OLEH :
1. SAVIRA DHANIKA HARDIANTI/ 115010100111003
2. FITRI DWI RATNASARI/ 115010100111023
3. LATANSA FIRMANASARI/ 115010101111016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Moral merupakan landasan dan dasar dalam menjalankan atau
melahiriahkan profesi. Didalam menjalankan profesi agar tetap berada pada
kerangka nilai-nilai moral diperlukan aturan perilaku (code of conduct) berupa
etika.1 Moral menyangkut kebaikan, oleh karena itu secara sederhana moral dapat
disamakan dengan kebaikan orang atau kebaikan manusiawi. Moral memuat dua
segi, yakni batiniah dan lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki
sikap batin yang baik, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik pula, sehingga
moral akan dapat diukur secara tepat apabila segi batiniah dan lahiriahnya
diperhatikan.2
Berbicara mengenai Etika Profesi sangatlah berbeda jika dibandingkan
antara profesi satu dengan lainnya, bahkan profesi itu berbeda dengan pekerjaan.
Profesi merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus maupun intelektual,
oleh karena itu dapat dikatakan bahwa profesi menuntut pengetahuan dan
tanggung jawab yang diabdikan untuk kepentingan orang banyak serta memiliki
organisasi atau lembaga profesi.
Istilah etika dalam bahasa latin disebut ethos atau ethikos. Istilah ini juga
kadang-kadang disebut juga dengan mores, mos, yang juga berarti adat istiadat
atau kebiasaan yang baik sehingga dari istilah ini lahir penyebutan moralitas
atau moral. Bertolak dari arti demikian etika berkembang menjadi studi tentang
berbagai kebiasaan manusia berupa kebiasaan dalam konvensi/ kesepakatan,
diantaranya dalam berbicara, berbusana, bergaul dan sebagainya. Studi tentang
etika lebih menekankan pada perbuatan yang dilandasi oleh tatanan nilai kodrat
1
Immanuel Kant dalam S.P.Lili Tjahjadi, Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant Tentang
Etika dan Imperatif Kategoris, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm.47
4
Narkotika
Jurnal Hunafa, Vol. 6, No.2, Penyalahgunaan Narkotika pada oknum Polri, 2009.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kode etik POLRI yang berlaku di Indonesia saat ini berdasar
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia?
2. Bagaimana Pelanggaran Kode Etik dalam Tindak Pindana Narkotika yang
Dilakukan Oleh Briptu berdasar Peraturan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomo 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kode etik POLRI yang berlaku di
Indonesia saat ini berdasar Peraturan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran Kode Etik
dalam Tindak Pindana Narkotika yang di lakukan Oleh Briptu berdasar
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomo 14 Tahun 2011
Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
I.
kepolisian harus memiliki keahlian atau kemahiran dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya.10
Tugas dan wewenang kepolisian yang mengharuskan adanya kemampuan
profesi tersebut dikelompokkan dalam tugas pokok kepolisian yakni: 11
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
10
Ibid, hlm.40
11
Ibid.
12
Ibid, hlm. 41
13
Ibid, hlm. 42
14
Ibid.
Lihat Pasal 8- Pasal 12, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
16
Lihat Pasal 13-Pasal 16, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
17
Pasal 18, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
18
II.
Fakta-Fakta Kasus
1. Bahwa Bripka Rus ditangkap saat akan melakukan transaksi narkoba di
Jalan AP Pettarani tepatnya di depan swalayan. Pelaku yang disergap
anggota berusaha menghancurkan barang bukti.
2. Bahwa saat dibekuk polisi, Bripka Rus nekat menelan satu dari dua paket
sabu yang sudah siap dijual. Namun, petugas berhasil mengamankan satu
paket sabu yang disembunyikan pelaku di dalam sakunya pada saat itu
yang belum sempat ditelannya karena keburu ditangkap.
3. Bahwa penangkapan terhadap Bripka Rus ini bukan untuk pertama kalinya
melainkan merupakan kali keduanya. Dia juga pernah ditangkap beberapa
tahun lalu dengan kasus yang sama yakni mengedarkan narkoba jenis
sabu-sabu.
