi tidak perlu ada kodifikasi masalah peraturan pelaksanaan pidana.
Nanti itu yang merevisi segala macam itu, kecuali ada permasalahan-permasalahan contohnya

Contoh LAPAS rutan over kapasitas, jadi bagaimana cara untuk mungkin Undang-Undang

Pemasyarakatan tidak mengakomodir. Jika dulu sudah ada revisi tentang pelaksanaan syarat

khusus tentang regi tindak pidana khusus, waktu zamannya pak Deni Indrayana itu sebenernya

memberatkan itu harusnya dihapus. Mungkin ada contohnya kita kalau sudah over kapasitas,

seharusnya pembangunan LAPAS baru, tetapi kenyataanya bahwa Negara kan tidak

memungkinkan untuk itu, mungkin harus ada Undang-Undang baru bagaimana caranya mungkin

diberi hukuman social untuk Pidana yang hanya satu tahun kebawah, untuk meminimalisir over

kapasitas.

Di Bimkemas (Bimbingan Kemasyarakatan) membuat LITMAS, BAPAS datang ke LAPAS atas

permintaan LAPAS , missal A sudah waktunya diberi intergrasi , harus ada laporan awal dari

BAPAS , jadi Petugas BAPAS datang ke LAPAS menemui si A, si A diwawancara, kondisinya sehat

atau tidak, ada proses awal mau memberikan laporan identitas, kondisi kehatan, di LAPAS ada

pelanggaran hukum atau tidak

penjaminnya didatangi petugas BAPAS, memberi laporan namanya litmas, nanti merekomendasikan

si A itu layak atau tidak, kalau layak maka direkomendasikan mendapat cuti bersyarat,

pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, nanti di sidang TPP sidang di lapas untuk

menentukan si A layak nanti diturunkan SK nya kemenkumkam kemudaian diberi integrasi

sendiri, nanti proses pelaksanaan integrasi DI BAPAS ya petugasnya tadi litmas

Tidak ada pengaruh kalau dikodifikasikan karena kan sudah ada payung hukumnya itu undang

undang pemasyarakatan .
Pembebasaan bersyarat, penetrasi sebagai dasaar jika ia kembali ke masyarakat sebagai lndasan

/dalil kembali ke masyarakat itu, aman tidak kalau dikeluarkan, bisa makan/ tidak kalau

dikeluarkan, disitu terkodi litmas.

JAWABAN

BAPAS menangani klien yang reintegrasi social, orang yang keluar dari LAPAS dan rutan

yang telah mendapatkan cuti bersyarat pembebasan bersyarat/ cuti menjelang bebas. Itu

masing-masing ada ketentuannya semua .Semua itu yang menangani BAPAS. BAPAS itu

dibagi menjadi dua klien anak, klien dewasa. BAPAS ada kepala, kasubsie, kasie , dan

staff.

Pelaksanaan hukum pidana : Penyidikan, penututan, putusan pengadilan , pelaksanaan

putusan pengadilan kita termasuk pelaksanaan putusan pengadilan. Pengadilan yang

memutus, nanti LAPAS yang kurang pas, BAPAS setelah di pidana mendapatkan tadi

pembebasan bersyarat baru nanti pihak BAPAS membimbing untuk bisa mengembalikan

ke masyarakat kembali, supaya tidak kembali lagi misalnya dia melakukan kejahatan

kriminalitas mencuri menipu , jangan sampai kembali ke LAPAS, dengan cara dibimbing

di BAPAS.

Kalau di LAPAS dibina kalau di BAPAS dibimbing

Naungan BAPAS Undang-Undang Pemasyarakatan

Kalau di BAPAS klien sudah di luar penjara / LAPAS sudah kumpul keluarga, namun punya

kewajiban wajib lapor ke BAPAS 1 bulan sekali, wajib lapor karena dia sebelumnya
belum saatnya wajib keluar, kalau dilihat dari putusan hakim sekian tahun 2/3 masa

tahanan bisa dibebaskan.

Anda mungkin juga menyukai