Secara hukum tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Bripka Rus
masuk kedalam ranah Tindak Pidana Narkotikdan dan Pelanggaran Kode Etik
POLRI. Jika dilihat dari sudut pandang pidana, tindak pidana ini masuk ke
rumusan Pasal 127 Undang-Undang 35 Tahun 2009 yang pidana maksimalnya 4
tahun untuk pemakai narkoba golongan I yaitu narkoba jenis sabu-sabu19.
Pasal 127
(1) Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidanadengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan
Lihat Jenis-Jenis Narkotika Golongan I pada Lampiran I Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
19
berupa
lembaga
pendidikan
dan
pelatihan
serta
penelitian
dan
itu dapat merujuk (berkiblat) pada sumpah jabatan atau pada TRI BRATA dan
CATUR PRASETIA kepolisian.20
Etika Profesi kepolisian merupakan kristalisasi nilai-nilai Tribrata yang
dilandasi dan dijiwai oleh pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota
kepolisian meliputi etika pengabdian, kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya
disusun kedalam Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Indonesia. Pencurahan
perhatian yang sangat serius dilakukan dalam menyusun Etika Kepolisian adalah
saat pencarian identitas polisi sebagai landasan etika Kepolisian. Sebelum
dinyatakan sebagai Kode Etik, Tribrata memberikan identitas kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia, dalam rangka penyusunan undang-undang tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.21
Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
tunduk kepada Kekuasaan Peradilan Umum. Hal ini menunjukkan bahwa anggota
Polri merupakan warga sipil dan bukan termasuk subjek hukum militer. Walaupun
anggota kepolisian termasuk warga sipil, namun terhadap mereka juga berlaku
ketentuan Peraturan Disiplin dan Kode Etik Profesi. Peraturan Disiplin Polri
diatur dalam Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sedangkan Kode Etik Profesi
Kepolisian diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Polri No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia. 22
Anggota POLRI yang menggunakan narkotika berarti telah melanggar
aturan disiplin dan kode etik karena setiap anggota Polri wajib menjaga tegaknya
hukum serta menjaga kehormatan, reputasi dan martabat Kepolisian Negara
20
Muhammad Nuh, Etika Profesi Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 20011, hlm 270.
dengan warga negara lain karena selain tunduk pada peraturan perundangundangan, anggota Polri juga terikat pada aturan disiplin dan kode etik yang juga
harus dipatuhi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Saat ini banyak sekali dijumpai bentuk-bentuk pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh pemegang profesi polisi, dimana di satu sisi polisi diharapkan
sebagai penegak hukum tetapi sebaliknya polisi melakukan pelanggaran terhadap
profesi etika kepolisian sendiri, salah satu contohnya adalah polisi yang bernama
Bripka Rus yang tertangkap saat melakukan penjualan narkotika.
Secara hukum tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Bripka Rus
masuk kedalam ranah Tindak Pidana Narkotikdan dan Pelanggaran Kode Etik
Polri. Jika dilihat dari sudut pandang pidana, ia dapat dikenakan dakwaan sebagai
pemakai sabu-sabu yaitu Pasal 127 dan sebagai pengedar narkoba yaitu pasal 114
ayat (1) Undang-Undang 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Selain melanggar
Tindak Pidana Narkotika, Bripka Rus juga melanggar Kode Etik Polri yang diatur
dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pada kasus Bripka Rus apabila terbukti melakukan pelanggaran yaitu
Narkotika. Ketika putusan pidana terhadap Bripka Rus telah berkekuatan hukum
tetap, ia terancam diberhentikan tidak dengan hormat berdasarkan Pasal 12 ayat
(1) huruf a Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian
Negara Republik Indonesia apabila dipidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap menurut pertimbangan
pejabat yang berwenang tidak dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, walaupun Bripka Rus
sudah dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap, Bripka Rus tersebut baru dapat diberhentikan dengan tidak hormat apabila
(POLRI)
dalam